Ch. 19 - Regret Doesn't Mean Love

11 4 6
                                    

"Arslan, sekarang kita lagi perjalanan kemana?" tanya Pak Adrian yang duduk tepat di belakang bangku Arslan dalam bus.

"Papa ini dari tadi pertanyaannya gak habis-habis. Arslan juga bisa bosan loh ditanya melulu," tegur Bu Rosa di sebelahnya.

Arslan menoleh, hendak menjawab, namun karna merasa kurang sopan, dia memilih berdiri dari bangkunya, menghadap ke arah Pak Adrian dan Bu Rosa.

"Tidak bosan, Bu. Saya justru senang dapat pertanyaan dari Bapak. Itu berarti Bapak benar-benar tertarik dengan Turki," sanggah Arslan dengan senyuman lebar pada Bu Rosa, lalu dia menoleh pada Pak Adrian, "Sekarang kita dalam perjalanan menuju museum terbuka Göreme. Tempat ini menjadi salah satu situs warisan dunia dan peninggalan bersejarah dari umat Kristiani. Pemandangan di sana juga sangat indah. Saya yakin Bapak pasti akan suka."

"Wah kamu buat saya jadi penasaran. Gereja di sana seperti apa? Kayak gua-gua gitu juga?" tanya Pak Adrian.

Arslan mengangguk, "Di dalamnya terdapat lukisan-lukisan injil pada dinding serta langit-langit gua. Pada masa itu mereka memakai lukisan sebagai sarana dalam penyebaran ajaran Kristen sebab mayoritas penduduk lokal masih buta huruf."

Beberapa peserta mulai menaruh perhatian pada topik yang sedang di jelaskan Arslan, termasuk Ayla yang duduk di seberang bangku Arslan. 

"Lukisannya masih utuh sampai sekarang?" tanya Pak Zendy - Suami Bu Maya yang sepanjang tur ini jarang berinteraksi dengan orang lain. Arslan tersenyum. Akhirnya peserta yang satu ini mulai membaur.

"Tidak. Kebanyakan sudah memudar. Namun, kondisi mosaik di dalam Dark Church masih terjaga dengan baik karena tidak terkena pancaran sinar matahari sama sekali," jawab Arslan.

"Kedengarannya kayak misterius gitu. Nanti kita coba ke sana ya, Zen," ajak Bu Maya pada sang suami yang hanya di jawab dengan satu anggukan. Pak Zendy memang tipe suami yang tak banyak bicara, sebelah dua belas dengan Pak Bambang – Suami Bu Helen.

Tak lama kemudian, bus mereka memasuki kawasan Museum Terbuka Göreme. Arslan segera bersiap-siap dengan bendera di tangan kanan dan menyampirkan ransel pada pundak kirinya.

"Bapak-bapak, Ibu-ibu, kita akan turun sekarang. Jangan lupa membawa tiket masuk yang telah dibagikan," umum Arslan.

Dia mulai mengibarkan bendera, mengarahkan semua mengikutnya memasuki perkarangan Göreme. Lalu dia berhenti pada sebuah papan bergambar dimana tertera nama Göreme Open Air Museum.

"Bapak-bapak, Ibu-ibu, selamat datang ke museum Göreme. Seperti yang tadi saya jelaskan... tempat ini merupakan tempat peninggalan bersejarah umat kristiani zaman dulu. Kalian bisa melihat dari cerita pada gambar ini. Gambar pertama menceritakan bahwa orang berdosa memerlukan pengampunan. Jadi Mesias harus datang ke dunia dan Dia dilahirkan oleh seorang gadis perawan bernama Maria. Lalu pada gambar berikutnya, Dia lahir dan setelah dewasa, Dia memberi diri di baptis. Terus gambar di bagian paling bawah ini menceritakan perjamuan terakhir dengan para rasul, pengkhianatan Yudas dan akhirnya Dia di salibkan untuk menebus dosa manusia. Kemudian lahirlah gereja mula-mula dan injil pun masuk sampai ke Asia, termasuk Kapadokya," jelas Arslan.

"Oke, sekarang saya akan beri kalian waktu bebas. Satu jam lagi kita kumpul di toko Museum."

Arslan melipat benderanya dan menyimpannya dalam ransel. Ketika dia menengadah kembali, semua peserta telah berpencar. Ia menoleh ke sekeliling mencari Ayla, namun gadis itu tak terlihat dimana pun. Dia malah menemukan si kembar yang masih berfoto ria. Ada kelegaan di hatinya saat ia melihat Teddy juga bersama si kembar.

Walau begitu Arslan masih mengkhawatirkan Ayla. Dia menyadari perubahan gadis itu sejak mereka meninggalkan Pigeon Valley. Entah apa lagi yang terjadi. Dia harus segera menemukan gadis itu sekalipun dia tidak tahu harus mulai mencari dari mana.

TOURITHJOUWhere stories live. Discover now