"Nuguya?" tanyanya sekali lagi memastikan.

"Choi Ye Bin." Tangan besar Seokjin mulai merenggang dan Ye Bin langsung menghempaskannya dengan kasar.

"Namaku bukan, Yoona, Tuan Kim!" tegas Ye Bin menatap nyalang Seokjin yang berstatus sebagai atasannya.

Mengerti tatapan itu. Seokjin mengusap surainya kasar.

"Akhhh! Kau membuatku gila, Min Yoona!" teriak Seokjin.

Sedangkan Choi Ye Bin, menatap nanar pria itu. Ia hampir saja kehabisan kesabaran jika sang bos tak melepas tangannya.

Mata Seokjin menatap sendu Ye Bin. "Joesonghamnida."

Ye Bin mengangguk dan baru ia ingin meninggalkan ruangan atasannya tersebut, baru saja memegang kenop pintu suara Seokjin mengudara.

"Kau sangat mirip dengannya, sekali lagi maafkan aku, Nona Choi." Ia menoleh dan mengangguk singkat.

Pria yang kini seorang diri di ruangannya, hanya bisa meratapi nasibnya. Ia tak menyangka jika ada orang yang sangat mirip Min Yoona.

"Apa aku harus membuat dua orang itu bertekuk lutut di hadapanku?" gumam Seokjin saat mengingat Yoona dan Ye Bin, hingga bibirnya membentuk senyum miring.

***

Park Jimin menanti kehadiran Hera yang diantar oleh bibi panti asuhan, mereka membuat janji pertemuan di restoran mewah bintang lima, sembari menunggu ia berteleponan dengan Yoona yang ingin sekali ikut makan siang bersama.

Tapi karena sebentar lagi ada rapat penting ia tak bisa hadir, sungguh hari yang menyebalkan, bukan?

"Ya sudah, kau bisa membuat jadwal makan bersama kami nanti malam. Aku harap rapat yang kau pimpinan berjalan dengan lancar, chagiya," tutur Jimin lembut.

Yoona di seberang sana hanya menghela napasnya dan bersuara, "Kau harus membereskan surat asuh Hera, aku ingin hari ini selesai."

"Nee, kau kembalilah kerja. Aku sudah melihat batang hidung anakku, Yoona-ahh," sahut Jimin mengakhiri telpon secara sepihak tanpa menunggu respon Yoona.

Membuat Yoona menggeram kesal.

"Dasar Park Jimin!" kesalnya sendiri dan bangkit menuju ruang rapat.

Kembali kepada Jimin, matanya tak berhenti menatap buntalan bernyawa di hadapannya. Pipi tembam Hera sangat menggemaskan baginya.

"Appa! Hera datang!" panggil Hera langsung menghampiri Jimin.

"Kemarilah, appa merindukanmu," sambut Jimin saat Hera mulai menghamburkan pelukannya.

Bibi panti tersenyum hangat saat gadis kecil itu telah mendapatkan calon orang tua yang tepat.

"Bibi, duduklah. Mari kita pesan makanan terlebih dahulu." Bibi hanya mengangguk dan duduk manis.

Maniknya mengoreksi perilaku Jimin yang sangat senang terhadap Hera, walau ia tahu Yoona dan Jimin belum menikah. Tapi ia tak mempersalahkan itu, karena dirinya yakin mereka akan menjadi orang tua yang baik dan tepat untuk Hera.

Matanya berembun menahan air mata. Rasanya sangat sesak mengingat mendapatkan Hera beberapa tahun silam, dengan keadaan basah kuyup di bawah derasnya hujan dalam kardus. Bahkan sempat hampir kehilangan nyawanya jika bibi panti tak segera membawanya ke rumah sakit.

Park Jimin merasa sedang diperhatikan melirik bibi panti. Tatapan sendu dan tak henti memberi senyuman untuknya.

"Bibi, apa ada yang kau pikirkan?" Bibi sedikit tersentak di kala lamunannya tadi di sadarkan oleh Jimin.

Not Dynamic Life |END| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang