Chp 12||Benturan Keras•

1.6K 170 21
                                    

Tengah malam,di mana jalanan yang sudah sepi, tak ada aktivitas apapun,sinar bulan purnama yang semakin terang, begitu udara yang semakin dingin, menerpa tubuh semua orang yang akan memakai pakaian hangat nya,tapi tidak dengan pemuda manik biru safir ini

Taufan sedang melamun lagi,yah memang nya kalau tidak melamun hal apa yang bisa di lakukan, sekolah?tentu tidak

Dulu jika Taufan sedang bosan ia akan mengerjai kakaknya yang dingin itu, Halilintar sering menjadi bahan kejahilan Taufan saat dulu,oh tapi sekarang ia menatap kakaknya saja sudah cukup membuat Halilintar risih

Taufan terbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit malam,tak ada kabut sedikit pun,ia sendiri tak merasakan hawa horor di sekitar nya,ia tak merasa takut sedikitpun menatap jendela nya itu

"Indahh.."Ucap Taufan di sela-sela memandangi sang ratu malam tersebut

Tanpa ia sedari,ia mengangkat tangan kanannya dan seolah ingin menyentuh bulan purnama yang ia tatap,ia melihat remang remang bayangan kedua orang tua nya yang ada di bulan purnama itu, bayangan itu kemudian sedikit demi sedikit mulai menghilang

"Terimakasih, setidaknya Thorn kembali bersama dan tidak membenci ku lagi.."Taufan berbicara entah Kepada siapa

Ia kemudian tersadar,kenapa ia masih belum tidur,ini sudah tengah malam

"Kenapa aku masih belum tidur?" Ia bertanya kepada diri nya sendiri

Ia mungkin tidak berpikir jika tadi ia tidur setengah hari lamanya,dan bahkan tidur saat ia meringkuk di samping ranjangnya

"Ah ya pasti gara-gara tadi itu"mungkin ia paham apa yang ia lakukan tadi

Tak lama setelah melamun menghadap sinar bulan, Taufan kini ingin bangun dan duduk di antara ranjangnya,memang mungkin sudah takdir nya,ia merasakan sakit lagi, tetapi bukan hanya di dadanya kali ini , sekarang juga di bagian kepalanya,

"Akh kepalaku..."ia tentu merintih

"Kenapa saat aku duduk kepala ku malah sakit"

"Penglihatan ku berkunang-kunang.."

"Kenapa harus dua dua nya..."

"Akhhhkk...."ia merintih sekali lagi

mungkin seharusnya ia berpikir untuk memeriksa kan ke dokter,tapi entah ia tak memikirkan nya, seperti masalah sepele saja baginya

"Dasar tubuh ringkih sialannn!!"

ia mengumpati tubuh nya sekali lagi

Taufan akhirnya bangun dari tempat tidur nya,ia beranjak keluar dari kamarnya,ia berjalan lung lai bak orang sempoyongan, wajah nya pucat begitu pun dengan bibirnya.

Ia tetap berjalan meski tubuh ringkih itu menolak nya, saat ia hendak menuruni anak tangga ia berhenti sejenak, mengimbankan tubuhnya agar tak terjatuh sambil berpegangan pada benda yang ada di sekitarnya

Saat masih berjalan ia menyenggol seseorang di sebelah nya,orang itu sedang membawa secanglir kopi panas untuk ia minum, akibatnya air itu tumpah ke dalam bajunya nya sendiri,tentu ia merasakan perih nya akibat air kopi panasnya

"Aakhg..."ia merintih

"Hei kau kenapa menumpahkan kopi ku hah!!!" ia terus murka begitu saja

Ternyata orang itu adalah Halilintar,Kakak pertama bagi Taufan, Halilintar memang orang yang sulit mengontrol emosi dan cenderung langsung meluapkan amarahnya

"Maaf kak Hali aku-" Ucapanya terpotong, padahal ia ingin mengatakan kalau ia sedang pusing

"Tidak!!,kau hanya mencari alasan.." Halilintar

"Lihat sekarang bajuku jadi basah dan dadaku rasanya perihh!!!"Halilintar

Oh andai dia tahu apa yang lebih dirasakan adiknya daripada dirinya sendiri

"Aku tidak sengaja kak Hali"

"Maafkan ak"Lagi-lagi ucapnya terpotong

"SUDAH LAH AKU MUAK DENGAN OMONG KOSONG MU ITU!!!" Ia membentaknya

"Kau memang harus di beri pelajaran!!"ucapnya dengan nada dingin dang menyeringai tajam

"Maaf kak Hali,aku benar benar tidak sengaja hikss.. hikss"Taufan lebih dulu menetes kan air mata nya,tapi orang di hadapannya tetap diam

"Akhggggg...."Taufan merintih kesakitan

Rambut nya di cengkram oleh Halilintar dan kepala nya otomatis mendongak ke atas

"Komohon maafkan aku kak Hali..."Taufan terus menangis' sambil memohon kepada Halilintar,tapi entahlah mungkin Halilintar juga tuli akan perasaan nya sendiri dan tak punya hati

"KAU ADALAH HAMA YANG MENJIJIKKAN!!!!"

Dughhhhh BRAKK...

"Akhhhkk......"

Kepala Taufan di benturkan ke tembok,lalu kemudian menghempasnya ke lantai, meninggalkan sedikit noda darah tertinggal di tembok itu,

"K-kak...Hali Maaf....." Tangan Taufan terangkat dengan seperti ingin me menjangkau kakaknya, sambil meneteskan air mata terakhir nya

Taufan yang sedari tadi memohon maaf, akhirnya ia diam,ia pingsan dan tak sadar kan diri

Ia menoleh ke belakang
"Cih apa-apaan dia.."

Hilintar puas dengan apa yang ia perbuat,ia kembali ke dapur untuk membuat secangkir kopi lagi,dan berniat untuk mandi.Oh memang sungguh tidak punya hati,hanya karena masalah sepele ia membenturkan kepala adiknya sendiri tanpa rasa bersalah

Ia kemudian kembali ke dapur untuk membuat secangkir kopi nya lagi,dan tentu saja mandi,karna bajunya yang kotor bersimbah noda kopi yang Taufan tumpah kan,meninggalkan orang yang tergeletak di lantai itu sendirian

.Taufan masih tetap pingsan di tempat nya, posisi yang masih sama,hanya saja darah nya keluar semakin banyak dari hidung dan bagian kepalanya, semakin banyak dan banyak, semakin menetes layaknya air kran yang masih mengalir di saat kran itu sudah di matikan

Taufan masih tetap pingsan di tempat nya, posisi yang masih sama,hanya saja darah nya keluar semakin banyak dari hidung dan bagian kepalanya, semakin banyak dan banyak, semakin menetes layaknya air kran yang masih mengalir di saat kran itu sudah d...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah hampir 15 menit berlalu, Halilintar akhirnya selesai mandi dan membuat secangkir kopinya,ia kembali berjalan keluar dari dapur

Ia melihat Taufan yang masih ada di sana,tak bergerak sedikit pun,hanya ada darah yang semakin keluar

"Kenapa ia masih belum sadar juga" ucapnya dalam hati

Halilintar memang bodoh, sudah tahu ia tergeletak di lantai dengan bersimbah darah,malah menyakan hal tidak masuk akal, seharusnya ia sadar akan perbuatannya dan menolong Taufan,tapi ia meninggal kan nya sendirian


To be continued.....

Where's That Sincere Smile?Where stories live. Discover now