☆★☆ : Keberuntungan

135 31 314
                                    


☆★☆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

☆★☆

"Minggu depan kita praktek bola basket. Nilainya yang paling bagus bapak kasih plus 5 buat ujian praktek bulan depan. Yang nilainya masih di bawah KKM bapak kasih kesempatan 1 kali buat mengulang, oke?"

Asa mengusap wajahnya kasar. Mengapa di dunia ini ada yang namanya mata pelajaran olahraga? Arghh dirinya sangat tidak suka dengan mata pelajaran tersebut! Kecuali berenang.

"Tenang, nanti sama kita di ajarin, kok, Sa."

"Padahal gampang tau." Asa mendelik kesal kearah Shera. Sudah tahu Asa sangat payah dalam pelajaran olahraga, rasanya ingin mencakar wajah temannya itu sekarang juga.

"Emang gampang, cuma gua nggak bisa masukin bolanya. Suka meleset mulu," ujarnya, sementara Pak Luthfi menginginkan semua siswa-siswinya mencetak minimal 3 ring dalam waktu 5 menit.

"Gua masih ingat pas kita pertama kali di tes, lo nggak ada 1 point pun yang masuk." Neysilla tertawa membuat Asa mengembungkan pipinya. Ah sudahlah, ia mau marah juga tapi buat apa? Apa yang di katakan oleh temannya itu memang benar.

"Terus lo juga pernah di ajarin ekstra langsung sama Pak Luthfi tapi tetap aja hasilnya nihil." Kini yang berbicara adalah Shera. Mengapa kedua temannya itu sangatlah menyebalkan?

"Udahlah, gua cocoknya di kolam anjir jadi mermaid."

Asa berdiri, gadis itu melangkahkan kakinya menuju kantin. Olahraga hari ini sangatlah melelahkan.

"Asa!"

"Kok kamu di sini? Bolos, ya?" Ikael menggeleng. Pria itu menggerakan dagunya ke bawah membuat Asa langsung mengikuti arah gerak dagu pria itu.

"Eh nggak sadar aku kalau kamu bawa buku, hehe." Asa berhenti, hendak ingin mengambil beberapa buku yang Ikael pegang.

"Sini ak—"

Ikael menghindar. Pria itu menggeleng keras. "Gue aja. Lo mau ke kantin, kan? Sana gih."

"Aku bantuin sini. Itu pasti berat."

"Nggak, Sa. Cuma 6 buku doang darimananya berat?"

"Tapi itu tebal-tebal loh Kael bukunya. Siniin, nggak?!" Asa melotot, tangannya berkacak pinggang.

"Gak mau. Udah udah sana. Gue duluan, ya." Asa mengumpat pelan ketika sahabatnya itu langsung pergi begitu saja.

"Sahabat lo lucu banget tau, Sa."

ENDING CHOICEWhere stories live. Discover now