3 | Dari Zargan untuk Alara

Start from the beginning
                                    

"Biasanya yang nyebelin itu lebih susah buat dilupain. Jadi, gue memilih untuk menjadi sosok yang menyebalkan di mata lo, biar gue selalu lo kenang—sampai kapan pun."

Tawa hambar akhirnya menyambut Zargan. Sementara Alara memilih untuk melipat kedua tangannya di depan dada. Ia tersenyum usai melepas tawanya, tetapi bukan senyuman manis apalagi tulus, melainkan senyuman seolah mengejek tingkat kepedean Zargan.

"Gue kenang lo bilang?" Alara kemudian tertawa lagi, kali ini terdengar lebih pelan tetapi terlihat lucu di mata Zargan. Benar, 'kan? Alara tertawa tak ikhlas saja masih bisa membuatnya menjadi lucu, bagaimana jadinya jika perempuan itu tertawa tulus karenanya? Zargan tak bisa membayangkan bagaimana jantungnya akan berdetak tak karuan dan bagaimana hatinya semakin bersikap egois, untuk menjadikan Alara sebagai miliknya seorang.

"Nggak usah mimpi!"

Perempuan itu kembali berbalik. Duduk pada kursi yang sialnya berada tepat di hadapan Zargan. Ia mengambil kipas mini yang selalu ia bawa demi menghindari panasnya udara luar. Meski saat ini ruang kelasnya menggunakan AC, tetapi rasanya tetap gerah. Jelas saja penyebabnya adalah Zargan. Cowok itu selalu berhasil membuatnya emosi, tetapi terkadang juga berhasil membuatnya tersenyum tanpa arti.

"Ara!"

Alara menoleh pada Zargan, wajah marahnya semakin tercipta ketika mendengar Zargan memanggilnya dengan nama itu.

"Itu nama kecil gue! Nggak suka kalo di sekolah ada yang manggil gue dengan nama itu! Cukup sebut gue Alara, jangan Ara!"

"Sampe sekarang juga di mata gue, lo tetep keliatan kayak anak kecil."

"Terserah lo!"

"Terserah lo! Terserah lo! Cewek kalo udah kalah debat, udah males ngomong, ujung-ujungnya pasti bilang terserah. Nyebelin juga, ya?"

Kalimat Zargan barusan tak mengundang reaksi apa pun dari Alara. Perempuan itu lebih memilih untuk membuka lembar demi lembar buku tulis serta buku paketnya. Ia mengambil pulpen dengan merek kokoro dan mencoba untuk fokus dengan soal-soal tersebut. Namun, salah satu tangan Alara berhasil mengepal dan sedikit memukul meja hingga membuatnya bergetar, saat di belakang sana—Zargan sibuk menendang-nendang kaki kursinya, hingga posisinya saat ini nyaris terjepit meja.

"Lo bisa diem nggak, sih?!" Alara menggebrak meja dan berbalik dengan deru napas tak beraturan.

"Enggak."

Jawaban santai dari Zargan berhasil membuat Alara semakin naik pitam.

"Shellena, marahin Zargan nya! Gue udah kesel banget, mau nangis!" Dan pada detik itu pula, air mata benar-benar mengalir di pipi Alara. Sementara Zargan langsung mengubah posisinya, yang semula bersandar santai pada kursi, kini condong ke depan demi bisa lebih dekat pada Alara yang sudah kembali membelakanginya.

"Yah, Ra, kok beneran nangis? Gue minta maaf."

"Lo, sih, Zar! Alara 'kan lagi hamil, emosinya pasti nggak stabil. Lo malah bikin dia kesel terus!"

Zargan bangkit dari posisi duduknya, ia akhirnya berdiri tepat di sebelah kursi milik Alara. Tangannya sengaja bertumpu pada ujung kursi tersebut, sementara tatapannya terus fokus pada Alara. Sehingga keduanya nampak terlihat dekat.

"Ra, mau lihat gambaran gue, nggak?" tanya Zargan yang langsung diikuti dengan sodoran kertas pada meja Alara.

"Ra, mau lihat gambaran gue, nggak?" tanya Zargan yang langsung diikuti dengan sodoran kertas pada meja Alara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now