Merasa kehilangan?!

Mulai dari awal
                                    

"Cepat ambil saja dok darah saya, kita sepertinya mempunyai tipe golongan yang sama. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi atau anak itu nanti semakin dalam bahaya jika waktunya habis tak sempat,," Dan dokter segera menyiapkan peralatan mereka ketika persetujuan syarat saling terpenuhi satu sama lain.

"Merin seharusnya kamu tidak perlu melakukan hal itu. Riyolla juga mempunyai darah yang sama dengan Ale tapi, entah kemana dia pergi tanpa--?!" Hisza duduk diruang tunggu sambil terus menahan kemarahannya pada Riyolla dan matanya juga mencari keberadaan istrinya itu dari kejauhan.

"Sudah cukup! Bukan saatnya untuk berdebat dengan masalah kalian. Lebih baik sekarang kita harus segera menolong anak mu. Atau tidak dia nyaris akan meregang nyawa. Aku kasihan sekali! Dia pasti akan jadi anak lelaki yang baik jika tumbuh besar tolong jaga dia nanti,," ujar Merina mencemaskannya, kemudian ia tersenyum lembut untuk menenangkan keadaan. Hisza sungguh tersentuh dengan kasih sayang seorang ibu pada anaknya yang mau rela sedikit berkorban demi Ale.

Setelah itu operasinya Ale berjalan dengan lancar dan berhasil terselamatkan. Beberapa saat kemudian Riyolla barulah datang kembali yang tentu saja disambut oleh kemurkaan Hisza yang merutukinya habis-habisan. Merin lebih memilih untuk pergi dari situ dan tak ingin ikut campur lebih jauh dalam urusan rumah tangga mereka.

Flashback off

Kembali situasi saat ini Ale benar-benar sangat terkejut  saat mengetahui fakta yang sebenarnya itu. Ia tak pernah mengira dan akan menyangka jika hidupnya pernah dipertaruhkan oleh wanita lain yang merupakan ibu dari Alyra. Ale terpaku hebat kenapa baru sekarang dia harus tahu kenyataan itu? Jadi selama ini Ale sungguh terkutuk telah berbuat jahat dan kejam menyakiti anaknya bahkan hampir ingin membunuhnya waktu itu.

"Papah pikir Papah punya hutang yang tak akan pernah bisa terbayarkan pada ibunya Alyra hanya demi kamu anak yang kurang sopan dan tidak tahu diri! Papah sangat malu jika harus berhadapan dengan Merin seandainya masih hidup. Kamu bahkan tidak bisa bersikap sedikit pun baik pada anaknya. Padahal ibunya penuh kasih sayang sama kamu Ale! Bahkan Mama mu sendiri gak berguna jadi seorang ibu!!" sengit Hisza menatap penuh tajam seolah tak menyukai jika Ale kembali mengingatkan pada mantan istrinya itu.

"Jadi... Mama beneran tega sama Ale Pah? Dia gak mau peduli sama aku meski ada wanita lain yang menggantikannya,,"Ale termangu. Bahkan gelas minumannya pun jatuh dari tangannya dan pecah. Hisza hanya menatap datar ia mungkin mengerti bagaimana perasaan Ale saat ini dia pasti masih shock setelah mendengarnya. Hisza hanya bisa berharap Ale akan berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

"Sebaiknya kamu renungkan sendiri. Papah gak mau bahas masa lalu lagi tentang Mama kamu! Semoga kamu sadar atas kesalahan mu sendiri." setelah mengatakan hal itu Hisza segera berlalu pergi meninggalkan Ale dengan berbagai macam pikirannya.

"A-apa yang sudah gue lakuin sama dia? Sialan! Gue...." Ale meneguk ludahnya kasar ia bahkan mengumpat sejadi-jadinya. Seketika ia jadi teringat akan bayang-bayang wajah Alyra dari kebaikannya dia terima dan sampai keburukan yang telah dia berikan juga pada gadis itu.

Baru pertama kali ini perasaan Ale tak keruan setelah kepergian Alyra dari rumahnya begitu mengetahui bahwa ibunya Alyra merupakan wanita berharga yang pernah ada menjadi penyelamat dalam hidupnya.

"Gue... Salah selama ini. Semoga Lo bisa melupakannya..." Ale bergumam pelan dan terduduk lesu dibalik pandangannya yang kosong.

***

Baru beberapa hari ini Alyra muncul kembali ke sekolahnya setelah tak terlihat dari kemarin. Kevan pun sudah menyadari sejak saat itu. Ia tahu mungkin ada kaitannya dengan kejadian di rumah Ale sebelumnya.

Ketika berpas-pasan lewat Alyra hanya menundukkan wajahnya tanpa menatap Axello seperti biasanya setiap kali mereka bertemu bersisian. Ale dan Kevan yang kebetulan bersama Axello saling melemparkan pandangan mereka sesaat lalu membuangnya. Kevan hanya menghembuskan napas pendeknya. Begitu juga Ale yang sedikit mendengus samar.

"Xel itu cewek Lo lagi ngambek ya? Sampai gak mau lihat muka Lo kenapa ya? Gak biasanya dia pura-pura buta kayak gitu dah,," Eboy sedikit berbisik kecil merasa agak heran dengan tingkah cewek merah itu yang mulai terlihat berbeda lebih tepatnya pendiam.

"Mungkin si bos gak secakep dulu lagi kali yak? Makanya udah bosan ngarepinnya,," celetuk Petra ikutan ngasal.

"Lidah Lo mau gue gorok hah? gak usah ngaco!!" delik Axello kesal ketika disangkut pautkan oleh perubahan sifat cewek merah itu kepadanya.

"Ya, mungkin tidak mungkin sih bisa saja terjadi. Lo harus sabar ya bos gantian giliran kita sekarang yang lagi naik daun nih." cengiran lebarnya terlihat lebih menjengkelkan untuk Axello.

"Kenapa dah tuh anak? Gak mungkin sih dia kalem pasti lagi nyamar jadi orang lain." batin Axello bergumam sendiri sedikit sinis.

"Gak usah gitu juga kali ngeliatnya? Lo mulai cinta sama dia eh?" cibir Kevan melihat raut air muka Axel agak serius saat memandanginya sebentar.

Alyra pun hanya berlalu tanpa ingin menoleh ke arah cowok gondrong itu sedikitpun, dan mengabaikan beberapa siualan menggoda dari teman-teman lelaki itu. Ia lebih mempercepat langkahnya menghindari kontak mata langsung dengan Axello untuk saat ini sekarang. Baginya dia masih terlalu malu jika Axello akan semakin membencinya saat tahu kalau sebenarnya Alyra masih mempunyai semacam rahasia lain.

Sudah cukup baginya agar Axello tak berlebihan dalam membenci dirinya lagi seperti yang akan sama Ale lakukan terhadapnya waktu itu jikalau Axello sependapat dengan cowok itu juga.

Ale hanya terdiam kaku melirik sedikit ke arah Alyra namun ia pun akhirnya dengan cepat memalingkan mukanya lagi kalau tidak mau kepergok oleh Kevan nanti yang akan memperhatikannya juga. Ale hanya berdecak kesal mengingat Kevan kadang bisa memata-matainya dari siapapun.

Axello sedikit heran walau sebenarnya ia tak terlalu memusingkan hal itu. Meski ia tidak akan melupakan kesalahan pahaman yang Alyra lakukan sebelumnya dengan Rendra dibelakangnya diam-diam.

Tapi entahlah, Axello mulai merasa ada yang aneh dengan dirinya. Bersamaan dengan perubahan kecil Alyra yang mulai mencolok dimatanya dimana gadis itu terlihat enggan berjumpa dengannya. Seharusnya Axello merasa senang selangkah lagi hidupnya akan terbebas dari gangguan cewek itu. Namun justru malah sebaliknya seolah ada sebagian yang hilang dari perasaannya itu. Axello tak mengerti namun ia seperti merasakannya.

Axello terdiam sesaat lalu menoleh sebentar ke arah punggung mungil Alyra yang sudah menjauh darinya .

"Kok gue tiba-tiba jadi mikirin dia ya? Dasar cewek aneh,," tanya hati Axello setelah sekian lama ia tak melihat cewek merah itu akhir-akhir ini tak mendengar kabarnya, kini baru berhadapan dengannya hingga melewati dirinya begitu saja.

TBC....







Mylovelly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang