002. Keras kepala

133K 14.4K 2.6K
                                    

Baru saja Ray tertidur sebentar, Husain membangunkannya, padahal Ray merasa ia baru memejamkan matanya.

Dengan wajah yang masih mengantuk, Ray menatap Husain. "Kenapa lagi?"

"Sudah waktunya Sholat subuh, Mas Ray di tunggu pak Kyai, di masjid." Jelas Husain.

Ray menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Yaudah lo duluan gue nyusul."

"Baiklah Mas Ray, jangan terlalu lama sudah waktunya masuk adzan subuh."

"Iya, bawel banget sih hidup lo!" Cerocos Ray. "Satu lagi, jangan panggil gue Mas, gue sama lo itu tuan lo!"

"Iya, Mas Ray."

"Jangan panggil gue Mas!"

"Iyy--aa Ray." Kata Husain

Setelah Husain melangkah pergi dari hadapannya, Ray bangun dari tempat tidurnya. Ray melihat keselilingnua, beberapa orang yang tidur di kamar ini, sudah tidak ada.

Kapan mereka terbangun?

Mengapa Ray tidak mendengar suara mereka?

Lagi pula, mengapa sholat harus sepagi ini?

Ya, biasanya Ray menunaikan sholat hanya waktu magrib saja, itupun karena disuruh papanya.

Ray berjalan melewati beberapa kamar santri yang lain, ia heran mengapa tempat yang sempi seperti ini, muat dengan ribuan santri.

Ray terkejut ketika mendapati Ayla yang berjalan percis di hadapannya, karena penerangan yang tidak terlalu terang, Ray berpikiran jika Ayla adalah hantu.

"Astaga!" umpat Ray, ia terjatuh.

Bagaimana Ray tidak terkejut, karena Ayla memakai mukena berwarna putih, jalan di tengah kegelapan.

"Maaf Mas pangeran, Astagfirullah bukan Astaga," Ayla membenarkan.

Ray bangun, ia menyamakan tingginya dengan Ayla, dengan tangan yang ia masukan ke kantong sakunya, ia menatap Ayla dengan tajam.

"Lo mau nakut-nakutin gue?" tanya Ray .

"Maksudnya?" Ayla bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ray.

"Lo berpakaian seperti ini, di tengah kegelapan itu, mau nakut-nakutin gue?"

Ayla tersenyum. "Maaf Mas Pangeran, saya tidak berniat untuk menakuti Mas Pangeran, saya dan santriwati yang lain memang terbiasa menggunakan mukena langsung saat mau ke masjid u ntuk ibadah."

"Ya, gue tahu lo mau ibadah! Tapi, bisa gak sih lo pakai mukena lo itu di masjid? Coba bayangkan kalau gue punya penyakit jantung, terus meninggal. Lo mau tanggung jawab?" Ray terlihat emosi.

"Sekali lagi saya minta maaf Mas Pangeran," Ayla menundukan pandangannya.

"Satu lagi, gue itu lagi ngomong sama lo. Kenapa pandangan lo ke bawah? Gak di ajarkan caranya menghargai orang lo?!"

"Maaf Mas Pangeran, sebagai wanita muslim tidak boleh memandang laki-laki lain yang bukan mahramnya, begitupun dengan laki-laki." Jelas Ayla.

Ray terdiam sejenak.

Lantas, bagaimana seorang laki-laki bisa tertarik dengan wanita, jika tidak boleh memandangnya?

"Oh iya, kenapa lo mau dijodohin sama gue?" tanya Ray, ia mengalihkan pembicaraan.

"Saya hanya nurut dengan apa yang diperintahkan bapak saya," jawab Ayla.

Ray tertawa dengan sinis, ia menatap Ayla dengan tajam, seolah-olah Ayla adalah mangsanya.

PANGERAN PESANTREN (PART MASIH LENGKAP DAN SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang