62 || Wedding Day

Start from the beginning
                                    

"Astaghfirullah abang... Abang kenapa setega itu? Kak Keysha itu cewek baik-baik."

"Tau dari mana?"

"Abang inget waktu Gia ijin mau berlatih bela diri?" tanya Gia.

"Hm, nggak abang ijinin." jawab Gavin.

Gia menghela nafas panjangnya. Berbicara dengan Gavin memang harus banyak sabar nya.

"Abang inget nggak─"

"Nggak inget, dek." sambar Gavin membuat Gavin berdecak, rasanya gadis kecil itu ingin mencakar-cakar wajah abangnya.

"Abang inget waktu Gia di gangguin sama cowok-cowok brandalan, sampe lutut Gia luka?" tanya Gia lagi, Gavin membuka matanya mengerutkan keningnya menatap Gia.

"Kak Keysha orang yang udah nolongin Gia, abang! Sampe-sampe lengan kak Keysah luka kena pisau salah satu dari mereka." jelas Gia mengingat kembali kejadian awal pertemuannya dengan Keysha.

"Nggak usah ngarang cerita, dek. Abang lagi pusing banget ini." balas Gavin seraya memijat pelipisnya. Sungguh saat ini Gavin benar-benar pusing, pusing memikirkan Keysha?

"Bercanda pala bapak kau!" desis Gia merengut kesal.

Gavin menatap Gia lama, ia mengingat Gia yang pernah luka yang katanya karena di gangguin sama anak-anak geng motor. Tapi, Gia tidak memberitahu siapa orang yang sudah menolongnya kala itu.

Keysha? Sungguh demi apa?

Gavin memejamkan matanya sejenak sambil menghela nafas beratnya. Lagi dan lagi rasa penyesalannya makin membesar. Se-brengsek itukah ia kepada Keysha?

"Gia nggak mau tau, ya. Pokoknya abang harus tanggung jawab sama kak Keysha dan juga sama calon ponakan Gia." ujar Gia penuh ketegasan membuat Gavin tersedak salivanya.

"Wajib! Tanggung jawab, nikahin kak Keysha!"

"Gia denger sendiri kan tadi dia gimana?" ucap Gavin melirih.

"Terus abang nyerah gitu aja? Emang ya, anak muda jaman sekarang enak banget cuma tau bikinnya doang, giliran jadi pada saling nyalahin nggak mau tanggung jawab." sembur Gia menohok.

"Heh omongannya, dek!"

"Faktanya kan? Pas bikin nggak inget dosa, pas udah jadi baru nyesel." cerocos Gia yang lagi-lagi hanya mampu Gavin dengarkan. Membantah? Gia selalu benar.

"Serah Gia, serah." balas Gavin. Gia mengulas senyum miringnya, terbesit ucapannya yang pasti akan membuat Gavin tak bisa berkata-kata lagi.

"Ck, cowok gitu, ya? Pas bikin dosa gayanya laki banget udah kaya petinju yang mau tarung, giliran putih-putih nya jadi nyawa eh malah loyo ke bunga belum di siram." celetuk Gia seraya berlari keluar dari kamar Gavin.

"Putih-putih?" Gavin masih memejamkan matanya sambil mengerutkan keningnya.

"GIA AWAS YA LO, GUE ADUIN SAMA OMA." teriaknya setelah tersadar dari ucapan Gia barusan.

*****

"Ananda Elbara Gavindra Manuela, saya nikahkan engkau dengan ananda Amora Keysha Maurani dengan mahar berupa cincin kawin 25 gram dan gedung apartemen dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Amora Keysha Maurani dengan mahar berupa cincin kawin 25 gram dan gedung apartemen dibayar tunai." dengan sekali tarikan nafasnya Gavin dengan lantang mengucapkan ijab kabul hari ini dan mengikat Keysha sebagai istrinya detik ini juga.

"Gimana para saksi? Sah?"

"SAH..."

Mendengar kata itu Keysha hanya mampu menundukkan kepalanya menyembunyikan cairan beningnya yang mulai menumpuk di pelupuk matanya. Keysha tidak bisa mendefinisikan apa yang ia rasakan hari ini. Entah senang ataupun tidak, gadis itu benar-benar seperti bukan dirinya sendiri.

"Maafin, gue benar-benar minta maaf, Key." bisik Gavin mengecup kening Keysha setelah menyematkan cincin di jari manis Keysha, istrinya.

Tidak ingin menjadi masalah bagi orang-orang yang ia sayangi, Keysha akhirnya menyetujui permintaan maaf dan pertanggung jawaban Gavin. Safina benar, apa yang terjadi kepadanya tidak ada hubungannya dengan nyawa yang saat ini lagi berjuang hidup dalam rahimnya. Mungkin dengan berat hati Keysha menerima kenyataan dan menerima calon anaknya bersama Gavin.

Pernikahan Gavin dan Keysha tidak banyak diketahui oleh orang-orang. Pihak keluarga sepakat hanya mengundang kerabat dekat mereka juga sahabat-sahabat Gavin dan Keysha. Anak inti Xabarca, Alika dan Chika. Selebihnya pernikahan itu benar-benar tertutup.

"Keysha udah sold out, Chik. Kita tinggal berdua di sekolah. Aaaaaa gue bakal kangen banget sama Keysha..." cetus Alika, dengan cepat gadis itu menghampiri Keysha memeluk sahabatnya itu dengan erat.

"Alika?"

"Gue bakal kangen banget sama lo, Key. Nggak ada lagi sahabat yang sering nemenin gue."

Keysha tersenyum tipis membalas pelukan Alika, "Kan ada Chika," ucapnya, Alika menggeleng.

"Nggak sama, Key. Lo kan tau Chika nggak mau di ajak-ajak. Sama Chika kaya lagi ngomong sama tembok." rengek Alika.

Keysha memegang kedua pundak Alika, "Dengerin gue! Gue masih jadi sahabat lo kok. Iya, gue nggak bisa sekolah lagi. Tapi kan kita masih bisa bareng-bareng lagi diluar. Main bareng, jalan bareng, kemana-mana bareng. Lo, gue sama Chika." mati-matian Keysha menahan sesaknya. Ia sudah tidak bisa sekolah lagi seperti kedua sahabatnya.

"Kapanpun lo kangen gue, kita ketemuan terus jalan ngabisin waktu kaya kemarin-kemarin."

"Aaaaaaaaaaaaaa Keysha..." Alika kembali memeluk Keysha membuat orang-orang yang ada disana tersenyum haru.

Masih berdiri disamping Keysha, Gavin kembali diserang oleh rasa bersalah yang makin lama makin dalam. Melihat tatapan Keysha, Gavin tahu bahwa Keysha benar-benar terpukul karena hal ini. Hamil diluar nikah dan dikeluarkan dari sekolah, sungguh sempurna ulah Gavin.

"Papa muda..." Ragil menyenggol lengan Gavin.

"Papa muda.. goyang goyang.. gemoi.. mama muda kesayangannya Gavin." seru Gidar menyanyikan salah satu dj yang viral di tiktok bahkan kini cowok itu dengan usilnya menggoda Gavin.

"Cisss dulu papa muda." tanpa menunggu persetujuan Gavin, Gidar langsung menekan kamera ponselnya memfoto Gavin.

"Nggak nyangka gue, Vin..." kini Ragil yang bertingkah. Ragil memasang wajah sedihnya, "Lo udah nikah, njir. Rasanya gimana?" bisik nya.

"Kalo laper, mending kalian berdua makan gih." ujar Gavin menunjuk meja dengan dagunya. Terlalu malas meladeni kedua sahabat reseh nya ini.

"Selamat ya, Key." Zelfan mengulurkan tangannya memberikan ucapan selamat kepada Keysha disambut ragu-ragu oleh sang empu.

"Makasih."

"Woy Fan, sama Gavin nggak?"

"Males."

"Dihhh." Ragil dan Gidar mendelik mendengar penuturan Zelfan, kini cowok itu berlalu pergi bergabung dengan Rakael.

"Buset Zelfan, parah lo."

Dapat mereka lihat dari sana Rakael dengan muka dinginnya tengah menatap tajam kearah Gavin. Terlihat jelas bahwa aura kemarahan serta emosi Rakael belum juga usai. Bahkan dari awal acara dimulai sampai selesai Rakael tidak tersenyum sedikitpun sekedar memberikan ucapan selamat saja kepada sang adik dan juga sahabatnya enggan. Rakael seakan-akan menjaga jarak dari keduanya.

"Lo harus berjuang lagi, Vin. Dapatin maafin sekaligus restu dari abang ipar lo." celetuk Ragil.

"Ketika sahabatku adalah iparku." timpal Gidar tergelak.

-to be continued-


Lunas part 62😭 aku agak maksa ya pas nulis soalnya lagi kurang sehat.

See u next part semuaanyaaaa 😻

Garis Takdir [END]Where stories live. Discover now