Bab 1

5.1K 197 24
                                    

Bunyi kicauan burung terdengar saling bersahutan diluar sana. Tidak membangunkan seorang perempuan yang masih asik bergelung di dalam selimut tebalnya. Suara gedoran pintu yang diketuk cukup keras tidak lantas membangunkan perempuan tersebut.

“May, bangun! Sudah siang ini!” teriak seorang wanita dari balik pintu kamar.

Maya sedikit terusik tatkala gendang telinganya mendengar teriakan tadi. Namun, perempuan itu tidak menggubrisnya sama sekali. Dengan nikmatnya perempuan itu terlentang seraya mendengkur halus, melanjutkan kembali tidur nyenyaknya.

“Ck, itu anak kebo banget tidurnya.” cibir wanita yang tadi mengetuk pintu kamar Maya.

“Sudahlah dia memang begitu. Nanti juga bangun sendiri.” sahut wanita paruh baya yang kini berdiri di belakang tubuh putrinya.

“Kebiasaan Mi. Nanti kalau dia sudah berumah tangga, masa bangunnya siang mulu? Kan malu-maluin keluarga kita nantinya.” celetuk putrinya yang bernama Sarah.

Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya yang sedari tadi terus menggerutu tidak jelas. Tidak ingin membuat pagi harinya kacau, wanita paruh baya itu melenggang pergi meninggalkan Sarah menuju ke belakang rumah.

“Ck, dasar Maya kebo.” umpat Sarah yang sudah tidak tahan dengan tingkah keponakannya.

•••

Pukul sebelas siang, Maya baru bangun dari tidurnya sejak lima menit yang lalu. Hal pertama yang dilakukan oleh perempuan itu bukanlah menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Melainkan meraih ponsel berlogo apel yang terletak diatas nakas.

Jari jemari lentiknya mulai mengotak-atik ponsel tersebut. Tak berselang lama kemudian, kedua matanya yang bulat seketika menyipit kala netranya melihat foto seorang laki-laki memakai seragam SMA yang tengah merangkul bahunya.

“Ekhem, bagus ya anak perawan bangunnya siang terus!” seru Sarah yang entah kapan sudah berdiri di ambang pintu.

Maya memutar kedua bola matanya malas. “Please ya Tan, pagi-pagi bisa nggak mulutnya jangan dipake buat ngomelin Maya terus?” cerocos Maya yang sudah tahu tabiat Tantenya jika ia bangun tidur.

Sarah berkacak pinggang mendengar ucapan keponakannya itu. “Gimana Tante nggak marah kalau kelakuan kamu aja sama kayak Daffa.” sambar Sarah dengan napas menggebu-gebu.

“Enak aja aku disamain kayak Daffa.” Pungkas Maya tidak terima jika dirinya disamakan dengan supupu nakalnya.

“Kalian itu sama-sama kebo!” Sarah menggelengkan kepalanya menatap sang keponakan yang hanya acuh tak acuh jika ia menasihatinya.

“May, kamu nggak boleh terus-terusan kayak gini. Ingat loh, suatu saat nanti kamu pasti akan menjadi seorang Ibu rumah tangga. Tante sih takutnya nggak ada yang mau sama kamu. Soalnya ‘kan kamu itu kebo, udah nggak bisa masak lagi, boros, pokoknya masih banyak deh.” celoteh Sarah mengatakan setiap kekurangan yang ada pada diri Maya.

Telinga Maya terasa panas mendengar omelan Tantenya itu. “Ck, Tante bikin mood aku buruk tau.” Maya memberengut kesal tatkala Tantenya tersenyum jahil ke arahnya.

“Makanya belajar buat jadi perempuan mandiri. Udah sana mandi,” titah Sarah yang kemudian melangkah pergi meninggalkan Maya yang sudah memasang wajah masamnya.

•••

Kini penampilan Maya sudah jauh lebih baik dari pada bangun tidur tadi. Rambutnya yang semula acak-acakan seperti seekor singa, sudah perempuan itu catok menjadi sedikit curly dibagian bawahnya.

Maya melangkah mendekati Daffa—sepupunya, yang tak lain ialah anak Sarah.

“Oma mana Daf?” tanya perempuan itu sembari mencomot cookies cokelat dari toples yang berada di pangkuan Daffa.

“Ck, main comot aja kamu.” dengus Daffa yang tidak suka dengan sikap Maya barusan.

Maya memutar bola matanya jengah. Tidak Ibu tidak anak, kelakuannya sama saja selalu membuat Maya kesal. Memang ya, Sarah dan Daffa sepertinya memiliki hobi yang sama. Sama-sama suka menistakan Maya maksudnya.

“Oma dimana Daffa ganteng?” tanya Maya sekali lagi seraya menekankan setiap katanya.

Anak laki-laki yang sudah memasuki usia sepuluh tahun itu lantas menoleh kepada Maya. Kedua matanya memicing menatap Maya dengan tatapan curiga.

“Kenapa? Pasti mau minta uang lagi ‘kan sama Oma?” tebak Daffa sembari memasukkan cookies cokelat ke dalam mulutnya.

“Sok tahu kamu.” elak Maya sebal.

Lain lagi di dalam hati Maya yang justru membenarkan tebakan Daffa.

“Oma di belakang sama Mama. Lagi siram tanaman.” ucap Daffa yang kembali sibuk memakan cookies cokelatnya.

“Okay, thankyou anak ganteng.” Maya mengecup singkat pipi tembab Daffa yang langsung ditepis oleh Daffa.

“Jigong kamu bau banget!” teriak Daffa saat Maya mulai beranjak meninggalkannya.

•••

Maya mendudukkan bokongnya pada bangku panjang yang terbuat dari kayu jati. Kedua mata bulatnya menatap sang nenek yang masih asik menyiram tanaman-tanaman yang berada di belakang rumah. Bahkan, Tantenya pun turut melakukan hal yang sama.

“Ekhem, tumben kalian kompak..” Maya berdeham sedikit keras membuat Sarah melirik sekilas kepadanya.

“Bantuin, bukan malah duduk disana.” Belum apa-apa, Sarah sudah mengomel lebih dulu kepada Maya.

Maya tidak menggubris sama sekali ucapan Sarah. Perempuan berusia dua puluh empat tahun itu masih kesal dengan tingkah Tantenya yang selalu menistakannya. Bahkan Daffa pun selalu menjadi sekutu Sarah untuk saling menistakan Maya.

“Ck, malesan kamu.” cibir Sarah sembari melanjutkan kegiatannya.

Maya hanya mengendikkan kedua bahunya acuh. Kedua mata bulatnya mengedar ke segala penjuru arah. Lalu, tatapannya terhenti pada salah satu jendela kamar yang selalu tertutup rapat. Hati kecilnya berharap sang pemilik kamar hadir berada di dekatnya.

Melihat objek yang dipandang Maya sedari tadi, membuat wanita paruh baya yang tak lain Oma-nya pun berjalan mendekat ke arahnya cucu perempuannya. Setelah mendudukkan bokongnya di samping Maya, wanita itu mengulas senyum tipis.

“Lagi lihatin apa sih, May?” tanya Oma sekadar berbasa-basi kepada cucunya.

Maya menoleh ke samping. “Nggak Oma..” ujarnya pelan.

“Ehm Oma..” cicit Maya seperti berbisik.

“Kenapa?” tanya Oma-nya sembari menatap aneh tingkah cucu perempuannya.

“Mas Galen… katanya udah cerai ya sama istrinya?” tanya Maya dengan suara sangat pelan.

Maya terdiam menantikan respon sang Oma. Namun, wanita paruh baya di depannya itu hanya diam saja tidak menjawab sama sekali pertanyaannya. Maya pun menghembuskan napasnya pelan.

“Memangnya kenapa? Kamu suka sama Galen?” tanya balik Oma sembari memicingkan kedua matanya.

Maya yang ditatap sedemikian rupa pun meneguk salivanya kasar. “Ng-mana ada Oma.” elaknya seraya terkekeh kecil.

“Bohong Mi. Dia itu suka sama si Galen. Di galerinya aja, banyak fotonya Galen tuh.” celetuk Sarah yang sudah berdiri di depan Maya dan Oma.

Maya menatap Tantenya dengan tatapan nyalang. Sialan. Rahasia yang sudah ia tutupi sejak lama kini malah terbongkar oleh Tantenya yang rese. Bagaimana ini? Diamnya Oma membuat Maya ketar ketir ditempatnya.

•••
🐅Jangan lupa vote dan komen🐅

INFO!

Halo semuanyaa! Terima kasih kepada readers yang sudah bersedia membaca karya aku💗

Novel Married With Playboy pindah publikasi ke aplikasi Fizzo dengan nama akun yang sama yaa teman-teman!




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 13 hours ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Married with Playboy Where stories live. Discover now