Ucup meraih tangan Arga untuk menciumnya takzim. Padahal sebelumnya Ucup tak pernah melakukan itu. Cowok itu kemudian melajukan motornya dengan  kecepatan tinggi.

"Lah, ngapain sore-sore ke pasar," gumam Arga merasa heran.

Aulia menghela nafas lega. Kalau saja Ucup mampir, sudah pasti si ember itu akan menceritakan masalahnya dengan Aksa pada Arga. Bukan tidak mungkin 'kan kejadian dimana Arga memukuli Aksa terulang kembali.

"Lo ngapa nunduk mulu dah, di bawah gada duit," ucap Arga heran.

Aulia diam membuat Arga keheranan. Mengangkat dagu Aulia Arga dibuat kaget. Mata sembab, rambut acak-acakan, dan hidung yang memerah. Kenapa Arga tak menyadari itu sedari tadi?

"Anjir kaget! lo kenapa dek? Abis nangis?"

Aulia tersentak. Sedang enak-enak larut dalam pikirannya. Arga malah mengangkat dagunya membuat mata bulat itu terpaksa menatap mata khawatir kakaknya. Sial!

Aulia mengangguk lucu. "Iya gue nangis," jawabnya jujur. Mau bohong juga percuma bukan?

"Udah gede kok nangis. Jangan bilang ada yang gangguin lo lagi," ujar Arga yang kini tampak serius.

Aulia menggeleng cepat. Cewek itu terkekeh pelan. "Mana ada yang berani gangguin gue setelah tau gue ini adik siapa," jawabnya sembari menjawil hidung kakaknya berniat menggoda.

Arga menatap Aulia tajam. Bukan waktunya bercanda. Arga tak suka kalau adiknya ini tidak mau bercerita. "Jawab. Lo kenapa?!"

Aulia nyengir kuda. "Gue tadi di tantang mukbang seblak sama si Zika bang. Mana pedes banget, makanya nangis."

Arga menatap Aulia tidak percaya. "Boong lo dek. Gue engga pernah ya ngajarin lo bohong," ucap Arga semakin tajam.

'kalo engga kepepet,' lanjutnya dalam hati.

Aulia mendengus. "Dedeq gemes mu ini engga bohong Abang sayang. Kalo engga percaya tanya aja sama Zika," jawab Aulia sembari melengos. Berjalan meninggalkan Arga sendirian.

Arga menyusul. "Lo itu punya penyakit lambung. Bisa engga lo kurang-kurangin makan yang pedas-pedas?"

Aulia tersenyum lega. Sepertinya Arga percaya dengan alasan yang ia berikan. Cewek itu menggeleng cepat. "Mana bisa bang! Makanan pedas itu udah kaya separuh nafas gue."

Arga menjewer telinga Aulia membuat gadis mungil itu memekik sakit. "Jangan bandel kalo di bilangin orang tua! lo tau kan kalo penyakit lambung itu bukan penyakit sepele. Lo pasti inget 'kan sama temen Abang yang meninggal gara-gara penyakit itu."

Aulia mengangguk. Teringat salah satu teman Arga di smp dulu yang meninggal akibat sakit lambung. Sebenarnya Aulia juga takut. Namun bagaimana lagi? Aulia juga bingung bagaimana cara mencegah agar dirinya tidak makan pedas. Rasanya sangat sulit.

"Hmm, iya bawel," jawab Aulia singkat.

Mendorong abangnya agar menjauh. "Udah sana jauh-jauh. Gue mau mandi biar makin cakep."

"Dih, sok cakep lo."

Aulia hiraukan. Gadis itu menutup pintu kamarnya pelan. Menghempaskan bobotnya di kasur. Menatap langit-langit kamar.

AULIA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang