Entah ceroboh atau mungkin di sengaja seorang pria menabrak dirinya membuat tubuh wanita itu hampir limbung jika tidak bisa mempertahankan keseimbangan nya.

“Maaf-maaf saya tak sengaja, apa anda terluka nona?” Pertanyaan penuh salah itu masuk kedalam indra pendengaran Fanya.

Sebenarnya Fanya ingin marah tapi dia urungkan ketika melihat siapa orang yang baru saja menabraknya.

Deg

“Air” Lirih Fanya tanpa sadar.

“Eh anda mengenal saya nona?” Kaget pria itu yang diketahui bernama Air.

Fanya tersadar segera menampilkan wajah datar nya. Dalam hati dia mengumpat bisa-bisanya berbicara asal, mati sudah.

“Tidak. Mungkin anda salah dengar, permisi”

“Eh tunggu” Cegat Air menahan tangan Fanya.

Air tersadar dan langsung melepaskan cengkraman nya.

“Maaf, bisa saya tau siapa nama anda nona? Sangat tidak adil anda mengenal saya namun saya tidak mengenal anda” Tutur Air dengan senyum menawan yang jelas Fanya tau itu adalah pertanda buruk.

“Apa itu penting?” Sebisa mungkin Fanya bersikap tenang.

Air terkekeh. “Tentu saja, pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang. Jadi siapa namamu nona cantik?”

“Oleen” Ujar Fanya berlalu pergi.

Fanya tidak akan mudah memberitahu nama aslinya, meski Oleen dia ambil dari nama belakang pria itu akan sedikit kesulitan mencari tau tentangnya.

Karana Fanya yakin Air akan mencaritahu seseorang yang berhasil mengetahui rahasia kecil pria itu. Air menatap punggung Fanya yang menghilang di tikungan koridor dengan tatapan penuh selidik, pria itu menggaruk belakang kepalanya.

“Telinga ku masih sangat bagus, tadi dia benar-benar memanggil ku Air. Ah sudahlah, aku harus ke ruangan pria tua itu” Ujar Air menjauh pergi.

Tanpa Air sadari Fanya tidak benar-benar pergi dia bersembunyi di balik tembok tempat dirinya belok. Tangan wanita itu bergetar wajahnya sedikit memucat.

“Sedang apa dia di sini” Lirihnya.

‡‡‡‡‡

Brak

“Sepertinya nyawa mu sudah tak berarti lagi, tuan Air!” Geram pria tampan yang sedang duduk sambil membuka tab nya.

Air berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri pria itu. “Sekarang bukan waktunya membahas nyawa, ada hal penting yang ingin aku sampaikan” Ujar Air duduk di depan pria itu.

“Hm, katakan”

“Tadi aku tak sengaja menabrak seorang wanita di koridor, dia sangat cantik. Saat ku tanya apakah dia baik-baik saja dia malah menyebut namaku, aku tak kenal siapa dia. Bukankah itu mencurigakan?” Cerita Air serius.

“Mungkin dia salah satu wanita kencan mu” Balas lawannya santai.

Air menggeleng ribut. “Tidak mungkin, setiap kencan aku tak pernah menggunakan nama asliku. Nama asli kita terlalu rahasia” Bantah Air membuat lawannya menghentikan kegiatannya.

Mata keduanya beradu. “Apakah kamu memikirkan seperti apa yang aku pikirkan”

“Jangan gila, dia sudah pergi” Potong lawannya cepat.

“Tapi The hanya dia wanita yang tau nama asli kita” Kekeuh Air membuat lawannya marah.

Brak

“HENTIKAN OMONG KOSONG MU ITU AIR!” Bentak pria itu membanting tab nya.

Pria yang tak lain dan tak bukan adalah Theo mengatur napasnya kasar. “Dengar Air, aku tau kamu terpukul atas kepergiannya aku pun sama. Mungkin wanita yang kamu temui itu reflek ketika menyebut nama mu” Jelas Theo.

Air berdiri dari tempat duduknya. “Aku akan mencari tau tentangnya, dan membuktikan pada mu bahwa dia adalah Tiyas adik angkat ku” Setelah itu Air pergi.

“Kembali ketempat duduk mu Air!” Tekan Theo menahan amarahnya.

Air berhenti tepat di samping hospital bed berisikan Barat yang terbaring lemah. Tangannya terkepal kuat.

“A-apa yang aku lakukan, benar kata Theo. Tiyas sudah pergi” Lirihnya dengan bahu yang bergetar.

Theo menghela napas berat, berjalan mendekat pada pria itu. Memegang bahu temannya yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri.

“Ikhlaskan Tiyas, Air. Dia sudah bebas. Kita sudah tak melihatnya tertekan lagi ketika bersama kita, dan ingat tujuan awal kita datang ke sini” Ujar Theo menepuk dua kali bahu temannya.

Sepotong lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang