15. Dia Berubah

713 76 3
                                    

Selamat membaca!!

.
.
.

✨✨✨

Rintik-rintik hujan turun dengan derasnya, Aku terus menatap dari luar jendela kamar, memikirkan Chenle yang telah menghancurkan ekspetasi ku.

Bisa-bisanya ia membatalkan begitu saja saat aku sudah membeli tiket dan menunggu sendirian dengan satu pop corn besar dengan 2 Coca-Cola. Seperti orang rakus. Aku bahkan pulang sendirian.

Masalah kedua, dia membatalkan janjinya karena sahabatnya itu. Ningning. Lagi-lagi dia memilih Ningning. Dia lebih memilih Ningning daripada aku. Suami gila.

Memikirkan nya saja membuat air mataku mengalir lagi. Menyebalkan.

Aku kini berada di rumah ku. Membiarkan dirinya tinggal sendirian dirumahnya itu. Sekalian aja si Ningning itu di ajak ke rumahnya.

Duarr!!!

Petir secara tiba-tiba menggelegar di telinga.

Astaga! Aku tarik kata-kata ku tadi ya tuhan. Jangan sampe suamiku itu bawa cewe lain. Aku melihat suhu udara di ponselku. Suhu saat ini bahkan mencapai 5 derajat, sangat dingin.

Chenle sudah menelpon ku beberapa kali, namun aku malas mengangkatnya. Bahkan, pesannya pun tidak aku buka.

Tapi aku khawatir dengan nya. Dia pasti belum makan kan? Dia itu ga bisa jaga dirinya sendiri, harus aku yang ngingetin.

Mata aku kini sedikit terbelalak melihat Chenle yang datang dengan motornya itu di cuaca ekstrem ini.

"Dia mau mati muda?" Protesku langsung menutup jendela dan bangkit. Beranjak ke bawah untuk menghampiri lelaki gila itu.

Aku kini membuka pintu, dengan handuk yang sudah aku siapkan.

Dia kini tersenyum lebar, "Aku tau, Istri aku pasti bakal datang khawatir dan menungguku selalu."

Aku melempar handuk itu ke wajahnya. "Gila! Mau mati kedinginan hah?! Nyebelin banget sih?"

"Lagian kamu gada di rumah. Kan aku udah ga terbiasa kalo tidur di sampingnya ga ada kamu."

Lemah banget ini jantung. Gitu aja deg-degan.

"Udah cepetan ke kamar. Terus mandi."

Chenle pun menghela nafas "yaudah aku mandi dulu ya?" segera ia beranjak ke kamar.

Tapi kenapa dia ga ngerasa bersalah sama sekali sih? Menyebalkan!

Kini aku melangkah menuju dapur dan membuatkannya teh hangat dan sup tahu.

Ibu dan ayah sedang menghadiri acara peresmian milik temen ayah. Jadi tidak ada makanan sama sekali di dapur.

Mau bagaimana pun aku ga bakal tega biarin dia kelaparan. Saat sedang memasukkan beberapa bumbu ke dalam sup, Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perut ku.

Dia mencium tekuk leherku. "Kamu masak apa?"

"Apa sih le? Lepas ah!"

"Ibu sama ayah ga ada di rumah kan? Kita berdua di sini."

Aku menghela nafas kasar. Melepaskan pelukannya lalu membalikkan badan ku hingga aku bisa merasakan helaan nafasnya.

"Kamu gila ya? Kamu ga mau minta maaf atau ngejelasin ada hati gitu?"

"Kamu lebih milih dia dibanding aku? Dikira aku ga sebel apa nungguin kamu di bioskop? Lalu pulang sendiri di cuaca ekstrim di malam hari..."

"Maaf..."

She Pregnant My Baby | Chenle X WinterWhere stories live. Discover now