62 || Wedding Day

Mulai dari awal
                                    

"Tapi Keysha juga salah, Bund."

"Iya, Amora juga salah. Tapi semuanya tidak akan membaik kalau kita masih mempermasalahkan siapa yang salah dan tidak."

"Amora tau, hati Bunda sakit banget, bahkan hancur saat dokter itu bilang kalau Amora hamil. Rasanya dosa Bunda 10 tahun yang lalu terulang lagi." Safina kembali meneteskan air matanya mengingat apa yang telah terjadi kepadanya hingga takdir menghadirkan Rakael karena kesalahan kelamnya. Dan itu terjadi kepada anak gadisnya, Keysha.

"Maafin Keysha, Bund." lirih Keysha tercekat. Kini hanya kata maaf seribu maaf yang bisa ia keluarkan dari mulutnya, selebihnya tak ada lagi.

"Bunda tau ini berat buat Amora. Siapa yang mau terjadi seperti ini? Nggak ada! Menyesal? Sangat! Kemarahan dan air mata pun tidak bisa mengembalikan apa yang sudah terjadi."

"Disini Bunda tidak ingin membela siapapun. Amora ataupun Gavin, kalian udah buat kami kecewa. Mau Gavin yang bersalah tapi kalian berdua yang terlibat masalah ini." Safina menjeda ucapannya. Hatinya terasa sesak akan mengatakan apa yang seharusnya ia katakan.

"Bunda mohon..., Terima permintaan maaf Gavin. Ijinkan Gavin buat bertanggung jawab sama bayi yang dalam rahim Amora." lanjut Safina dengan mata berkaca-kaca. Sontak Keysha menatap Safina.

"Nggak!" tolak Keysha.

"Sampai kapanpun Keysha nggak bakal maafin cowok itu. Nggak ada yang perlu dipertanggung jawabkan, Bund! Keysha─Keysha mau gugurin anak ini." rintih Keysha menolak.

plak

"Jaga ucapan kamu. Kamu mau buat dosa yang lebih besar lagi, iya? Asal kamu tau Amora, Bunda yang dulu lebih kotor dari kamu tidak pernah berfikir buat gugurin anak Bunda, abang kamu Rakael. Semarah dan sekecewanya Bunda, Bunda masih memikirkan darah daging Bunda sendiri."

"Ini kesalahan kalian berdua, bukan anak yang dalam rahim kamu." hardik Safina menyadarkan Keysha.

"Kamu udah cukup buat Bunda kecewa. Tolong, tolong kali ini jangan yang kedua kalinya. Bunda udah berusaha kubur rasa kekecewaan Bunda dan nerima kenyataan ini, Amora." Safina kembali mendekati Keysha, untuk yang kedua kalinya ia menampar pipi Keysha. Dengan penuh penyesalan Safina kembali memeluk Keysha yang bergetar hebat karena tangisan.

"Amora bisa benci, Amora mau benci keadaan ini? Tidak apa-apa. Asal jangan calon bayi kamu. Dia tidak bersalah. Bunda tidak akan pernah memaafkan kamu lagi, jika kamu berniat mengugurkan kandungan kamu." ujar Safina berlinang air mata.

Keysha tak mampu membendung air matanya lagi. Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Baginya ini adalah mimpi buruk yang pernah ia alami. Tak pernah terbayang dalam benaknya jika hidupnya akan seperti ini. Masa depannya hancur dan kini sekolah nya pun berakhir sebelum waktunya.

Mimpi dan harapannya agar bisa menikmati hari-hari dan waktu-waktu indah bersama sahabatnya itu kini pupus sampai disini. Keysha yang menantikan hari kelulusan dan mendaftar di universitas pilihannya bersama kedua sahabatnya tak sampai terwujud. Sekarang Keysha merasa jika dunianya benar-benar dihancurkan dalam satu waktu yang sama.

Belum selesai kesedihannya atas kepergian Zean, kini Keysha harus dihadapkan dengan kenyataan yang begitu menyakitkan baginya.

*****

"Jadi cewek yang abang hamilin itu kak Keysha?"

"Abang jawab Gia!" desak Gia seraya menatap Gavin tajam.

"Hm." Gavin berdehem sebagai jawabannya. Gavin melirik Gia sejenak, melihat tatapan tajam sang adik tak membuatnya takut sedikitpun. Malah sekarang cowok itu memejamkan matanya seraya bersandar pada kepala ranjangnya.

Garis Takdir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang