[18] Destroyed

5.7K 643 34
                                    

Trigger Warning!

abuse , harsh words , violence 🔞

Terdapat adegan kekerasan yang tidak patut untuk ditiru.

Lewati bagian bertanda ️ hingga bertemu tanda ✔️ demi menghindari TW

「 "Aku merasa tidak didengar." 」

Aku sudah seperti seorang penyusup.

Selesai bekerja lalu berganti kostum, aku mengendap-endap menuju pintu belakang dengan harapan tidak akan ada yang memergoki terutama Kepala Hwang. Si manager itu jelas tidak dapat dipercaya karena lebih memilih tunduk pada bos restoran ini ketimbang membantuku melarikan diri.

Justru aku akan disembur habis-habisan olehnya karena menganggap mengancam pekerjaannya.

Meminta bantuan pada Mina pun mustahil. Aku tidak mungkin melibatkannya yang malah bisa membuatnya mempertaruhkan nasib kerjanya di sini.

Si rambut merah itu pintar sekali menggunakan si Tuan Kim agar tidak ada yang berani menolongku.

"Setidaknya melarikan diri dengan pintar. Kau tetap terlihat seperti kelinci percobaan yang tersesat."

Ah, sial....

Tidak kusangka kali ini dia menunggu di gerbang belakang restoran ini. Bersama mobilnya yang terparkir apik sebagaimana dengan dirinya berdiri bersedekap di sisi kendaraan itu.

Si Tuan Kim ini ... apa dia bisa membaca pikiranku? Dia benar-benar tidak membiarkanku lepas dari pengawasan!

"Masuk." Titahannya tak terbantah. Membuatku mau tidak mau menurut masuk ke kursi penumpang lantaran sudah dia bukakan pintunya.

"Aku tidak mau merepotkanmu," cicitku setelah dia masuk ke balik kemudi.

"Berapa kalipun kau berkata begitu, jawabannya tetap sama. Kau akan lebih merepotkanku jika berani kabur. Jadi mengertilah."

"Masalahnya, rumor di restoran semakin memburuk. Beberapa hari ini aku selalu pergi dan pulang bersamamu. Aku dikabarkan berselingkuh denganmu!"

"Dan kau lebih memilih peduli dengan rumor murahan itu?"

"Memangnya kau sendiri tidak risih dikatakan sebagai selingkuhanku?"

"Aku lebih khawatir mendapat amukan S.Coups karena tidak menjagamu dengan baik."

Aku memilih tidak membalas lagi. Jelas saja aku merasa bersalah karena dia harus menjalani tugas ini. Aku menjadi seperti tuan putri yang harus diantar ke manapun aku pergi sejak pria berambut merah itu menghilang entah ke mana.

Tuan Kim ini harus tinggal di restoran selama aku bertugas. Terkadang dia pergi tapi segera kembali sebelum aku menyelesaikan shift kerja. Pernah sekali aku diseret keluar olehnya saat mencoba kabur dan disaksikan beberapa karyawan yang masih bekerja.

Bagaimana mereka tidak akan berpikiran aneh mengenai kami berdua kalau dia terang-terangan mengawasiku seperti itu?

Aku muak sekali mendengar mereka sembarangan membicarakanku. Mengapa mereka semudah itu membuat asumsi yang belum diketahui kepastiannya dan malah menjatuhkan orang lain? Apa dengan begitu, mereka menjadi terlihat lebih baik?

"Aku akan beri peringatan pada mereka. Jadi kau tidak perlu khawatir soal reputasimu di sana."

Aku mendengus mendengar solusinya. Terdengar mudah sekali.

The Red Hair ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang