🌸19🌸

5.8K 535 90
                                    

Pagi hari dilewati Yugo dengan sangat suram. Wajahnya begitu kuyu dengan kantung mata yang terlihat jelas karena kurang beristirahat. Malam setelah Martha pergi meninggalkannya di rumah Larissa, Yugo mengamuk bak singa karena merasa hidupnya kembali terbelenggu akibat menikahi Larissa.

Ia mengamuk pada Larissa, menyalahkan wanita itu yang hanya bisa menangis karena merasa iri dan sedih. Ia iri pada kasih sayang Yugo yang terlihat begitu mencintai Martha, dan ia sedih karena bahkan setelah bertahun-tahun, ia masih tak bisa juga menggapai hati suaminya.

"Kalo aja malem itu kamu nggak lancang ngechat aku, semua ini nggak akan terjadi! Istriku nggak akan pergi!" Bentaknya sembari meremas rambut frustasi. Larissa yang melihat kemarahan Yugo menangis terisak dengan hati perih.

"Aku juga istrimu, Mas." Sela nya tak terima. Biar bagaimanapun, apapun latar belakang pernikahannya, Yugo tetaplah suaminya.

"Kamu masih bisa tanpa malu bilang hal itu? Aku menikahi kamu karena kamu yang nyaris bunuh diri waktu itu karena hamil Ferly tanpa ada suami, Larissa! Setelah semua kebaikanku menerimamu, menikahimu dan mengabaikan pernikahanku sendiri, ini balasanmu?" Yugo terperangah tak percaya. Ia sudah mengesampingkan kebahagiaannya bersama Martha, dan Larissa bahkan masih bisa membelot tanpa rasa berdosa seperti ini?

Larissa tak bisa menjawab. Ia hanya bisa meraung karena ucapan Yugo memang tidak ada yang salah. Semuanya benar, dan itu mengingatkan Larissa bagaimana menyedihkan dirinya tanpa bantuan dari Yugo.

"Tapi aku tetep istrimu, Mas. Kamu menikahiku dan ada Ferly yang menganggap kamu sebagai ayahnya." Isak Larissa. Perempuan itu berlutut, memohon pada Yugo akan belas kasihan. "Aku mohon, pertimbangkan aku. Ah jangan, pertimbangkan Ferly, Mas. Dia masih kecil. Dia bakal sedih kalo ayahnya pergi." Pintanya memelas.

Yugo menatap Larissa lekat. "Sampai kapanpun, aku bakal tetap jadi Ayah buat Ferly." Ucapnya. "Tapi kita nggak bisa lagi sama-sama, Larissa. Aku nggak bisa dua kali kehilangan seseorang yang beneran aku cintai. Not again. Aku juga butuh mengejar bahagiaku sendiri."

Netra Larissa membelalak dan menggeleng kencang. Ia menangis dan memohon penuh kesedihan. "Mas aku mohon, aku mohon jangan ceraiin aku. Aku bakalan menjauh. Aku nggak bakalan ganggu kamu dan Mbak Martha, tapi aku mohon jangan ceraiin aku Mas. Tolong, pikirin Ferly. Please Mas." Isaknya meraung dan memeluk kaki Yugo.

Lelaki itu sendiri hanya bisa memijat pelipisnya pening. Ia sedikit memaksa Larissa untuk melepas dekapan pada kakinya dan memilih berlalu. Mengabaikan raungan Larissa yang terus memanggil namanya.

Desah napas berat terhembus dari hidung Yugo. Rasanya ini lebih menyakitkan ketimbang ketika ia terpaksa meninggalkan Martha saat menghitung hari menuju pernikahan sakral mereka. Kalau dulu, paling tidak Martha tak tahu menahu pasal alasan kepergiannya jelang hari bahagia mereka. Cukup hanya dirinya yang merasa sangat berdosa sekaligus sedih karena terpaksa membatalkan pernikahan mereka. Meski ia pun sadar kalau sakit yang ia rasa tak sebanding dengan kesakitan yang dirasakan oleh Martha.

Mobil yang ia kendarai terus melaju menuju ke rumah sang mertua. Ia hanya berharap kalau Martha semalam datang kesana untuk menghindarinya meskipun kemungkinan itu sedikit, menilik bagaimana hubungan istrinya dengan kedua mertuanya.

Sampai di sana, Yugo disambut oleh asisten rumah tangga. Ia meminta asisten tersebut untuk memanggilkan mertuanya sembari ia menunggu di ruang tamu.

"Yugo." Perasaan Yugo tak enak ketika raut sedih dan sembab terpancar dari wajah Papa dan Mama.

"Pa, Ma, maaf kalo Yugo gangguin pagi-pagi. Yugo cuma mau tanya, apa Martha dateng kesini?" Papa dan Mama saling menatap dan mengangguk sendu.

"Iya, semalam Martha sempat dateng ke sini." Kening Yugo mengernyit.

"Sempat? Itu artinya Martha nggak nginep di sini semalam?" Pekiknya tertahan dengan raut cemas.

Giliran Papa dan Mama yang menatap Yugo panik. "Dia nggak pulang ke rumah kalian semalam?" Tanya Mama tegang. Apalagi ketika melihat gelengan Yugo.

"Astaga Pa, di mana Martha? Di mana dia tidur semalem?" Mama nyaris ambruk jika saja Papa dan Yugo tidak segera menahan tubuh lemas Mama. Kedua lelaki itu membawa Mama untuk berbaring di sofa.

"Ma, tenang. Martha udah dewasa. Papa yakin dia tau harus di mana dia berada. Inget kesehatan Mama." Bujuk Papa yang sedih melihat istrinya terbaring lemas di atas sofa.

Mama menatap Yugo dengan tatapan perih. "Semalam Martha dateng. Dan dia tau semuanya, nak." Bisiknya tercekat. "Dan lagi-lagi Mama nggak bisa berbuat apapun buat anak Mama sendiri. Mama yang menghancurkan kebahagiaannya. Mama yang egois. Mama yang nggak pernah berpikir panjang buat kebahagiaan anak Mama." Papa memeluk Mama yang terisak pilu karena menyadari kelalaiannya mendampingi Martha selama ini.

Yugo bahkan ikut merasa tersayat melihat tangisan pilu Mama yang terlihat sekali begitu merasa berdosa. Tidak. Semua ini bukan kesalahan mertuanya. Semua ini murni karena kebodohannya yang tidak bisa tegas mengambil keputusan. Memilih menggadaikan kebahagiaannya bersama calon istrinya, Martha, daripada melihat Larissa yang terpuruk. Kalau waktu boleh diputar kembali, ingin rasanya Yugo tak peduli dengan Larissa. Ia ingin fokus pada kebahagiaan yang ia rajut bersama Martha. Meraih masa depan bersama sampai mereka tiada nantinya.

"Ma, ini bukan salah Mama. Ini sepenuhnya salah Yugo." Bisiknya tercekat. Bahkan untuk bersuara saja, Yugo merasa tak mampu sekaligus malu. Bagaimana bisa ia memiliki wajah di hadapan orang tua dari perempuan yang pernah ia sakiti sedemikian besar? Terlebih kedua paruh baya di hadapannya begitu berbaik hati mengikhlaskan dirinya untuk kembali mempercayakan putrinya pada lelaki brengsek macam dirinya. Yugo sudah tak punya wajah lagi di hadapan mereka.

"Jangan salahkan diri kamu sendiri, nak. Walaupun perbuatan kamu dulu menyakiti keluarga kami, terlebih Martha, tapi Mama dan Papa melihat penyesalan di diri kamu. Semua ini juga karena kebodohan Mama dan Papa yang gegabah meminta kamu menikahi Martha tanpa mempertimbangkan keinginannya terlebih dahulu. Kalau ada yang harus disalahkan, itu jelas Papa dan Mama, nak. Kamu hanya wayang, sedangkan kami dalang nya." Bisik Papa penuh penyesalan. Mama pun demikian. Ia malu. Malu karena terlihat seperti seorang Ibu yang berambisi menciptakan kebahagiaan untuk sang putri tanpa tahu bagaimana keadaan hati putrinya sendiri. Sungguh sangat memalukan.

Ketiga orang di sana terpekur. Menyadari bagaimana besar mereka menorehkan luka di hati dan kehidupan Martha. Me-reka ulang bagaimana egoisnya mereka karena ambisi mereka sendiri yang begitu percaya diri bisa mengembalikan dan menciptakan kebahagiaan untuk Martha seperti sedia kala.

"Yugo."

Si empunya nama menaikkan tatapan, menatap tepat di netra kedua paruh baya di hadapannya. "Bagaimanapun nantinya Martha memaksa berpisah dari kamu, Papa dan Mama mohon, tetap pertahankan pernikahan kalian. Sekuat apapun dia meminta pergi, pertahankan dia juga sekuat apapun di sisi kamu. Papa dan Mama yakin, sudah nggak ada lagi tempat maaf di hati Martha untuk kami, nak." Papa tersenyum perih. "Kami nggak akan menghakimi dia karena kami tau bagaimana egoisnya kami berdua. Jadi Papa dan Mama mohon, jaga dia sebaik mungkin nak. Hanya kamu harapan terakhir Papa dan Mama."

TBC

Yukyukkkk bisa banget beli akses cepat nya seharga 40k, sudah lengkap sampai tamat dan tambahan 8 ekstra chapter juga.

Oh iya, dalam menyambut idul fitri, ada diskon yang mau aku kasih nih buat kalian semua yang berminat.

Ada 6 total novel pdf yg ready (epiphany, hello darling(sequel epiphany), hello goodbye, short story collection, hitam putih, dan juga kala engkau menyapa)seharga 240k, aku kasih diskon jadi 180k untuk 6 novel!!! Murah banget kan? Rata2 per novel hanya jadi 30k aja!

Yuk semua, yang berminat, bisa hubungi ke no whatsapp 083103526681 untuk info pembelian paket novelet ataupun hanya kala engkau menyapa. Opsi pembayaran bisa melalui tf ke rekening bca, dana, gopay, maupun shopeepay. Yuk segera di order bagi yg berminat🤗

290422

Kala Engkau MenyapaWhere stories live. Discover now