[22] Explode

5.6K 592 30
                                    

Trigger Warning!

violence , blood , and harsh words 🔞

Terdapat adegan kekerasan yang tidak patut untuk ditiru!

「 "Aku sedang berusaha untuk mengerti. Tapi ini terlalu sulit untuk kumengerti." 」

MENYADARI bahwa aku tidak akan bisa melarikan diri, aku pun membuka langkah ke arahnya meski harus dengan segenap tenaga keberanianku yang tak seberapa. Dia masuk ke dalam ruangan itu lebih dulu, menungguku di dalam lalu menutupnya begitu aku berhasil masuk.

Sejenak aku tidak mengenali jenis ruangan ini. Hitam dan putih berpadu pada dinding dan atapnya dengan ukiran-ukiran unik berwarna emas menghiasi. Deretan lemari kaca di kanan dan kiri, juga semacam etalase besar berjajar membuat ruangan gelap-terang ini terasa penuh.

Lalu aku nyaris terjatuh setelah melihat dengan seksama dan rasanya aku ingin melarikan diri sekarang juga.

Bukan hanya benda-benda tajam berbagai bentuk tetapi senjata api juga terpajang di mana-mana. Bahkan di kejauhan sana, bagai tahta tertinggi menggantung dua senapan besar berlapis emas menunjukkan keperkasaannya.

Aku menengoknya yang melangkah lebih dalam. Mengitari etalase terdekat untuk dibuka dan mengambil salah satu pistol bersama peluru yang kemudian dipasang. Kemudian terperanjat mundur melihatnya sertamerta menodongkan senjata itu ke arahku. Pikiranku seketika kosong setelah berpikir aku akan mati setelah melakukan kebodohan ini.

Tapi dia tertawa setelahnya. Menurunkan pistol tersebut yang menyadarkanku bahwa dia bahkan tidak menyentuh pelatuknya, melainkan hanya ingin mempermainkan ketakutanku.

"Lucu sekali. Seorang S.Coups sungguh berhubungan dengan kelinci lemah sepertimu. Tapi hebatnya, kelinci lemah itu berhasil meracuninya," gumamnya penuh sarkas.

Aku tidak menjawab. Masih mengatur napas setelah ditakuti oleh perlakuannya yang hampir membuatku jatuh pingsan.

"Ini belum seberapa, Cheon Sera. Masih ada tempat rahasia lain yang lebih gila dan sepertinya kau benar-benar akan jatuh pingsan. Mungkin kau juga akan berbalik membencinya begitu tahu. Tapi aku tidak akan menunjukkannya sekarang karena aku tahu kalian sedang dalam masa kasmaran."

Tangan-tanganku segera mengepal melawan tatapan penuh remehnya. "Aku tahu kau tidak suka padaku apalagi melihatku bersama ketuamu. Tapi bukan berarti kau bisa berbuat seenaknya seperti ini hanya karena dia tidak di sini."

"Artinya, kau akan mengadukanku padanya? Go ahead. Sejak awal aku memang sudah bersumpah di hadapannya untuk rela mati jika berani melakukan tindakan yang merugikannya. Aku tidak takut untuk meregang nyawa terlebih demi membela dogma semestinya di kelompok ini."

"Dogma? Kau hanya tidak sepenuhnya percaya padanya. Hanya karena kini ada aku di sampingnya, kau mulai meragukan otoritasnya sebagai ketuamu dan malah menuduhnya terpengaruh olehku yang itu berarti kau anggap dia menjadi lemah."

Dia menggebrak kaca etalase itu hingga terdengar getarannya. Memaksaku harus melawan gentar dengan tetap menatap lurus dirinya yang kini tertawa sengit.

"Kau bisa berkata seperti itu karena belum sepenuhnya tahu siapa kami, Cheon Sera. Mau tahu dari mana kami bisa mendapatkan semua ini? Aku rasa kau sudah pernah mendengar istilah pasar gelap karena kita sedikit mempelajarinya di bangku sekolah."

The Red Hair ManWhere stories live. Discover now