Yang mungkin tidak akan dia lihat lagi?

"Ma...."

Ia berbalik ketika mendengar suara Tarta.

Anaknya kesayangannya datang, berdiri didepan ambang pintu, dengan membawa buket bunga ditangan kiri, lalu satu kotak hadiah ditangan kanan.

Seperti tahun sebelumnya.

"Mah, semoga cepat sembuh."

"Makasih banyak Tarta."

Saat ini, Tarta senang melihat cintanya tersenyum.

"Tarta telat 15 menit mah, jalanan Jakarta macet." Tarta mengadu.

"Ini hari minggu Ta, semua pergi keluar." Balas Kandita, mama Tarta.

Ta. Tarta dipanggil Ta oleh orang terdekatnya. Untuk Randema? Tarta diberi nama belakang Randema ada alasannya  Randema diambil dari kata 'Random." Papa dan Mama Tarta seringkali bercerita acak.

Tentang siput berjalan, perihal bumi datar/bulat, dan perihal cerita yang tak kunjung ada habisnya.

Tidak dipungkiri namanya juga diambil dari nama belakang sang papa.

Sayangnya kisah indah tak berlangsung lama, Seorang Mayor jendral TNI AD Danuarta Randema telah gugur dalam perjalanannya.

Itu pengorbanan yang harus diterima.

Tarta bangga terlahir dengan ikatan darah Danuarta.

Kandita sudah terlatih, hidup dibawah asuhan militer sudah asupannya sehari-hari, dia sudah paham.

Saat menjalin hubungan yang sakral dengan abdi negara harus siap dengan kehilangan nyawa, seperti dia kehilangan sang ayah.

Mengemban tugas yang berat dipunggung bukanlah suatu hal yang mudah, pangkat-pangkat yang terpampang jelas dibaju bagian dada dan pundak bukanlah sebuah pajangan semata.

Itu adalah tanda tugas dan usaha.

Seringkali Tarta menyimpan luka saat melihat teman-temannya bermain dengan sang papa, dipeluk ketika beranjak remaja, dan diberi nasihat ketika beranjak menjadi pria dewasa,

kondisinya saat ini.

Sayangnya Tarta tidak punya. Tapi bukan masalah. Tarta punya jam tangan peninggalan papa. Itu sudah cukup dari lebih.


    *****


Tarta duduk dikursi samping mamanya. Tangannya perlahan terangkat mengambil tangan sang mama.

Hatiny berkata,"Tarta kayaknya gak sanggup hidup, kalau tidak ada mama,"

Sedikit lagi, air mata yang sudah mulai keluar akan terjatuh dipipinya.

"Mah.... Jangan tinggalkan Tarta. Cuma Mama tempat Tarta cerita, hanya Mama yang Tarta punya." lanjut Tarta, dengan genangan air yang telah membasahi pipinya.

Ini hal biasa, ini wajar saat seorang anak laki-laki menjadikan ibunya sebagai tempat sandaran.

Entah mengapa dengan mengingat semua hal yang terjadi di hidupnya, dia takut kehilangan keluarga satu-satunya.

Satu jari jemari yang telah keriput, ia sudah mulai tua. Tangannya menyentuh tangan Tarta, bibirnya merekah mengeluarkan senyuman.

"Mama gak akan berani meninggalkan Tarta, sebelum Tarta bahagia." ucap Kandita dengan mata tertuju pada mata putranya, tidak lupa dengan menampilkan senyum yg menenangkan jiwa.

"Tarta selalu bahagia jika mama ada didekat Tarta."

"Suatu saat mama harus pergi bertemu papa."

Suatu saat, apa yang terjadi jika saat itu telah tiba dikehidupan Tarta?

"...."

Sama, seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan, tidak akan pernah berubah.

Sepanjang malam mereka saling bertukar cerita, tentang masalah Tarta saat ditoko bunga, dan tentang mamanya bertemu suster magang yang salah masuk ruangan.

Dan tentang gadis yang menarik Tarta saat digaleri seni.


***//***

Masih banyak cerita yang belum kuceritakan. Semoga kalian yang membaca tidak bosan.

Menghargai adalah teori pertama dalam mencintai, dan seni dalam mencintai dapat dilihat dari cara menghargai.

@rnndt_sfyn

KERTAS DAN CORETANNYA [°YOSHI-TREASURE°] ✓Where stories live. Discover now