HAMPIR KELEWATAN

Comincia dall'inizio
                                    

Sebenarnya Niskala tak masalah jika harus tidur di kamar Mita. Ia sudah mengikhlaskan jika sahabatnya itu telah pergi dan tak akan mungkin kembali. Bahkan ia sudah memutuskan untuk menjalani hidup sebagaimana mestinya. Tapi Dipta, sepertinya pria itu mungkin masih memiliki perasaan berat pada hal yang berhubungan dengan Mita.

"Hey, mikirin apa?"

Tepukan ringan di bahunya menyadarkan Niskala. Tatapan Adam yang penuh rasa penasaran hanya dibalas sebuah senyum tipis, sebelum akhirnya Niskala kembali sibuk dengan kegiatannya.

"Gak mikirin apa-apa. Oh iya, nanti sore Niskala mau ke makamnya Mita."

"Sama aku aja!" tawar Adam dengan semangat.

"Gak usah... orang tempatnya deket."

"Tapi gak ada yang nemenin kamu. Nanti kamu dimakan sama hantu..."

Adam berusaha menakut-nakuti Niskala dan tentu saja usahanya itu tidak berhasil karena wanita di sampingnya malah tertawa terbahak-bahak.

"Hantu juga ngeliat-ngeliat kalau mau mangsa orang!" gurau Niskala sambil menatap Adam dengan jenaka.

Jangan salahkan Adam jika sekarang tubuhnya membeku dan jantungnya kembali berdegup kencang. Salahkan saja Niskala yang tersenyum lebar dan terlihat sangat manis, apalagi senyum itu ditunjukkan padanya. Senyuman yang entah sudah berapa bulan Adam tak melihatnya, sebuah ekspresi yang selalu Adam inginkan ketika pria itu berada di dekat Niskala.

"Pokoknya, nanti aku mau berangkat sendiri! Lagi ada urusan sama Mita."

"Duhhh... biarin dianter Adam, udah sore kamu mau keluar sendiri?" tanya Vani yang kini menatap Niskala dengan raut wajah khawatir.

"Bunda... kan makamnya juga deket banget sama perumahan, jalan kaki dikit udah nyampe. Sekalian Niskala mau keliling komplek, mau jalan-jalan biasa kok. Boleh ya... boleh ya..."

Vani menggeleng pelan ketika Niskala sudah memasang wajah memelasnya, ia sama sekali tak bisa menolak jika sudah seperti ini.

"Iya deh... Adam, mending turutin aja, daripada nanti dia gak mau kesini." ujar Vani sambil berpura-pura memasang eskpresi sedih.

"Aaa... makasih Bunda.... Bunda baik, deh! Gak kayak Mas Adam!" Niskala bergerak, memeluk Vani dengan erat hingga wanita itu terkekeh karena tingkahnya yang terlihat seperti seorang anak kecil.

"Eh? Aku baik juga loh!!!" pekik Adam tak terima

Tapi sebenarnya, ia iri pada Vani yang bisa dengan mudah dipeluk dan memeluk wanita pujaannya.

Diam-diam Adam tersenyum miris, merasakan kemalangan dirinya yang entah sampai kapan akan memiliki perasaan yang bisa disebut terlarang, karena jelas-jelas masih mengharapkan Niskala. Wanita yang sudah menjadi milik orang lain.

Mungkin jika bisa, ia juga tidak akan mau memiliki perasaan itu. Lalu melanjutkan hidup dengan normal dan menemukan seseorang yang mampu mengisi hatinya. Membuatnya mencintai lebih dalam dan melepaskan pikirannya dari Niskala. Tapi entah kapan hal seperti itu akan terjadi.

*****

Tepat pukul lima sore Niskala sudah berada di area pemakaman yang terletak tak cukup jauh dari perumahan tempat Vani tinggal. Dengan sebuket bunga lily putih di tangannya, Niskala melangkah pasti. Sesekali gaun selututnya melambai tertiup angin yang berhembus dengan lembut di sekitarnya.

"Hai... maaf ya, baru dateng sekarang..."

Niskala meletakkan buket bunganya setelah membersihkan dedaunan kering di atas makam. Tatapannya teduh, namun penuh penyesalan dan kesedihan yang mendalam.

AFTER 100 [REVISI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora