Ch. 25 - Peduli

11 3 2
                                    

Note from Panpan:
Di bab ini, ada lebih dari 1 kali beneran kejadian sewaktu tour. Ayok ditebakkk yang mana ya!
Hintnyaaa: kebiasaan Ayla hehe




Ayla menengadah menatap langit Turki yang semakin siang semakin mendung. Dalam hati ia berharap hujan tidak akan turun sampai mereka tiba di destinasi berikutnya.  Ia kembali memandang ke lautan manusia yang tengah berdesak-desakan untuk keluar dari perkarangan Topkapı Palace.

Beberapa kali ia sampai harus celingak celinguk mencari rombongan mereka, khawatir jika ada peserta yang terpencar. Tapi ketika ia melihat bendera yang diangkat Arslan tinggi-tinggi, rasa khawatir itu sedikit berkurang. Setidaknya, bendera dengan warna mencolok itu dapat menjadi patokan bagi mereka semua.

Ketika Ayla masih fokus pada bendera tur, mendadak seorang Bapak gembul menyenggolnya dari sisi kiri - hendak menerobos antrian - membuat Ayla yang tak siap, hampir jatuh menabrak orang sebelahnya. Namun sebelum itu terjadi, ada sebuah tangan yang dengan sigap merengkuh Ayla ke dalam pelukannya.

"Lu gak papa?" Sorot khawatir terpancar dari kedua manik mata Teddy.

Ayla menggeleng pelan sebagai jawaban. Dia segera menyimbangkan jejak kakinya kembali dan dengan tak begitu kentara, ia melepaskan diri dari pelukan Teddy. Tapi Teddy kembali meletakkan tangannya pada kedua bahu Ayla.

"Just let me take care of you, okay? Gue gak mau lu kenapa-napa," kata Teddy.

Ayla hendak menolak, tapi sebelum dia sempat berkata-kata, ia kembali di tabrak. Kali ini dari arah kanan. Untungnya Teddy telah sigap menjaga keseimbangan Ayla sehingga dia hanya oleng sedikit tapi tidak sampai terjatuh.

"Thanks," kata Ayla.

Teddy tersenyum penuh kemenangan. Ayla sudah tidak berusaha menolaknya.

"Jadi ingat dulu pas kita count down new year di bundaran HI. Ramai kayak gini dan gue juga jaga lu seperti ini," celutuk Teddy.

Ayla memilih diam. Bukan karna dia telah lupa kejadian yang di sebut Teddy. Sebaliknya, Ayla ingat! Waktu itu mereka belum jadian, namun dalam perjalanan pulang, Teddy menembaknya dan akhirnya mereka jadian. Jadi, mana mungkin ia melupakan kenangan satu itu?

"Apa kita rekayasa ulang aja ya kejadian waktu itu? Mungkin gue bisa dapat jawaban yang sama."

"Teddy..." nada suara Ayla menandakan tidak ingin melanjutkan topik ini. Teddy sendiri tahu jika sampai Ayla menyebut namanya dengan lengkap menandakan bahwa dia sedang serius.

"Bercanda aja, Ay. Jangan serius gitu dong." Keduanya kembali diam hingga mereka keluar dari perkarangan Topkapı Palace.

Begitu sampai di luar, Ayla sekali lagi dengan tak begitu kentara, melepaskan diri dari pegangan Teddy. Lalu dia mulai menghitung jumlah peserta untuk memastikan tidak ada yang tertinggal, namun matanya sekilas menangkap tatapan tajam Arslan yang tertuju padanya.

Diam-diam dia melirik sekali lagi ke arah Arslan. Pria itu masih saja menatapnya dengan tatapan yang susah di tebak. Entah apa yang dipikirkannya. 

Apa jangan-jangan dia lihat? memikirkan kemungkinan bahwa Arslan sempat melihat Teddy memegangnya, membuat Ayla jadi lemas. Rasanya dia ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi agar pria itu tidak salah paham. Tapi Ayla kembali sadar, dia kan gak ngapa-ngapain juga dengan Teddy. Bukankah malah aneh kalau dia tiba-tiba menjelaskan?

Pada akhirnya Ayla memilih mengabaikan tatapan Arslan dan fokus menghitung jumlah peserta yang telah terkumpul.

🎈🎈🎈

Harapan Ayla terkabul! Mereka tiba di pelataran Masjid Biru tanpa ada satu pun dari mereka yang kehujanan.

"Bagi Bapak, Ibu yang ingin beribadah, silakan masuk melalui pintu yang ada di sana, sedangkan yang tidak beribadah, dapat menunggu di sini." Karna tidak semua peserta adalah Muslim, maka ada yang memilih untuk beristirahat di tempat teduh yang Arslan tunjukkan, mumpung ada bangku yang tersedia.

TOURITHJOUWo Geschichten leben. Entdecke jetzt