Part 13: What If

Mulai dari awal
                                    

Darah Seokjin.

Namjoon-lah yang membawanya masuk ke dalam ambulans begitu petugas medis tiba. Pemuda itu hanya diam saja sepanjang perjalanan, dan Seokjin belum pernah melihat ekspresi wajah Namjoon yang tampak begitu terbakar amarah.

"Maksudku, Hoseok, dia memang hobi membuat lelucon." Namjoon melanjutkan dengan suara yang penuh dengan nada peringatan. Membuat Seokjin bergidik. "Karena, tidak mungkin Seokjin akan melakukan hal semacam tadi lagi, kan?"

Seokjin berdeham, "Aku tidak akan berjanji."

"Persetan, Seokjin." Namjoon menyipitkan mata.

"Yeah, Namjoon, persetan dengan semua ini." Balas Seokjin.

Namjoon berjalan ke arahnya. Seokjin merasa saat itu dia sedang berhadapan dengan seorang predator. Tetapi dia tetap mengangkat dagunya dan menatap lurus pada pemuda itu. "Apa?" Tanyanya saat Namjoon berdiri di hadapannya.

Namjoon menunduk dan mengurung Seokjin di antara kedua lengannya yang masing-masing bertumpu di atas ranjang.

"Jangan pernah lagi melakukan hal semacam tadi," geram Namjoon.

"Namjoon, kau harus mundur," kata Hoseok kepadanya. Menepuk bahu Namjoon. "Kau terlalu dekat dengan adikku."

Seokjin tidak bisa berpaling dari tatapan mata Namjoon. Di hadapannya saat ini adalah pemuda yang berbeda. Tidak ada lesung pipi yang biasanya selalu Namjoon pamerkan. Tidak ada senyuman jahil yang selalu dia umbar. Hanya ada intensitas mematikan yang membuat perutnya melilit.

"Aku akan melakukan lebih dari sekadar mendekati adikmu," Jawab Namjoon tanpa mengalihkan perhatiannya dari Seokjin.

"Ada titik merah di dada kakakku. Aku banyak melihat hal semacam itu di FBI Series untuk mengetahui apa artinya. Jadi, tidak mungkin─aku akan mengulanginya lagi kepada kalian─tidak mungkin aku hanya akan berdiri di sana dan membiarkan kakakku tertembak!"

"Terima kasih," gumam Hoseok lesu. Tangannya telah menjauh dari bahu Namjoon. "Aku sangat menghargainya."

"Dan jika titik merah itu ada di dadamu," Seokjin melanjutkan kepada Namjoon. "Aku akan melakukan hal yang sama. Aku tidak akan berdiri diam di sana ketika aku bisa membantumu. Aku mengerti bahwa aku tidak sehebat kalian. Aku tidak pernah melakukan misi rahasia seperti kalian, tapi aku masih bisa melakukan apa yang menurutku benar. Aku akan melindungi kalian berdua kapanpun aku bisa."

Hening. Di sana, Seokjin menunggu jawaban Namjoon. Apakah itu akan menjatuhkan harga diri Namjoon karena ternyata Seokjin bisa melakukan pekerjaan semacam itu dengan baik? Bagaimana pun, dia telah menyelamatkan Hoseok dari sebuah tembakan yang bisa membunuhnya.

Tapi, raut wajah Namjoon tidak menunjukkan respon apa pun untuk menanggapi keberaniannya. Sebaliknya, raut wajahnya keras, gelap.

"Jadi, kau akan melakukan hal yang sama lagi?" Bisik Namjoon. "Kau akan mempertaruhkan dirimu?"

"Aku menyayangi kakakku," jawab Seokjin lugas. "Apa lagi yang akan kulakukan?"

Hoseok beringsut mendekatinya. "Kau tahu, Namjoon, aku tidak menyukai caramu menatap adikku─"

Tatapan Namjoon melesat ke arah Hoseok.

Hoseok mengernyit. "Dan aku tidak suka dengan caramu menatapku. Lihat?" Dia menunjuk ke arah Namjoon. "Kau menangani semua ini dengan amarah dan emosi. Itulah mengapa aku memintamu untuk menjauh dari Seokjin. Sudah kukatakan sebelumnya, kau sahabatku, tapi adikku tidak bisa terlibat dengan hal-hal semacam ini!"

"Keluarlah, Hoseok." Perintah Namjoon.

Keping mata Hoseok melebar. "Maaf?"

"Aku perlu berbicara dengan Seokjin, berdua saja. Jadi, keluarlah dulu."

Sweet Chaos | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang