Alkisah : 03

203 36 25
                                    

Al Giffari namanya, lelaki tampan berdarah campuran Arab Serui yang sempat mengisi hati Yuki semasa SMP.

Ketika menjalin hubungan berpacaran, kala itu Yuki masih duduk di bangku kelas VII sedangkan Al sudah duduk dibangku kelas XI. Usia mereka terpaut empat tahun.

Disaat lelaki lain menatapnya dengan tatapan jijik, disaat lelaki lain menilai fisik dan kapasitas otaknya, Al tidak seperti itu, Al menerima Yuki apa adanya, lelaki itu selalu memberi Yuki semangat dan membangkitkan rasa kepercayaan diri Yuki. Hal itulah yang membuat Yuki jatuh cinta pada Al.

Namun ketika dua tahun berselang, hubungan mereka kandas. Awalnya Yuki mengira bahwa Al selingkuh dengan teman sekelasnya.

Tapi siapa yang mengira, belakangan semua kabar perselingkuhan itu adalah kebohongan belaka.

Yuki sempat gagal move on selama lima tahun. Dia masih mencintai Al, namun dia tidak pernah memiliki keinginan untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki itu.

Kata sahabatnya, Yuki itu aneh. Lumrahnya, ketika seorang gadis susah move on, itu menandakan bahwa si gadis masih ingin melanjutkan kisah percintaan dengan lelaki pujaan hati.

Tetapi untuk kasus Yuki berbeda. Gadis itu berkata, dia hanya sayang dan susah terlepas dari perhatian yang Al selalu berikan. Yuki menambahkan, sebagai seorang manusia normal, sebisa mungkin dia tidak ingin menjalin kasih dengan orang yang telah meninggalkannya –—dia tidak ingin mengulang membaca buku, yang sudah diketahui akhirnya akan seperti apa.

Namun Yuki juga tidak ingin berkeras hati.

Jika Tuhan telah menuliskan takdirnya bersama Al, Yuki bisa apa?

Setidaknya, itu adalah prinsip Yuki.

Lima tahun gagal move on, ditahun selanjutnya, Yuki berhasil melupakan bayang-bayang lelaki itu.

Total, sudah dua tahun ia berhasil move on dan sampai sekarang, Yuki masih berteman baik kok, dengan Al.

Tempat domisili Al yang berada di Malang dan tempat domisili Yuki yang sementara berada di Surabaya, membuat mereka kembali dekat seperti dahulu kala.

Seperti saat ini contohnya. Al sengaja meluangkan waktu, menempuh perjalanan panjang dari Malang ke Surabaya khusus untuk menemui Yuki.

Yuki tidak tau kalau Al sudah tiba dipekarangan kampus.

Begitu selesai memarkirkan mobil di basement, Al segera berjalan dengan tas jinjing ditangan, menuju lift.

Tidak perlu bertanya pada security disana. Al sudah sangat hafal dimana letak laboratorium tempat Yuki bekerja. Jemarinya menekan tombol menuju lantai enam.

.
.
.

Banyak mahasiswa coass yang sedang berlalu lalang saat itu dan Al tampak berbaur bersama mereka. Lelaki itu masih terus melangkah, hingga langkahnya terhenti tatkala melihat sang mantan pujaan hati sedang berjalan ke arahnya.

"Ndut, gendut!"

"Al!!" Yuki tersenyum lalu memekik memanggil nama Al. "Kapan nyampenya? Ih aku kangen tau!"

Senyum manis terbingkai pada wajah tampan seorang Al Giffari. Tangannya terentang membawa Yuki ke dalam pelukan.

Orang awam pasti akan berpikir bahwa mereka adalah pasangan kekasih jika melihat tingkat keakraban mereka. Tetapi, bagi mereka, peluk memeluk adalah hal lumrah yang dilakukan sahabat.

"Baru aja. Nih aku bawain dodol garut. Kebetulan mama kemarin habis pulang dari garut."

Yuki melepas pelukannya lalu beralih menatap tas jinjing yang ada pada Al. Tanpa tedeng aling-aling, Yuki segera merebut tas itu dan mengkroscek isi tas itu.

Benar saja, didalamnya terdapat empat pack dodol garut kesukaannya.

"Nanti sampaikan salam ku ke mama Vita ya, bilang aku kangen."

Al mengangkat kedua jempolnya menunjukannya pada Yuki. "Oke! Kamu udah kelar ngajar, kan? Yuk nongkrong ke TP."

"Ayoklah! Nggak usah mandi yak, aku masih harum kok!"

Al tersenyum geli tatkala melihat Yuki mencium beberapa bagian tubuhnya.

"Iya, iya. Tapi ganti baju dulu ya. Kan nggak mungkin kamu pakai jas lab mulu, ndut."

"Oke bos."

000

Puas berlarut-larut dalam kesedihan selama dua bulan lamanya, kini Stefan memutuskan untuk bangkit.

Sudah cukup!

Dia tak ingin pekerjaannya terbengkalai hanya karena putus cinta pada gadis yang telah menyakitinya berulang kali.

Dengan semangat baru, Stefan mulai membuka beberapa berkas yang telah diberikan sang ayah kepadanya.

Tatapan Stefan terhenti pada satu berkas berisi jadwal pekerjaan. Stefan membaca berkas itu dengan seksama.

"Sudah dibaca jadwal dari papa?"

Stefan terkejut ketika mendengar suara sang ayah yang datang tiba-tiba. Dia menatap sang ayah yang mengambil posisi duduk berhadapan dengannya.

"Lusa ada pekerjaan di Lumajang, tolong kamu yang awasi ya. Papa sama mama mau hadiri acara di sekolah adik kamu."

"Berapa lama Stefan harus ngawasi pekerjaan disana, pa?"

"Sepuluh hari, Stef. Jangan lupa minta tolong mama buat siapin keperluan kamu, disana dingin nak."

Stefan tersenyum hangat. Meskipun ayahnya terkesan kaku namun nyatanya sang ayah begitu perhatian.

"Sudah cukup bersedihnya, nak. Fokus bekerja ya. Papa yakin kamu akan dapat jodoh yang lebih baik."

000

Al memandang Yuki yang sedang sibuk menyiapkan beberapa baju untuk dimasukan kedalam tas.

Hari ini Al datang lagi atas permintaan Yuki. Gadis itu ingin meminta tolong padanya untuk diantarkan ke tempat coass.

Alis lelaki itu mengerung melihat betapa banyaknya keperluan Yuki yang akan gadis itu bawa ke Desa tempat menjalani coass.

"Banyak banget, ndut. Mau pindahan?"

Yuki berdecak pelan. "Desa tempat aku coass itu dingin banget. Agak jauh dari pasar. Makanya kudu bawa bekal yang banyak."

Al mengangguk-angguk tanda paham. "Memang, sekarang coass dimana sih?"

"Di Lumajang."








ALKISAH (STEFAN & YUKI)Where stories live. Discover now