☆★☆ : Lupa?

79 17 273
                                    

☆★☆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

☆★☆

Selepas makan bersama keluarga Ikael, Xéycasa mengajak Ikael untuk ke kamarnya. Meminta saran baju apa yang cocok untuk pergi bersama Raja ke pasar malam nanti.

Ikael menatap Xéycasa malas, hampir satu jam Xéycasa mengambil beberapa baju di lemarinya, sudah beberapa kali juga ia memberikan saran kepada sahabatnya itu untuk memakai baju apa. Tetapi, sampai sekarang Xéycasa masih memilih baju yang lain, karena menurutnya baju yang di pilih Ikael kurang cocok dan lebih sering di pakai.

"Kalau ini gimana, El?" Xéycasa memperlihatkan baju pink yang tangannya mengembung tersebut. "Terus celananya ini, gimana?"

"Hm, bagus."

Xéycasa mengembungkan pipinya. "Bagus, bagus, mulu perasaan!"

Xéycasa ikut duduk di atas kasur, ia menatap kamarnya yang sudah berantakan. "Malesin ihh, serasa nggak punya baju."

"Baju lu sebanyak itu, Sa, masih bisa-bisanya lu ngerasa nggak punya baju?" Ikael menggeleng tak habis pikir. Lalu, ia berdiri, melihat baju Xéycasa satu persatu.

"Lu cuma pergi ke pasar malam doang, kan?" Xéycasa mengangguk.

"Pakai baju ini, terus celananya ini, biar kelihatan wow lu bisa pakai topi cream ini," ujar Ikael seraya memberikan baju, celana pilihannya itu kepada Xéycasa. "Cobain sana."

Xéycasa menurut, ia masuk ke dalam ruang ganti untuk mencoba pakaiannya itu. Tak memakan waktu banyak, Xéycasa keluar dengan tatapan bertanya.

Ikael menilai dari bawah sampai atas, ia membuka topi sahabatnya itu. Ikat rambut yang di pakai Xéycasa di tarik pelan oleh Ikael, menggeraikan rambut panjang Xéycasa. Lalu, memasangkan kembali topi tersebut. Ikael tahu yang ia pilih mungkin sederhana bagi orang-orang yang akan melihat Xéycasa nanti, tapi ia yakin orang-orang itu juga akan terpesona dengan kesederhanaan gadis ini, Xéycasa tetap terlihat begitu cantik.

"Lebih bagus gini."

Xéycasa melihat dirinya di pantulan cermin. Senyumnya mengembang, ia menatap Ikael senang. "Makasi, Kael."

"Iya. Udah, kan?" Xéycasa mengangguk. "Gue balik."

"Ihh gak ada niat gitu buat bantuin aku beresin ini?"

"Gak minat." Jawaban Ikael membuat Xéycasa mencebikkan bibirnya.

"Gue becanda. Sana ganti lagi bajunya, gue bantu beresin."

Xéycasa mencubit kedua pipi sahabatnya itu, lalu langsung mengelusnya pelan. "Ikael emang yang terbaik!"

Sementara orang yang di perilakukan seperti itu oleh Xéycasa hanya bisa menahan napasnya seraya merasakan debaran jantungnya yang entah sampai kapan berdetak kencang seperti ini.

☆★☆

Entah sudah ke berapa kalinya Xéycasa menghembuskan napasnya. Matanya melirik kembali ke jam tangan yang ia gunakan. Kini sudah pukul 8 malam itu artinya ia sudah menunggu Raja selama 1 jam. Tangannya bergerak mengambil ponsel, whatsapp pria itu masih ceklis 1. Xéycasa mencoba untuk menelepon biasa, tetapi tidak di angkat sekalipun oleh Raja. Sebenarnya, Raja kemana? Apakah Raja lupa dengan janjinya?

ENDING CHOICEWhere stories live. Discover now