[05] What Are You?

8.1K 843 72
                                    

「 "I'm sorry to say that I won't let you go." 」

"CHEON SERA, kau digaji bukan untuk melamun!"

Aku terlonjak berkat bentakan itu. Mendapati Kepala Hwang—kepala chef sekaligus manager restoran—sudah melotot marah padaku yang sedari tadi hanya berdiri menghadap konter dapur tanpa melakukan apapun. Padahal sudah ada dua piring makanan yang harus segera diantar.

"Meja sepuluh! Jangan sampai kau salah mengantar atau aku akan mengirimmu ke bak cuci!" teriaknya mengancam.

Hari ini aku sudah mendapat teguran sebanyak tiga kali. Sekali lagi aku melakukan kesalahan, sepertinya posisiku akan terancam di sini.

Sebab bukan hanya hari ini, hari-hari sebelumnya pun aku selalu melakukan kesalahan. Kinerjaku benar-benar menurun dan aku sendiri tidak tahu bagaimana mengatasinya. Pikiranku benar-benar sedang kacau.

"Kau ada masalah apa, huh? Sedang sakit? Atau kau sudah bosan bekerja di sini?"

Kini aku benar-benar berhadapan dengan Kepala Hwang. Dia berkacak pinggang menyudutkanku dengan aura mengintimidasinya yang membuatku hanya mampu menundukkan kepala.

"Maaf. Saya sudah membuat kesalahan fatal."

"Aku sudah memberimu toleransi untuk kesalahan lainnya tapi tidak hari ini. Setidaknya kalau kau memang sudah tidak ingin bekerja, berikan langsung surat pengunduran diri bukannya membuat aku yang dipecat!"

Aku hanya mampu membungkuk dan mengucap kata maaf sekali lagi. Dari sudut mata kusadari beberapa pegawai tengah mengintip kemari. Membuatku semakin menyembunyikan wajah menyedihkanku ini.

"Ini peringatan terakhir. Sekali lagi kau berbuat salah, kau tamat saat itu juga!"

Dia langsung pergi setelah berkata demikian. Meninggalkanku yang sudah kehilangan keberanian untuk sekadar mengangkat kepala. Hingga kurasakan rangkulan hangat di bahu dan itu berasal dari Kim Mina, salah satu temanku di sini.

"Kau tidak apa-apa, Sera? Ayo, kita istirahat dulu."

"Tidak apa-apa. Aku harus kembali bekerja." Aku memaksakan senyum pada Mina, berkata, "Terima kasih sudah memerhatikanku."

Aku kembali mengambil buku catatan untuk mendatangi pelanggan yang kebetulan sekali baru datang. Menguatkan hati selama perjalanan lalu memasang wajah ramah andalanku sebelum menyapanya.

"Selamat datang! Ingin segera memesan?"

"Do you have any recommendations?"

Jantungku mendadak bagai berhenti berdetak. Suara itu terlalu familier di telinga dan aku nyaris menjatuhkan buku catatanku kala ia akhirnya mendongak. Menunjukkan wajahnya yang sedari tadi terhalang oleh lidah topi yang dikenakan.

Kenapa aku tidak menyadari rambut merahnya yang sedikit terlihat itu?!

Matanya bahkan langsung menguhunusku tajam. Menyalakan alarm di kepalaku untuk segera melarikan diri meski tidak mungkin kulakukan.

"I said, do you have any recommendations."

Tidak ada lagi tanda tanya. Pun suaranya memberat bagai memberiku peringatan. Maka aku segera membukakan buku menu di mejanya.

Aku harus fokus bekerja. Tidak peduli siapa pelanggan yang harus kuhadapi.

"Kami memiliki menu andalan berupa tenderloin steak dengan french fries dan tumis sayuran. Anda bisa menambahkan mushroom, black pepper, peppercorn sauce atau diane sauce. Lalu minumannya, kami ada pilihan alkohol dan non-alkohol—"

The Red Hair ManWhere stories live. Discover now