Ch. 21 - Keputusan

11 3 3
                                    

One would never have enough time. Setidaknya itu yang Ayla rasakan saat ini. Ia menghabiskan sebagian waktu tidurnya untuk galau memikirkan keputusan yang harus ia buat. Alhasil, ia hanya tidur tiga jam.

Ayla memeriksa wajahnya di cermin meja rias sekali lagi. Lingkaran hitam yang muncul pada kantung matanya telah berhasil ia tutupi dengan concealer andalannya. Setidaknya sekarang ia tak lagi terlihat seperti panda.

Ia mengecek jam pada hapenya sekali lagi. Waktu menunjukkan hampir mendekati waktu berkumpul. Hari ini mereka akan meninggalkan Kapadokya dan kembali ke Istanbul.

Ayla bergegas meraih ranselnya serta menaikkan gagang koper. Sepertinya pagi ini ia harus melewatkan sarapan. Mau gimana lagi, dia telat bangun dan sekarang harus mengurus proses check-out hotel.

Begitu sampai di lobi hotel, sudah ada beberapa peserta yang menunggunya untuk menyerahkan kartu kamar.

"Skip breakfast?" tanya Arslan, menyodorkan kartu kamarnya untuk proses check-out juga.

Ayla mendongak, menerima kartu kamar Arslan. "Yeah, telat bangun nih. Oh ya, di danau ada convenience store gak?"

Arslan mengangguk. "Sebentar, aku ada coklat." Ia membuka salah satu compartment ranselnya dan mengeluarkan sebatang coklat pistachio, kemudian memberikan pada Ayla.

Terang saja sebuah cengiran lebar mengembang di wajah Ayla. Itu coklat yang sama dengan yang Arslan belikan dua hari lalu dan coklat itu telah resmi menjadi favoritnya, melebihi cintanya pada M&M's. "Udah kayak Doraemon aja. Thanks!"

"Sama-sama, Nobita," sahut Arslan sambil mengedipkan sebelah mata, sukses membuat Ayla melongo dan sebelum Ayla sempat bereaksi, Arslan telah beranjak ke arah keluarga Pak Bambang, mulai mengarahkan mereka juga peserta lain untuk membawa koper mereka kepada Pak Hasan yang telah menunggu di depan hotel.

Ayla menggeleng-gelengkan kepalanya, tersenyum melihat tingkah Arslan.

🎈🎈🎈

Cuaca begitu cerah ketika mereka tiba di Tuz Gölü, namun suhu jatuh lebih dingin dari hari-hari sebelumnya. Begitu mereka turun dari bus, angin kencang langsung menyapa mereka, membuat kebanyakan peserta yang telah berumur langsung merapatkan jaket mereka.

"Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, kita akan singgah di danau garam sebentar. Kalian bisa coba berendam kaki atau foto-foto di danau. Airnya mungkin akan sangat dingin, namun saya jamin setelah berendam, anda akan merasakan kulit anda seperti kulit bayi," kata Arslan.

"Nak Arslan, yang saya cari itu burung flamingo. Kok gak kelihatan ya?" tanya Bu Rosa yang celingak-celinguk mencari burung yang terkenal dengan warna pink itu.

"Maaf, Bu. Flamingonya masih dalam perjalanan ke sini. Jadi kita gak akan ketemu mereka hari ini."

"Yah.. padahal saya sudah sengaja pake baju pink buat foto sama si Flamingo," sahut Bu Rosa dalam balutan sweater pink sampai celana kainnya pun warna senada.

"Iya nih, Arslan. Masa flamingonya gak ada? Kami sudah pakai cantik-cantik loh," nimbrung Bu Maya, yang mendapat anggukkan setuju dari Ibu-ibu lain.

"Sebenarnya ada satu ekor disini. Ayok, saya bawa kalian pergi foto sama Flamingo yang itu," ajak Arslan dan para Ibu-ibu mengikutinya dengan semangat menuju logo Tuz Gölü. Di sana memang ada sebuah patung Flamingo berwarna pink yang terletak diantara logo danau tersebut.

Ayla menoleh sekali lagi ke arah dimana Arslan telah di sulap menjadi fotografer oleh para Ibu-ibu, kemudian dia masuk ke dalam convenience store, memilih beberapa macam snacks sebagai cemilan. Perutnya sudah kembali demo minta makan.

TOURITHJOUWhere stories live. Discover now