07. DIARY HIDUP

423 44 2
                                    

HAI SEMUANYA! SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA SUKA, AAMIIN!

TETAP KAWAL CERITA INI SAMPAI AKHIR❤️❤️

••••

07. DIARY HIDUP

Sudah jam sepuluh malam toko roti Rotella—tempat Starla bekerja paruh waktu—baru tutup. Starla memperhatikan Mbak Rinai—sang pemilik toko roti Rotella—yang sedang mengunci toko.

"Ayo pulang," ujar Mbak Rinai menyimpan kuncinya di tas.

Starla mengangguk. Starla mengikuti Mbak Rinai yang berjalan menuju motor maticnya yang terparkir di depan toko. Karena rumah mereka searah jadi Mbak Rinai selalu memberikan tumpangan pada Starla untuk pulang.

Beberapa menit diperjalanan, Mbak Rinai memberhentikan motornya di depan rumah bergaya the colonial bercat putih. Keduanya lalu turun dari motor.

"Assalamualaikum! Nenek!" ujar Mbak Rinai masuk ke rumah di susul Starla.

Mendengar suara salam itu, seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun yang sedang asik menggambar ditemani Nenek Sari—Nenek Mbak Rinai—di ruang tengah langsung berdiri dan berlari memeluk Starla.

"Iqbal, jangan lari-lari. Nanti kamu jatuh," ujar Starla mengelus rambut adiknya dengan sayang.

Iqbal bergumam tidak jelas seolah berbicara dengan Starla. Namun, tatapan matanya sama sekali tidak melihat Starla. Matanya bergerak kesana kemari.

Starla berjongkok menyamakan tingginya dengan Iqbal. Starla mengambil sapu tangan dari tasnya dan menyeka air liur adiknya yang menetes.

"Starla? Sudah pulang, Nak?"

Starla tersenyum ramah pada Nenek Sari yang berjalan mendekat. Meski sudah tua namun Nenek Sari masih terlihat sehat. Karena katanya saat dia masih muda, Nenek Sari selalu hidup sehat. Rajin olahraga dan makan-makanan yang bergizi, serta selalu melakukan hal-hal positif. Berusaha menjauhkan stress juga salah satunya.

Starla menyalim tangan Nenek Sari.

"Bagaimana sekolahnya hari ini?" tanya Nenek Sari. Selalu menanyakan hal yang sama pada Starla setiap dia mampir untuk menjemput Iqbal.

Setiap Starla sekolah atau kerja, Starla selalu menitipkan Iqbal di rumah Nenek Sari. Jujur Starla tidak ingin merepotkan Nenek Sari. Tapi Nenek Sari tetap memaksa dengan alasan supaya di rumah Nenek Sari ada yang menemani.

"Seperti biasa, Nek," jawab Starla tersenyum.

"Itu kenapa lutut kamu? Luka?" tanya Nenek Sari khawatir.

"Oh ini Starla jatuh tadi di sekolah pas jam olahraga, Nek." Starla nyengir. Dia sengaja berbohong. Karena tidak mungkin dia mengatakan kejadian yang sebenarnya. Starla tidak mau Nenek Sari jadi kepikiran soal dirinya. Sudah cukup Starla merepotkan Nenek Sari dengan menitipkan Iqbal dan mau mempekerjakannya di toko roti milik Mbak Rinai, Starla sudah sangat bersyukur.

"Oh iya, Iqbal sudah bisa menggambar loh," ujar Nenek Sari memberitahu.

"Benarkah?" Starla menunduk pada Iqbal yang bergelantungan di kakinya.

"Iqbal, Kakak katanya mau lihat gambar kamu," ujar Nenek Sari.

"Ambal? Mbal? Mbal?" gumam Iqbal tidak jelas.

"Boleh Kakak lihat gambar Iqbal?" tanya Starla lembut.

Iqbal langsung berlari mengambil kertas gambarnya yang tergeletak di atas meja ruang tengah kemudian menunjukkannya pada Starla.

ALASTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang