Patah

164 12 2
                                    

Pertempuran kemarin sudah usai.

Vampire Argartha telah menyerah. Kini, ketiga benda wilayah itu telah kembali di tangan masing-masing kaum immortal yaitu Crystal Clear milik kaum peri, Warlock Spell Book milik Warlock, dan Black Dagger milik Vampire bagian timur.

Walau selain pertempuran di Argartha tadi juga banyak serangan terror di berbagai wilayah termasuk Axnessia. Kemenangan dari Vampire bagian timur membawa kabar baik untuk seluruh penduduk Vampire dan manusia. Namun kali ini, tidak untuk Mike yang masih merasa sedih dengan kondisi kekasihnya.

Sudah 3 hari Lily berbaring di kasur. Gadis itu masih belum sadarkan diri semenjak sebuah anak panah beracun menangsang di perutnya saat pertempuran. Semalam, Mike membawa Lily ke kamarnya sendiri. Vampire itu rela berbaring di sofa bahkan tidak tidur demi menemani kekasihnya dan menunggunya siuman.

Mike merasa sangat bersalah tidak menjaga Lily dengan baik. Dan sekarang, ada satu hal lagi yang harus pria itu sampaikan pada Lily. Namun ia tidak tega memberitahukan hal tersebut. Dan mau tidak mau, Lily harus segera mengetahuinya.

"Hhh..." Lily melengkuh pelan. Lengkuhan itu membuat Mike  menoleh dan segera mendekat.

Kelopak matanya perlahan terbuka. Gadis itu menatap langit-langit kamar dengan seksama.

"Lily...? syukurlah... kamu sudah sadar,"

Bola mata Lily bergeser kearah Mike yang sekarang duduk di pinggir kasur.

"Ada dimana aku?"

"Di kamarku, di istana Achner."

Lily mengerutkan kening. Ia hendak bergerak duduk, namun Mike menahan tubuhnya agar tidak bangun. Ia juga menyadari bagian perutnya masih terasa nyeri.

"Achner? Bukan di wilayah peri?"

"Aku membawamu kesini sejak tiga hari lalu. Kamu terkena anak panah beracun dan tidak sadarkan diri setelah pertempuran itu," terang Mike.

Kedua mata Lily sontak membulat tak percaya. "Jadi... pertempuran sudah usai?"

Mike mengangguk dengan ekspresi lega di wajahnya. "Kami berhasil merebut kembali Black Dagger."

Lily pun menghela napas, ikut lega walaupun masih penasaran.
"Lalu... bagaimana keadaan teman-temanmu dan prajurit yang lain? Mereka selamat kan?"

Mike mendengus. "Grace mengalami cedera di bagian kaki, tapi dia baik-baik saja. Beberapa prajurit  tewas di medan pertempuran. Tapi sebagian lagi, mereka semua selamat."

"Astaga.., aku turut berduka," pekik Lily pelan. Pikirannya seketika menerawang sesuatu. "Kalau begitu, aku ingin bertemu dengan keluargaku. Aku khawatir bagaimana kondisi mereka sekarang. Bibiku ada disini kan Mike?"

Raut wajah Mike berubah seketika. Vampire itu menunduk perlahan. Seketika Mike merasa bingung dan sedih bersamaan.

"Mike... Ada apa? kenapa diam saja?"

Lily menatap netra keemasan Mike yang tetap berkilau di ruangan yang cukup gelap itu. Pria itu terdiam mentapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Lily..." ucapnya dengan suara bergetar.

"Ibu dan adikmu baik-baik saja, dan mereka bilang akan ke Axnessia besok. Tapi... Bibi Aisha..."

"Bibi Aisha kenapa?" Tanya Lily tak sabar.

"Bibi Aisha tewas karena karena serangan prajurit Vampire Argartha dua hari kemarin dirumahnya," lanjut Mike pasrah.

Bak disambar petir, tubuh Lily membeku begitu mendengar kabar itu. Ia menatap kekasih vampirenya tidak percaya. Gadis itu kemudian menggeleng pelan.

My Strong Girl Mate [Completed]Onde histórias criam vida. Descubra agora