Ch. 16 - Revelation

12 4 6
                                    

Emosi Ayla masih porak-poranda akibat pengakuaan Teddy. Seandainya dia bukan tour leader, dia pasti akan memilih mendekam di kamar saja seharian ini. Godaan untuk melemparkan seluruh tanggung jawab pada Arslan terdengar sangat menarik!

Ia bahkan sudah menyiapkan berbagai alasan yang dapat ia pakai. Namun semua pikiran piciknya harus dibatalkan, lantaran Arslan mengajaknya sarapan bersama dan ia telah mengiyakan.

Dan di sinilah Ayla... di restoran hotel dengan dua cangkir kopi dan sepiring salad. Ia mengaduk-aduk salad itu tak berselera. Beberapa kali ia hanya menghembuskan napas lelah. Masih ada beberapa hari lagi sampai ia dapat bebas dari situasi yang menyiksa batinnya. Ia sungguh tak sabar ingin segera kembali ke kehidupan normalnya.

Kehidupan normal?  Ayla tertawa sinis dalam hati.

"Two cups of coffee?" tanya Arslan membuyarkan lamunan Ayla.

"Yeah, biar bisa tahan sampai nanti malam."

Arslan tertawa kecil. "Anyway, do you feel better now?"

Ayla memiringkan sedikit kepalanya, menatap bingung pada Arslan.

"Kamu..." sejenak Arslan ragu, tapi ia tahu, ia tak boleh mundur, ini kesempatannya bertanya, "Kamu terlihat tidak senang sejak turun dari balon udara. What happened?"

Ayla setengah membuka mulutnya hendak membalas, tapi ia mengatupkannya kembali rapat-rapat, lalu membuang pandangannya ke arah jendela. Ia tak yakin apa ia mau Arslan tahu tentang Teddy atau tidak.

"Ayla," panggil Arslan lembut.

Ayla menoleh kembali, dan melihat kekhawatiran yang terlukis jelas di wajah Arslan. Hatinya tersentuh, tahu bahwa Arslan peduli dengannya. Karna itu, ia menjawab dengan jujur, "Teddy ngajak balikan."

Arslan terkejut, sama sekali tidak menyangka Teddy akan bertidak secepat itu. Perlu lima detik untuk ia dapat kembali menguasai dirinya.

"Dan jawabanmu?"

"Aku gak jawab."

Mendengar itu, Arslan menghela napas lega dalam hati.

"Kamu masih punya perasaan dengan dia?"

"Aku gak tahu, Arslan."

"Biasanya kalau gak tahu itu berarti iya. Karna kalau tidak, kamu akan menjawab tidak."

Mendadak hati Ayla dipenuhi dengan kekesalan, dan sebelum ia sempat mengerem mulutnya, ia terlanjur membalas Arslan dengan ketus, "Gak usah sok simpulkan deh. Kalau aku bilang gak tahu ya emang gak tahu!"

"Maaf, aku gak bermaksud membuat kamu marah."

Keduanya terdiam untuk beberapa saat. Ayla sadar ia sudah kelewatan, tak seharusnya ia menumpahkan kekesalannya pada Arslan. Ia sendiri tak mengerti mengapa hatinya kesal dan tak ingin Arslan berpikir bahwa dirinya masih menyukai Teddy.

"Maaf, aku gak bermaksud marah sama kamu. Hanya saja.. pikiranku sedang kacau."

"I understand. So.. what are you gonna do next?" kali ini Arslan lebih berhati-hati.

Ayla mengerdikkan bahunya. "Aku bahkan gak bisa merasakan apa-apa ke dia saat ini. That's why I said I don't know."

"Mungkin itu artinya kamu sudah move on?"

"Do you think so?"

"Bukan apa kataku, Ayla, tapi apa kata hatimu. You've got to figure this out."

Ayla tertegun. Apa kata hatiku? 

Berbagai pertanyaan masih bertebangan di benaknya hingga ia tak menyadari kemunculan seorang gadis di antara mereka. Gadis itu tampak menawan dalam balutan blazer dress merah maroon dengan stiletto yang sewarna. Dari tatanan rambut hingga ujung kaki hanya ada satu kata untuk mendeskripsikannya - sempurna!

TOURITHJOUWhere stories live. Discover now