12. HERO

241 19 5
                                    

HAI SEMUANYA! SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA SUKA, AAMIIN!

TETAP KAWAL CERITA INI SAMPAI AKHIR❤️❤️

PLEASE DON'T SILENT READERS YA PREEN. KARENA VOTE DAN COMMENT KALIAN TUH JADI PENYEMANGAT BUAT AKU NULIS. AYO RAMAIKAN SETIAP PARTNYA DENGAN COMMENT KALIAN❤️

••••

12. HERO

Starla mengelus perutnya yang kini sudah tidak lapar lagi. Selesai membereskan buku-buku di perpustakaan, Starla langsung ke kantin untuk membeli roti. Kalau membeli makanan berat sudah tidak sempat lagi karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Jadi Starla memilih memakan roti saja untuk mengganjel rasa laparnya.

Suasana siang ini cukup terik matahari. Starla yang duduk di kursi taman melihat langit cerah tak berawan bersamaan dengan rasa sejuk dari angin yang berhembus. Kedua mata Starla terpejam. Perasaannya saat ini lebih baik dan hal-hal buruk dari kesialannya yang terjadi satu hari ini bisa dia lupakan sejenak.

"Yakin udah kenyang cuma makan dua roti?"

Mata Starla terbuka dan menoleh. Starla baru menyadari bahwa di sini dia tidak sendiri melainkan ada Alaska yang duduk di sampingnya juga.

"Kenyang bentar. Tapi lebih baik daripada kelaparan," jawab Starla tersenyum.

Alaska diam memperhatikan Starla. Sejak dia mengenal Starla, Alaska selalu melihat Starla tersenyum bahkan dalam keadaannya yang sangat sulit. Alaska hampir tidak pernah melihat Starla menangis. Kenapa Starla tidak jujur saja? Kenapa dia malah terus berbohong dengan memperlihatkan senyumannya yang seolah tidak ada hal buruk yang terjadi padanya? Padahal Alaska tahu bahwa kehidupan Starla begitu keras.

"Kenapa, Ska? Kok lihatin gue terus? Ada yang salah di wajah gue?" tanya Starla bingung mengusap pipinya sendiri. Siapa tahu ada sisa roti atau coklat yang menempel di wajahnya.

Alaska tiba-tiba merebahkan kepalanya di pundak Starla, membuat gadis itu langsung terdiam dengan tubuh kaku. "A-Alaska?"

"Gue ngantuk. Pinjem bahu lo bentar."

Starla mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas paha. Dadanya tiba-tiba berdebar kencang. Keduanya sama-sama diam menciptakan keheningan. Starla tidak tahu harus berbuat apa, namun di saat bersamaan dia berharap Alaska tidak mendengar suara debaran jantungnya yang abnormal saat ini.

"Lo kuat banget, Star," lirih Alaska masih terdengar oleh Starla yang masih diam mencerna maksud perkataan Alaska yang tiba-tiba.

"Saking kuatnya lo bahkan dengan mudah menyembunyikan perasaan lo ke orang lain lewat senyuman, seolah hidup lo baik-baik aja dan nggak ada masalah," lanjut Alaska.

Starla sekarang paham perkataan Alaska. "Nggak mudah, Ska. Tapi gue selalu berusaha melakukan itu."

Mata Alaska yang terpejam perlahan terbuka. Posisinya masih bersandar di pundak Starla. "Kenapa harus ngelakuin itu? Lo bisa jadi diri lo sendiri."

Kepala Starla menggeleng pelan. "Gue nggak mau orang lain memandang gue dengan tatapan kasihan atau sebagainya. Lagipula nggak mungkin juga kan gue perlihatkan ke orang-orang tentang masalah gue? Cukup gue aja yang tahu. Orang lain nggak perlu. Karena masalah gue yang bisa menyelesaikannya hanya gue."

ALASTARWhere stories live. Discover now