007. Duka Untuk Pesantren

Start from the beginning
                                    

Sedangkan Nazwa, ia hanya menahan tawanya. "Pikiranmu yang terlalu kotor Sardilla!"

"Dari pada kamu nggak mau bertanya, sesat di jalan!"

"Seenggaknya itu privacy, emang kamu mau aku tanya-tanya kamu kalau kamu udah nikah nanti?" tanya Nazwa.

"Ya, boleh-boleh aja. Edukasi kan tidak dilarang oleh siapapun," jawab Sardilla, ia yakin dengan apa yang ia katakan.

Ayla tersenyum mendapati teman-temannya yang beradu mulut, jawaban Ayla memang tidak ada yang salah, pada saat itu ia memang melaksanakan ibadah sholat tahajud, walau tanpa di imami oleh suaminya.

Ayla juga tidak berani mengatakan jika ia di tinggalkan suaminya tepat dimalam pertama, yang seharusnya mereka melakukan ibadah layaknya sepasang suami istri yang baru menikah.

"Assalamualaikum para ukhti ahli surga," Iqbal tiba-tiba menghampiri mereka.

"Waalaikumsalam, tumbenan bal mampir ke dapur, kenapa?" Tanya Ayla.

"Saya ingin bertemu bidadari saya, calon macan dari anak-anak saya kelak," ujar Iqbal sembari menatap Sardilla yang ada dihadapannya.

"Astagfirullah Iqbal, jaga pandangan kamu." Tegor Ayla, melihat Iqbal sekilas yang menatap Sardilla tanpa berkedip.

Iqbal mengusap wajahnya. "MasyaAllah, kenapa kamu cantik banget, Dil? Jadi, pengen cepet-cepet halalin kamu."

"Iya, makasih. Tapi, aku bukan macan! Emang di kira aku seserem itu apa!" Ketus Sardilla.

Nazwa yang sebenarnya tahu akan arti dari macan, ia tertawa. "Macan itu artinya mama cantik, Sardilla!"

"Ya, mana aku tahu. Emang aku ahli penyambungan kata!" Sardilla tidak mau kalah.

"Calon istriku, jangan marah-marah terus. Nanti, aku semakin cinta sama kamu. Tunggu aku selesai menuntut ilmu agama, ya?"

Sardilla menelan salivanya, ia tidak habis fikir, jika tingkat kepercayaan diri Iqbal lebih tinggi dari Ray. Padahal Sardilla sama sekali tidak menyukainya, bahkan ia juga tidak ingin menunggu iqbal, apalagi menjadi istri seorang iqbal.

"Kamu bisa pergi dari dapur gak, bal?" pinta Sardilla.

"Biar kamu bisa kangenin aku, ya?" tanya Iqbal, dengan senyumny yang mengembang.

Sardilla sudah tidak tahan lagi dengan sikap Iqbal, ia membisikan sesuatu kepada Ayla. "Ay, bantuin aku usir Iqbal, ya. Aku gak bisa lanjutin masak kalau ada iqbal disini."

Ayla mengagguk paham. "Bal, kata Dilla mendingan kamu keluar dari sini, katanya ia gugup kalau ada kamu."

Sardilla membulatkan matanya, bukan itu yang ia maksud, pasti saat ini tingkat kepercayaan diri iqbal akan dirinya lebih tinggi. "Engga-engga gitu maksud aku," kata Sardilla mencoba meluruskan.

Namun, Iqbal sudah punya jalan pikiran lain, ia menyangka jika Sardilla juga menyukainya. "Yaudah, kamu semangat masaknya ya, calon istriku."

Sardilla menatap Ayla dengan wajah yang sedu. "Ay..."

Ayla terkekeh pelan. "Maaf, aku kira gitu maksud kamu."

Nazwa menahan tawanya." Aku doain jodoh kamu sama iqbal," bisik Nazwa.

Padahal Sardilla tidak pernah menginginkan sosok Laki-laki seperti iqbal untuk menjadi calon suaminya, ia tidak suka dengan sikap iqbal yang terlalu percaya diri dan humoris terhadap perempuan, menurutnya itu menggambarkan laki-laki yang mudah menaruh hati kepada perempuan.

"Ass--ssalam-mmual--laik--kkuum..." Husain datang dengan nafas yang terengah-engah, sepertinya ada sesuatu yang terjadi terhadapnya, wajahnya yang terlihat sangat panik dan ketakutan, dengan air mata yang terus bercucuran.

PANGERAN PESANTREN (PART MASIH LENGKAP DAN SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now