Alkisah : 22 (Flash Back)

Start from the beginning
                                    

Pernah beberapa kali, Stefan ngambek karena melihat komentar para lelaki membanjiri status dan foto yang dia posting ke instagram dan facebook. Akan tetapi, kala itu Yuki tidak sadar jika Stefan sedang ngambek.

Bukan salah Yuki, kan? Kalau Yuki tidak sadar. Toh, Yuki kan bukan cenayang yang tau akan kecemburuan Stefan. Yuki benar-benar dibuat penasaran oleh Stefan yang saat itu sangat cuek dan minim bicara padanya lewat telfon. Berulang kali, Yuki bertanya pada Stefan, berulang kali pula Stefan menjawab, "Gak papa, kok." Atau "Gak ada apa-apa." Hingga membuat otak Yuki berpikir keras mencari jawaban sendiri. Malas berbicara dengannya, Stefan tiba-tiba pamit untuk tidur dan ternyata itu hanyalah bualan belaka.

Kenapa Yuki bisa tau?

Jawabannya, karena jam setengah dua malam, Stefan kembali menelfonnya dan mengatakan kalau dia itu cemburu pada para lelaki yang mengomentari fotonya. Yuki sempat terdiam beberapa detik dengan mulut terbuka. Sungguh, dia tak menyangka kalau Stefan ternyata cemburu. Yuki menahan tawanya dan memberi penjelasan kepada Stefan.

"Itu kan hanya komentar. Toh ibuk gak meladeni mereka, kan? Biarin aja, ibuk tuh masih ingat kali janji ibuk ke bapak ." Begitulah kira-kira, kata-kata Yuki yang membuat Stefan akhirnya luluh. Yah walaupun setelah itu juga, Stefan masih sering ngambek sih.

Kembali ke masa sekarang, Yuki mencoba berpikir. Apa Stefan sedang ngambek lagi? Tapi, mana mungkin. Kan dia sedang tidak aktif di media sosial. Apa lelaki itu sedang sibuk? Kalau sibuk sih, biasanya juga lelaki itu sudah memberitahukan padanya. Lagi pula, Yuki sudah hafal kok, jadwal kesibukan Stefan. Lantas, kalau bukan itu semua, Stefan ini kenapa? Kenapa tidak mengabarinya?

Rasa cemas Yuki bertambah, berkali-kali lipat ketika memikirkan satu kemungkinan. "Apa jangan-jangan, lagi sakit?"

Larut dalam pikirannya, tiba-tiba ponsel Yuki berdering. Yuki menghela nafas lega, ketika tau bahwa orang sedang membuatnya cemas, kini menelfon. Tak butuh waktu lama. Yuki segera mengangkat telfon Stefan.

"Halo, buk? Lagi apa? Maaf bapak baru bisa telfon jam satu malam."

Alis Yuki mengerung tatkala mendengar suara serak Stefan. Yuki benar-benar yakin, kalau Stefan pasti sedang sakit. Tanpa menjawab pertanyaan Stefan, Yuki balik bertanya. "Bapak lagi sakit ya?"

Diseberang sana, Stefan mengiyakan. "Tipes lagi, buk. Soalnya bapak sibuk terus ini. Sempat kehujanan pula." Stefan mengadu dengan suara yang mulai melemas —membuat Yuki semakin khawatir.

"Ish, kalau sakit ya ngapain telfon ibuk malam-malam? Mending tidur sana. Istirahat. Udah minum obat belum?"

000

Stefan tersenyum lemas ketika mendengar suara Yuki yang dia perkirakan saat ini sedang mencemaskannya. Stefan berbalik pelan, memeluk guling.

Denyutan hebat di kepala dan rasa sakit yang mendera tubunya, tidak dihiraukan Stefan. Persetan dengan semua itu, obat yang di minumnnya, membuatnya jadi absen mengabari Yuki dua hari. Karena efek obat itu, membuatnya mengantuk dan tertidur terus-terusan. "Bapak kangen sama ibuk, makanya bapak telfon. Udah minum obat kok."

Diseberang sana, Yuki menghela nafas dan helaan nafas gadis itu terdengar jelas di indera pendengarannya. "Kan bisa besok aja sehabis tidur. Lagian bapak kenapa sih susah banget dibilangin, kalau lagi hujan tuh keluarnya mending pake mobil aja, minimal bawa mantel lah kalau mau nekad pake motor!"

ALKISAH (STEFAN & YUKI)Where stories live. Discover now