16. Lelah Berjuang

658 79 5
                                    

Happy Reading
Jangan lupa Vote dan comment yaaa
.
.
✨✨✨

Malam ini aku pergi ke rumah Chenle, aku ga mau orang tuaku tau permasalahan ini. Dan aku berharap bisa bertemu dan berbicara empat mata dengannya, namun ternyata dia belum juga pulang, dan aku tidur sendiri lagi.

Jujur, Aku sangat sedih dengannya yang tiba-tiba menjauh seperti ini. Dia tidak ingat aku sedang hamil anaknya?

Aku bahkan tidak nafsu makan. Yang tengah melanda pikiran ku hanya satu.
Apakah Chenle memang nemilih untuk pergi bersama Ningning dan berniat mencampakkan ku? Lalu bagaimana nasib anaknya ini? Aku tidak bisa melewati semuanya sendirian tanpa dia. Yang ku butuhkan hanya dirinya.

Aku melihat ke jam dinding, sekarang pukul 10 malam. Aku tidak bisa tidur, aku ingin di menatap dan memeluk dia.

Lagi-lagi aku menangis. Mengingat foto yang tersebar di sekolah tadi pagi. Chenle dan Ningning berciuman. Hati aku sakit. Sangat menyakitkan.

Dan lagi dia tidak memberikan penjelasan apapun kepadaku. Itu semakin membuatku memikirkan hal buruk tentang nya.

"Anak mama tidur ya? Udah malem nih. Papa nya sekarang belum pulang, jadi tidurnya sama mama dulu ya?" Ujar ku sambil mengusap perut ku yang sudah sedikit membentuk.

Semakin malam, suhu udara semakin dingin. Aku melihat kembali jam yang menunjukkan pukul 11. Suara motor terdengar di telinga ku, "Chenle pulang!" Batin ku lalu membenarkan posisi dan pura-pura tertidur.

Tok tok

Pintu terbuka, aku dapat merasakan dia menghampiriku.

"Syukurlah kamu udah tidur," lirih nya sambil mengusap surai ku pelan.

"Ini pasti hari yang berat buat kamu. Maaf ya sayang." Dia kini mengecup keningku.

Aku membuka mataku setelah menunggu beberapa menit. "Astaga!" Aku memekik kaget melihat Chenle masih ditempat dan memandangku sendu.

"Kamu kenapa belum tidur? katanya tadi kamu sakit ya?" Dia duduk di tepi kasur, lalu mengusap perutku.

"Maafin aku ya Lean," ujarnya sambil menatap lu lirih.

"Aku ga mau permintaan maaf. Aku mau penjelasan dari kamu Le."

"Ga ada yang bisa aku jelasin Lean. Aku sendiri bingung harus menjelaskan apa sama kamu."

Aku tidak kuat lagi untuk menahan tangis. Aku pun menangis tersedu. "Maksudnya apa yang aku lihat itu benar?"

Dia menunjukkan ekspresi yang sulit di jelaskan, "Itu tidak seperti yang kamu pikirkan, hari ini biar aku tidur di luar. Kamu jangan lupa makan, minum susu dan obatmu."

Dia bangkit dan menutup pintu. Bahkan istrinya menangis seperti ini pun dia tidak menenangkanku?

Aku maunya dia meluk aku sekarang, nenangin aku seperti biasanya.
Aku ga bisa kalo Chenle pergi.
Dia, sudah jadi bagian dari hidupku.

Pagi ini aku merasa lemas. Kemarin akhirnya aku tertidur setelah lelah menangis, bahkan tanpa rasa iba dari Chenle.

Aku ga tau lagi harus ngapain, saat ini aku malas untuk bangkit dan bertemu dia dengan mataku yang sembab ini.

Aku membuka ponselku. Mencoba untuk menghubungi Karina.

"Halo, Lean" ujar karina dari sebrang.

"Na sekarang lu ga mau kemana-mana kan? kesini dong."

"Kenapa? Kamu kenapa?"

"Aku hanya butuh teman." Lirihku.

"Baiklah aku kesana. Kamu di rumah Chenle?"

She Pregnant My Baby | Chenle X WinterNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ