5 | Rooftop dan Kisahnya

Start from the beginning
                                    

"Lo tahu nggak, sih? Waktu lo ngirim pesan itu, gue lagi rebahan santai sambil nonton Drakor yang lagi seru-serunya! Dan lo—" Alara menuding seraya menyipitkan kedua mata. 

"Dengan santainya lo merusak ketenangan gue di hari minggu pagi yang menyenangkan ini! Mana pake bawa-bawa karma sama neraka, beserta calon suami segala!"

Dan pada detik itu pula tawa Zargan meledak. Ia tak bisa lagi menahan sesuatu yang menggelitik perutnya saat melihat wajah lucu Alara saat memaki.

"Kok ketawa?" 

"Lo lucu, Ra, lucu banget. Selain muka marah lo yang keliatan lucu, kalimat lo juga terdengar lucu. Dengan begitu, tandanya lo takut 'kan kena karma karena durhaka sama calon suami? Makanya, demi menghindari hal itu terjadi, lo rela merusak minggu pagi bersama Oppa-oppa ganteng lo itu, demi ketemu sama calon suami yang jauh lebih ganteng dari mereka."

"Iya, iya, calon suaminya Alara."

Lagi, tawa Zargan terdengar. Ia bahkan sampai meremas perutnya sendiri akibat nyeri yang tiba-tiba saja menghampiri. Hingga Alara yang menaiki jok motornya secara tiba-tiba, berhasil membuat tawa itu mereda.

'Zargan'

"Lo gila, ya? Ngapain hari libur gini mau ke rooftop sekolah?! Lo lihat aja sendiri, gerbang terkunci rapat, mau masuk lewat mana? Mau mendadak berubah jadi tikus terus masuk lewat celah-celah pagar?"

"Shttt." Jari telunjuk Zargan mendarat tepat pada bibir Alara, hingga membuat perempuan itu diam, tetapi tak lama decakan keluar begitu saja.

"Jangan marah-marah mulu, nanti kesehatan anak kita terancam gimana coba, hmm?" Tangan milik Zargan yang mendarat pada perut Alara yang masih rata, berhasil mengantarkan desiran aneh di sekujur tubuhnya. Ada hangat sekaligus geli yang menggelitik, hingga akhirnya ia menepis tangan itu. Wajahnya memaling dengan pipi yang tak bisa berbohong, bahwa perempuan itu sedang salting. Sampai-sampai rona merah terlihat jelas di pipinya.

"Terus ini gimana? Cari tempat lain aja, lah! Jangan kayak orang nggak mampu, deh, Zar. Mall banyak, restaurant banyak, cafe juga banyak. Nggak perlu jadiin rooftop sebagai apa ini? Tempat kencan pertama kita sebelum nikah, gitu?"

"Ra, lo belum jadi emak-emak aja udah bawel banget gini. Gimana nanti kalo udah nikah? Kalo gue selingkuh gendang telinga gue bisa rusak dalam sekejap, dong, karena denger ocehan lo."

"Wah—" Alara menggeleng beberapa kali. Menyaksikan Zargan yang saat ini sudah melepas helm-nya. Senyuman manis langsung tercipta pada bibir cowok itu, yang sialnya benar-benar membuat Alara kesal tujuh keliling.

"Bercanda. Cowok ganteng kayak gue pasti setia," kata Zargan, menjelaskan kalimatnya barusan sebelum ocehan Alara menghancurkan ketenangannya. Kemudian, cowok itu menarik lengan Alara sampai berhadapan pada tembok pembatas pagar.

"Mau ngapain?"

"Manjat tembok pagar." 

"Lo gila, ya, Zar? Gue lagi hamil! Kalo gue jatoh terus keguguran lo mau tanggung jawab?"

"Berapa kali lo nyebut gue gila, Ra? Dosa, loh. Lagian, kalo lo keguguran ya udah, tinggal bikin lagi aja sama gue pas udah resmi nanti."

Alara berdecak pelan. Kepalanya sengaja mendongak untuk melihat seberapa tingginya tembok yang harus ia panjat. Zargan ini memang benar-benar aneh, dipikir saat ini mereka sedang mengikuti ajang Ninja Warrior? Sampai-sampai harus ada edisi memanjat segala.

"Naik." 

Cowok itu sudah berjongkok, kemudian satu tangannya sengaja menepuk pundak sebagai isyarat agar Alara segera menaiki pundaknya. 

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now