Bab 21 : Foreigners in Isolated Places

37 23 4
                                    

[Edited]

BAB 21
[Arsya]
- Foreigners in Isolated Places -

Saya masih tak yakin dengan apa yang terjadi dengan Gina. Maksud saya, jika bisa saya tekankan, firasat saya buruk.

Seolah cewek itu masih berada di tempat ini, di ladang para monster ini.

Saya tak bisa menampik sekarang bahwa saya risih. Amat sangat risih.

Tepat pada saat mobil mulai berbelok ke perempatan, saya hubungi nomor itu sekali lagi untuk memastikan.

Entah itu beruntung atau tidak, bar sinyal di tempat ini berfungsi. Walaupun sinyalnya amat sangat lemah.

Terdengar nada sambung yang lama. Saya mendecak pelan, saya coba terus hubungi nomor itu berulangkali.

Akan tetapi sejak tadi hanya nada sambung yang terdengar!

Gina, angkat!

Kekalutan memenuhi saya sekarang. Ini hampir maghrib, rasa khawatir itu membesar seiring berjalannya waktu.

Saya tolehkan kepala saya ke arah luar dengan panggilan saya yang masih terhubung dengan ponselnya.

Oh, shit.

Saya terpaku pada sesuatu. Sebuah benda persegi panjang tampak menyala-nyala di atas aspal yang beberapa jengkal lagi akan kami lewati.

Tunggu, apa?

"Stop." Suara tercekat saya menyuruh Abidzar untuk segera menghentikan mobil sekarang juga.

Mobil pun dihentikan oleh cowok itu, membuat saya segera membuka pintu mobil dan keluar dari sana.

Saya langkahkan kaki saya untuk mendekat ke arah benda yang masih senantiasa menyala itu.

Di belakang sana, saya rasakan Vanilla dan Freya ikut keluar.

"Sya!" panggil Vanilla.

Tapi saya mengabaikan seruannya. Tunggu, Vanilla. Tunggu sebentar.

Kaki saya berhenti tepat di depan benda itu. Saya ambil ponsel itu dan melihat bahwa layar itu berhenti berdering.

Tapi sebelum itu saya dapat melihatnya. Melihat bahwa nama saya tertera di sana sebagai 'Arsya'.

"Apa, kenapa?" tanya Izdihar dari dalam mobil.

Tunggu, tunggu, tunggu!

Jantung saya mulai berdebar, seakan membuatnya hampir keluar dari sana.

"Sya." Itu panggilan Freya ke saya.

"That's..." tapi panggilan itu buru-buru saya sela. Pandangan saya terangkat ke depan, ke arah sekerumunan monster nun jauh di sana yang sudah memfokuskan pandangan mereka ke arah kami. Itu... ya, dia... "My fiance."

Tunangan saya. Ya, cewek berhoodie crop itu tunangan saya. Gina.

Saya terpaku tanpa bisa berkutik sedikitpun saat cewek itu melihat ke arah saya, dia pun meraung.

Kenapa tiba-tiba semuanya menjadi sesak?

"Arsya!"

Suara Gina terdengar di kepala saya. Suara bernada ceria yang selalu memanggil saya disertai senyum cerah itu.

Kini itu hanya tersisa bayangan, hingga geraman-geraman itu terlihat semakin dekat.

Dia terinfeksi. Satu fakta yang benar-benar menampar saya dengan begitu telak.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang