[07] Amnesty

7.1K 729 45
                                    

alcohol and cigarette

「 "We're not good people." 」

"HARI ini Owner akan datang. Pastikan kalian bekerja tanpa ada kesalahan sedikit pun!"

Titahan tegas dari Kepala Hwang menutup perkumpulan singkat hari ini. Kami pun menjawab dengan patuh sebelum dibubarkan untuk mulai bekerja. Kudengar beberapa pegawai wanita berbisik-bisik antusias membicarakan topik barusan.

Aku sudah dengar desas-desus mengenai pemilik restoran ini akan datang. Mengatakan betapa tampannya si owner itu sampai berjingkat-jingkat bak penggemar grup idola. Tapi aku tidak mau ikut campur. Bagiku itu terlalu membuang waktu sedangkan aku harus memerbaiki kinerjaku supaya tidak dipecat.

Mencari pekerjaan saat ini begitu sulit sementara aku harus bertahan hidup. Dan, sangat tidak mungkin bagiku untuk bergantung pada Ibu.

"Sera, ada pelanggan baru datang. Tolong layani!"

Mina berucap seraya membawa senampan pesanan. Menyadarkanku yang sedari tadi fokus membereskan meja untuk segera menghampiri pelanggan yang baru saja duduk.

"Selamat datang! Ingin segera memesan?"

Selanjutnya aku harus menahan rasa terkejut kala dia mendongak menunjukkan wajahnya yang sedari tadi bersembunyi di balik tudung jaket. Aku hampir bertanya, 'Anda tidak apa-apa?' lantaran wajahnya penuh luka juga goresan berdarah yang sudah mengering.

Tapi dia lebih dulu bereaksi. Menjatuhkan diri dari duduknya, berlutut di hadapanku lalu berseru keras penuh ketakutan.

"Maafkan aku! Tolong maafkan aku! Aku tidak akan melakukannya lagi! Aku mohon ampuni kesalahanku!"

Panik dan bingung langsung menggerayangiku. Bisa kurasakan orang-orang mulai melihat kemari dan aku harus menahan pekikan kala dia bersujud di kakiku sambil terus memohon-mohon.

"Tuan—" aku berlutut demi menahan bahunya. "Anda baik-baik saja? Tolong berdiri!"

"Tolong ampuni aku! Aku tidak ingin mati! Aku mengaku salah jadi tolong ampuni aku!"

Bagaimana ini? Aku harus melakukan apa?

Mina datang dan ikut membujuk. Bersikeras menarik bahunya agar bangun ketika tiba-tiba dia mencekal tanganku. Matanya yang membengkak akan lebam kunguan itu melotot padaku.

"Tolong aku! Kau harus mengampuniku atau dia akan membunuh—"

Belum selesai bicara, ada yang melepas paksa pegangannya di tanganku hingga dia tersentak ke belakang. Aku mendongak bersamaan rengkuhan di kedua lenganku menitahku untuk berdiri.

"Bawa Cheon Sera pergi."

Mina sigap menarikku menjauh. Membuatku kini dapat melihat pria yang baru saja menolongku itu berdiri di sana, menghadap orang aneh itu yang sudah merangsek mundur seakan ketakutan. Semakin menumpuk kebingunganku.

Apa yang sedang terjadi sebenarnya?

────• red hair man •────

Pintu ruangan ini akhirnya terbuka, menampakkan pria itu datang membawa segelas minuman yang harus kuterima. Kuucapkan terima kasih dengan pelan lalu menyeruputnya sedikit.

"Kau baik-baik saja?"

Aku mengangguk. Setelah dibawa kemari oleh Mina, aku mendengar desas-desus di luar sana bahwa pria yang sudah menolongku ini ternyata si pemilik restoran. Wajahnya sedikit familier tetapi aku tidak memiliki ide di mana pernah melihatnya.

The Red Hair ManWhere stories live. Discover now