Menipu perasaannya

Start from the beginning
                                    

"Dih lo ngalangin jalan gue! Dikira Lo  mau jadi tiang bendera bergerak gitu ogah banget sih gie kalau harus hormat sama orang kayak Lo dasar setengah kelamin!!" cibir Kevan balas sarkas mengejeknya. Axello pun mendelik tajam tak terima dengan sikap kurang ajar Kevan yang selalu mengajaknya ingin baku hantam setiap cowok dingin itu berkomentar pedas.

"Sana Lo minggat! Awas pulang entar gue usir Lo tidur malam dari rumah bokap gue!!" sahut Axello tak kalah sengit. Kevan hanya mengacungkan jari tengahnya kasar sambil beranjak menjauh lebih dulu agar tidak terkena oleh balasan lain dari cowok gondrong itu.

****

Setelah pergi dari rumah besar Ale dan ayah angkatnya. Alyra kembali ke rumah kecilnya yang dulu. Padahal ia tahu itu tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhannya disini selama satu bulan.  Namun itulah yang harus dia lakukan. Alyra tidak ingin membuat masalah lebih besar lagi pada Ale yang sepertinya sudah terlalu lama membenci dirinya sejak kecil. 

Jadi ia tak ingin merepotkan rumah disana hingga Alyra pun juga memilih pergi menjauh dari kehidupan sisi Axello yang sempat menjadi kekasihnya sementara, ralat hanya sebagai pengisi harinya saja.

Alyra masih merutukinya setiap kali teringat akan dirinya yang lebih bodoh daripada orang yang sakit jiwa di pinggiran jalan. Kenapa juga ia sampai harus salah orang mencintai cowok gondrong itu. Setelah bertemu kembali dengan pacar lama yang sesungguhnya si Marcello.

Alyra tak mengerti bagaimana bisa Axello mengenalnya Marchello. Dan terlebih wajah kedua para cowok itu hampir memiliki wajah yang sama jika dilihat sekilas, namun pasti ada bedanya juga mungkin Axello terlalu sempurna jika dibandingkan Marchello yang hanya kebetulan.

Maka dari situ Alyra  tidak ingin lagi terlibat dengan Axel maupun dengan teman-temannya yang lain. Cukup Marchello yang tidak tahu apa-apa tentang dirinya sama sekalipun, jadi Alyra masih bisa merasa aman tanpa harus mengkhawatirkan dirinya lagi.

Ia pikir, hidupnya akan tenang dan bisa lebih bahagia sekarang namun Alyra justru salah mengira. Ia bahkan malah merasa lebih sengsara setelah pergi dari rumah Ale dan memutuskan hubungan dengan Axello walau memang sedari dulu tidak pernah adanya ikatan khusus yang terjalin pada saat itu.

Meski begitu Alyra sempat merasakan hambar ketika bersama Marcello padahal mereka baru saja bertemu kemarin. Tapi entah kenapa dia tidak terlalu bersemangat. Malah Axello yang masih memenuhi ruang hatinya tanpa bisa ia pungkiri dalam benaknya, saat bayangan cowok gondrong itu selalu berhasil merasuki pikirannya yang bodoh dan buta cinta perasaannya.

Ingin menyesal tapi Alyra sudah terlanjur berbuat sejauh itu. Di koridor kelas saat di sekolah tadi  Alyra mencoba menghubungi Marchello kekasihnya, namun cowok itu seperti susah untuk dihubungi apalagi sekedar berbagi kabar. Ia juga meminta tolong pada Syella namun cewek itu malah mencoba menghindarinya seakan tak ingin terlibat dalam hal apapun.

Alyra akhirnya melemparkan ponselnya yang terbilang betrainya sebentar lagi akan sekarat. Ia juga menutup telinganya sejenak saat bunyi bising di sekitar rumahnya terdengar memekakkan. Astaga! Alyra lupa bayar token listrik. Sialan uangnya kurang cukup untuk melunasinya sekarang apalagi sisa uang sakunya nanti.

Kenapa hari ini kesialannya semakin bertambah lebih dari berkali lipat. Pertama Marchello dia tak bisa diajak berkompromi  entah kemana cowok itu mulai menghilang lagi. Kedua dia dibenci oleh keluarganya sendiri, lalu kemudian tak bisa merasakan tenang setiap kali harus bertatap muka dengan wajah Axello sejak ia mengakhirinya saat itu, walau sebenarnya Alyra masih menyimpan dalam perasaannya pada cowok gondrong itu, tapi tetap saja tak bisa melakukannya lagi untuk memulai kembali mendekat. Ketiga hidupnya masih selalu serba kekurangan, mana hidup sendirian lagi sebatang kara ia harus menanggung bebannya.

Mylovelly Where stories live. Discover now