Arsya mengucapkannya dengan santai, tapi tidak dengan pasangan yang kini saling tatap satu sama lain. Seolah mengirimkan sinyal bahaya yang hanya mereka berdua ketahui. Sebelum akhirnya pertanyaan Arsya membuat mereka kompak tersedak air liur.

"Jadi, udah berapa ronde di Bali?"

*****

Setelah masa libur usai, Niskala dan Dipta kembali pada aktifitas harian mereka. Bisa dibilang kembali pada mode sehari-hari yang cukup sibuk dan membosankan.

Seusai mengantarkan Arsya pulang, Dipta langsung melesat menuju kantor. Sangat tak sabar melakukan pekerjaan yang sudah satu minggu ini tak tersentuh oleh tangannya.

"Ekhm... jadi hasil honeymoon kemarin gimana, nih? Gue jadi punya keponakan bentar lagi?" goda Lio yang baru saja masuk ke ruang kerjanya dan melihat Dipta sibuk menata berkas yang akan mereka gunakan untuk rapat.

"Mulut Bapak bisa diam tidak?" tanya Dipta dengan suara datar nan dingin, tentu saja tanpa mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang kini sudah tersusun rapi.

"Wihhhh... jangan sewot dong! tapi serius, nih! Niskala gak canggung kan?"

Mendengar nama istrinya disebut beserta dengan pertanyaan itu keluar dari bibir pimpinannya, membuat Dipta seketika menoleh. Hingga sebuah gelengan pelan keluar, membuat Lio tersenyum lega.

"Enggak. Kita makin akrab, bisa dibilang gitu. Thanks ya! Meskipun agak ngerepotin gue sama dia. Usaha lo sama mama berhasil!" ujar Dipta smabil mengangkat kedua ibu jarinya, membuat Lio terkekeh pelan.

"Eh? Jadi kalian udah ngelakuin--"

"Sekali lagi bahas itu, gue gampar lo!"

Dipta melotot garang, sedangkan Lio justru tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya.

"Sorry... abisnya kalian berdua tuh gemesin tau gak! Tante Arsya aja kalian buat kelabakan..." ujar Lio sambil melanjutkan tawanya.

"Rapat sepuluh menit lagi, mending siap-siap sana. Jangan ngerecokin mulu! Permisi."

Dipta berjalan keluar dari ruang kerja Lio sambil membawa berkas yang sudah disiapkan. Sementara itu, Lio menatap kepergian Dipta kemudian tersenyum lembut.

"Semoga kalian beneran bisa dekat satu sama lain, ya... Mita, lo pasti ngeliat mereka dari sana kan?" gumam Lio sambil menengadah, seolah bisa melihat sosok Mita di langit-langit ruangannya.

Saat kepergian Niskala dan Dipta ke Bali beberapa hari yang lalu, Lio mulai bergerak mencari tahu semua yang terjadi di antara sepasang suami istri tersebut. Hingga dirinya menemukan sebuah fakta baru tentang Adam, kakak laki-laki Mita yang sebenarnya sudah lama menyukai Niskala tapi selalu ditolak oleh wanita itu karena alasan masa lalunya.

Lalu Lio juga mengetahui jika Niskala memiliki cerita lama yang hampir mirip dengan sahabatnya. Mereka sama-sama ditinggalkan oleh sang kekasih karena maut.

Lio menggeleng pelan, menghilangkan bayangan tentang hubungan percintaan sahabatnya itu kemudian melenggang keluar menuju ruang rapat.

Rapat hari ini sangat penting, menentukan kerja sama antara perusahaan miliknya dengan Golden Root Company. Salah satu perusahaan besar yang bergerak dalam bidang tekstil dan arsitektur.

Lio membutuhkannya untuk menata gedung perusahaan yang baru. Selain itu, jika kerja sama antara keduanya berhasil terjalin maka akan mempermudah promosi hasil milik masing-masing perusahaan ke khalayak umum.

"Selamat pagi, saya CEO dari Maxim Property yang akan memimpin jalannya rapat kali ini."

Suara bariton milik putra sulung keluarga Barata menyapa indera pendengaran seluruh peserta rapat. Setelah memperkenalkan diri, Lio memulai rapat dengan kolega bisnisnya, membahas berbagai hal menyangkut perusahaan.

AFTER 100 [REVISI]Where stories live. Discover now