Alkisah : 13

147 33 24
                                    

Kalau kalian bertanya bagaimana keadaan Stefan sekarang, jawabannya dia sudah sehat. Hanya butuh waktu lima hari untuk Stefan pulih dan itu semua berkat ketekunan Yuki yang merawatnya melalui Al.

Yuki sempat berpesan padanya dan pesan itu amatlah panjang serta diselingi dengan perkataan absurd gadis itu yang mampu membuatnya tersenyum bagai orang tidak waras.

"Selama kakak disini, gak boleh makan sembarangan, jadi cuma boleh makan masakan saya, kakak bisa request mau makan apa asal jangan makanan yang memicu tipesnya tambah parah. Jangan lupa cuci tangan kalau mau makan. Jangan banyak gerak kalau belum sembuh. Peralatan makan harus higienis, saya sudah siapkan desinfektan khusus buat perlengkapan alat makan, jadi semprot dulu sebelum dipakai buat makan. Minum obat tidak boleh telat atau kelupaan, kalau kelupaan besoknya harus diulang supaya tidak resisten. Kalau butuh sesuatu minta tolong sama Al. Gak boleh ngawas proyek sebelum sembuh. Kalau ada satupun perintah yang kakak langgar, saya sumpahin kakak digangguin sama penghuni disini. Ingat ya! Saya emang gak ngawasin kakak, tapi penghuni disini sudah jadi saksi dan bakalan ngelakuin apa yang saya bilang kalau kakak melanggar."

Ah, betapa Stefan merindukan gadis itu. Tapi, apalah daya, Al yang malah merawatnya.

Lantas, kalau Al yang merawatnya, kemana Yuki?

Sejak hari dimana Stefan mulai mendeklarsikan bahwa dia telah jatuh hati pada Yuki —yang hanya didalam hatinya tanpa memberi tau gadis itu— Yuki tak pernah muncul lagi dihadapannya. Bahkan Stefan sudah tidak pernah melihat kepulangan gadis itu selepas Coass.

Hatinya serasa gundah, otaknya mulai memikirkan berbagai alasan mengapa gadis itu tidak pernah menemuinya —lagi? Pada titik terendah yang melebur dalam keputusasaan, Stefan berpikir, apakah gadis itu sudah memiliki tambatan hati?

Jiwa egois dalam dirinya, mati-matian menepis pikiran itu.

Mana mungkin Yuki yang tidak peka memiliki tambatan hati?

Tapi paras dan kepribadian Yuki amatlah ayu, mana mungkin para lelaki tidak mengantri untuk mendaftar menjadi calon tambatan hati gadis itu?

Bahkan kalau boleh jujur pun, Stefan akan berusaha berebutan dengan para lelaki itu dan membuktikan bahwa dia lebih layak untuk Yuki.

Stefan benar-benar jatuh hati pada Yuki tanpa alasan berarti.

Suka tidak memerlukan alasan berarti, bukan?

Dengan rasa gundah dan segala pemikirannya yang begitu ruwet, Stefan akhirnya memberanikan diri mendekati Al yang kini sedang duduk diruang tamu sembari menikmati kudapan dan teh sebagai penyempurna sore lelaki itu.

Awalnya sih, Stefan terlihat biasa —layaknya seorang teman yang hendak berbaur bersama teman lainnya. Tapi, makin kesini, mengapa dia merasa seperti sedang ingin meminta restu pada calon kakak ipar?

Gerak-gerik Stefan, nampaknya membuat atensi Al beralih. Al menatap Stefan dengan tatapan tanya yang menyatu dan mengalun membentuk suara. "Kamu kenapa Stef? Ada yang urgent?"

Stefan tersenyum canggung lalu dia menggaruk rambutnya yang tak gatal sebelum akhirnya mulai menyuarakan kegundahan hatinya. "Gak apa, bukan hal urgent juga sih. Eh tapi kayaknya urgent deh." —dan salah tingkah seorang Stefan sukses membuat Al terkekeh pelan.

"Ada toh? Kamu gugup banget?" Tanya Al sembari menyodorkan kudapan untuk Stefan. "Ini, makan dulu biar gak gugup."

Stefan segera mengambil kudapan itu, memakannya dan mencoba untuk mentralisirkan tingkahnya yang sudah kelewat aneh. Dia tersenyum ke arah Al —masih dengan senyum canggung.

ALKISAH (STEFAN & YUKI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora