"Kabarin anak-anak yang lain Len"

"Hmm"

"Kuyy ke kelas"

Mereka melanjutkan langkah mereka menuju kelas, sedangkan di markas Draks...

"Kalau dilihat-lihat dia emang mirip banget sama Leon"

Andi yang sedang bermain game online di hpnya, menoleh sebentar ke arah Tio yang sedang memandangi Aini. "Kan Leon bapaknya ya jelas mirip lah, gimana sih Lo"

"Iya sih tapi, gue agak gimana gitu, dia kan masih 17 tahun Ndi"

"Itu takdirnya dia, udah jangan berisik nanti bayinya bangun"

Tio mengangguk kemudian diam sambil terus memperhatikan Aini yang masih tidur.

***

Pandangan Siren mengedar ke segala arah ketika menyadari ada sesuatu yang menjanggal. Dia dan teman-temannya saat ini sedang berada di kantin dan biasanya di waktu istirahat seperti ini pasti Leon akan datang dan merecokinya, tetapi sekarang cowok itu tidak terlihat dimana pun bahkan teman-temannya juga menghilang.

"Leon latihan basket sama teman-temannya"

Siren menatap Vika ketika mendengar ucapan gadis itu, wajah Siren berubah panik dan gelagapan saat dirinya tertangkap basah sedang mencari keberadaan Leon. "A-apaan sih Vik, gue gak ada nyari Leon tuh"

"Jelas banget dari tatapan lo, Lo lagi nyariin dia"

Siren menggeram kesal, tidak Leon tidak Vika, dua orang itu selalu bisa menebak apa yang dia pikirkan hanya lewat tatapannya saja.

"Leon lagi latihan basket? Emang ada pertandingan basket lagi Vik?" Tanya Elin penasaran.

Masih ingat kan Vika dan Siren adalah anggota OSIS, Siren tidak mengetahui akan ada pertandingan basket karena dia tidak ikut rapat kemarin, mamanya tiba-tiba menyuruhnya untuk pulang lebih cepat dan Siren menurutinya. Vika itu sekertaris OSIS makanya dia bisa mengetahui apa yang di lakukan Leon saat ini. "Hmm, akhir bulan ada pertandingan persahabatan sama SMA Garuda makanya Leon dan teman-temannya lagi latihan sekarang, Lo mau liat mereka latihan?" Ucap Vika setelahnya beralih menatap Siren bertanya.

"Enggak! Kita disini aja" tolak Siren, ia tidak mau teman-temannya berpikiran yang tidak-tidak tentangnya.

"Lo suka Leon kan Ren?"

Mata Siren membulat sambil menatap Elin ketika mendengar pertanyaan gadis itu.

"Enggak! Apaan sih pertanyaan Lo!"

"Kalau enggak Lo biasa aja dong, gak usah ngegas gitu"

"Tapi Ren, masa Lo gak ada rasa sih sama Leon, dia udah ngedeketin Lo hampir dua tahun Lo masa gak ada rasa sedikit aja sih?" Ucap Vika menimpali.

"Kalian tau alesan gue gak mau nanggepin Leon kan?" Siren menatap teman-temannya yang juga menatapnya.

"Tapikan gak selamanya pemikiran Lo itu bener Ren"

"Gue tau Vik, gue juga ngerasa gue itu ribet banget. Dan makanya itu gue gak mau libatin Leon sama hidup gue yang ribet ini"

"Gak ada salahnya di coba Ren, kasih Leon kesempatan siapa tau bareng dia hidup Lo yang ribet bisa lurus"

"Gak segampang itu Elin"

Vika yang melihat Siren mulai menundukkan kepalanya segera menepuk pundak gadis itu.

"Udah gak usah dipikirin, sekarang makan abis itu kita ke kelas" ucapnya yang diangguki Elin.

Siren mengangguk kemudian memakan makannya setelahnya.

Sedangkan di lapangan Indoor SMA Pancasila, Leon dan teman-temannya yang lain sedang latihan sedangkan Ivan dan Janu yang duduk di kursi penonton dengan pelastik berisi cilok di tangan mereka masing-masing. Sambil menyuap sesuap demi sesuap cilok itu ke dalam mulut mereka, mereka menatap anak-anak basket sesekali menyemangati Leon, Deo, dan Galen.

"Ehh, kita pulang telat kan?"

"Iya"

"Aini gimana ya? Dia rewel gak ya sama Andi dan Tio?"

"Gak tau juga, tapi semoga enggak deh, dia kan anak pinter dan anteng"

"Tapi kan di gak biasa sama mereka"

"Emang dia biasa sama kita?"

"Ya setidaknya kita yang lebih dulu ngerawat dia kan? Gue juga udah ngerasa punya tanggung jawab sama tuh anak. Meski dia anak Leon tapi gue udah sayang sama dia" ucap Janu tulus, dia memang sudah sangat menyayangi Aini.

"Iya sih, tuh bayi gampang banget bikin jatuh cinta"

"Iya hahaha auranya kuat banget meski dia masih bayi"

"Jangan bilang dia bakal jadi playgirl kalau udah gede"

"Leon denger di suap plastik Lo sama dia"

"Ya jangan sampai dia denger"

"Apaan?"

Ivan dan Janu hampir tersedak cilok saat baru saja mereka akan menelan cilok yang sedang mereka kunyah dan disaat itu juga Leon datang.

"Yon, Lo apa-apaan sih, tiba-tiba muncul kayak jalangkung! Bikin kaget tau!"

"Lebay Lo"

"Yon Lo pulang telat kan?"

"Hmm"

"Terus Aini?"

Astaga bagaimana Leon bisa melupakannya! Sekarang kan dia punya Aini, bagaimana dengan bayi itu jika dia pulang terlambat.

"Gue bakal usahain gak telat-telat banget"

"Lo tenang aja Yon, gue sama Ivan pulang duluan aja buat liat Aini"

Leon menatap Janu setelah mendengar ucapan cowok itu. "Thanks Nu, Van, gue percayain dia sama kalian"

"Santai bro"

Leon mengangguk kemudian kembali ke lapangan untuk kembali berlatih bersama teman-temannya yang lain.

Jangan lupa Vote Teuv 💎

Follow :

elfiraviiii_

DaimmerWo Geschichten leben. Entdecke jetzt