Suasana seketika menjadi hening.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

'OH ASTAGA, MIMPI APA AKU SEMALAM HINGGA BERTEMU BIDADARI DIPAGI HARI'

'aku harus segera menghubungi ibuku jika calon menantunya ada disini'

'ponsel mana ponsel! aku tak akan membiarkan gadis yang luar biasa sepertinya lewat begitu saja!'

'ya tuhan, jika saja aku diberi paras yang cantik seperti itu sudah ku pamerkan pada dunia'

'itu lah sebabnya tuhan tidak memberikanmu wajah yang cantik takutnya kau malah jadi sombong!'

'ck kau ini! tapi benar juga sih'

Brianna menggelengkan kepalanya melihat tingkah orang-orang yang selalu saja berlebihan terhadapnya. Seolah menemukan air ditengah panasnya pasir yang tandus. Brianna tak ambil pusing ia lebih tertarik melihat ekspresi para tokoh satu persatu sambil bersedekap. Bahkan Aluna yang sedari tadi menangis dengan air mata buaya kini terdiam seketika.

Pandangan Brianna kini beralih pada Vivian yang dirangkul oleh Olivia. Kepalanya menunduk namun, Brianna masih bisa melihat wajahnya tampak kacau dan ada sisa air mata yang menetes di pipi mulusnya. Dan ini semua gara-gara si bajingan Kenan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Brianna. Bukan Vivian yang membalas tapi malah Olivia "Aku tidak apa-apa" Brianna mendengus kecil, dasar Olivia yang ditanya siapa yang jawab siapa.

Menggelengkan kepalanya maklum "Vivian... Angkat kepalamu!" titah Brianna dengan tegas.

Vivian mendongak, Brianna memberikan senyum yang menenangkan "Dengarkan aku, jangan pernah kau tangisi orang yang sudah menyakitimu. Harga dirimu terlalu tinggi, jaga kehormatanmu sebagai wanita jangan pernah menunduk dihadapan orang pengecut seperti mereka. Kau boleh menangis tapi itu hanya untuk orang yang berhak kau tangisi, jadi simpan air mata berhargamu, itu hanya akan terbuang sia-sia jika kamu menangisi orang sepertinya." Brianna menepuk bahu Vivian seraya tersenyum tipis.

Vivian tertegun, matanya menatap Brianna yang kini memancarkan ketulusan padanya.

Olivia juga ikut terperangah, ini kah pesona titisan seorang dewi?

"Oliv, kamu bawa Vivian pergi dari sini. Biar aku yang mengurus mereka" liriknya pada Kenan dan Aluna. Brianna sebenarnya tak ingin ikut campur, namun ia sudah terlalu gondok dengan sikap Aluna yang terus saja menampilkan topeng palsunya.

Olivia yang disebut pun mengangguk kaku "A-ah iya!"

Olivia dengan segera menarik tangan Vivian yang sedang linglung, untungnya ia bisa menyeimbangi diri jadi tidak terjatuh.

"KAMI DULUAN ANNA!" teriak Olivia di seluruh penjuru koridor.

Brianna tersenyum samar sebagai jawaban. Saat keduanya hilang dari pandangan, Brianna membalikkan tubuhnya tatapannya kini  berubah datar.

"Kenan Adhitama. Itu namamu bukan?" Respon Kenan hanya diam tak membalas ucapan Brianna.

Hal itu membuat Brianna terkekeh "Kupikir keluarga Adhitama adalah keluarga terhormat dikalangan publik bahkan mereka terkenal dengan etikanya yang luar biasa dijaga. Tapi sepertinya pengecualian untuk dirimu, bukan begitu tuan Kenan Adhitama?" Brianna tersenyum miring.

Kenan menggeram "Apa maksudmu berkata seperti itu?!" Kenan kesal apa maksud gadis ini dengan menyinggung tentang keluarganya dengan tatapan meremehkannya itu, bahkan Kenan segera menepis saat ia sempat terpesona pada gadis yang tidak tahu asal usulnya dari mana.

"Lho aku kan hanya berbicara fakta" jawab Brianna polos.

"Oh atau jangan-jangan itu hanya reputasi semata? Buktinya kau tidak seperti itu" Brianna berpura-pura terkejut.

Kenan mengepalkan tangannya "Jaga ucapanmu nona! Kau bisa saja hancur karena berani menyinggung keluarga Adhitama!"

Brianna tertawa dengan anggun. Apa tadi katanya ingin menghancurkannya? Kenan ini sedang melakukan lelucon atau apa.  Bahkan jika dibandingkan dengan kekuasaan keluarga Carter, keluarga Adhitama tidak ada apa-apanya dibanding mereka, mungkin hanya sebiji pasir jika di ibaratkan.

"Kenan... Kenan, kau ini tidak tahu siapa aku ya? Tapi tidak apa-apa lebih baik tidak tahu, takutnya kau akan mengalami shock ringan" Brianna tertawa kecil.

"Jangan bertele-tele! Jelaskan apa tujuanmu mencampuri urusan kami?!"

Brianna memegang dagunya berpura-pura berpikir "Kau ingin jawaban jujur atau bohong?" tanyanya polos. Brianna tidak tahu saja jika tingkahnya ini membuat orang-orang menggigit bibir bawahnya menahan gemas, termasuk Kenan.

"Jangan mempermainkan kami!" Ah akhirnya yang ditunggu-tunggu bersuara juga. Rupanya teratai putih ini sudah tidak tahan ingin bermain-main dengannya, Brianna semakin tidak sabar akan hal itu.

Brianna tersenyum dengan sangat manis "Tentu saja ak—"

"Sepertinya kau membutuhkan bantuan amour".

Ah suara itu.

***

Haii semuaa

Kerasa gaa sii feelnya? aku gatau gimna cara ngelabraknya🙏😓 jdii setahu aku aja wee nyaa inii mah😭👍

Jan lupa vote sm komennya yaa.

Babaiii.

TBC

BRIANNA [Proses Revisi]Where stories live. Discover now