🌸16🌸

5.2K 553 27
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi Martha untuk segera berpindah lokasi usai puas menginterogasi Mama nya. Tujuannya kali ini adalah rumah orangtua Yugo. Sepanjang ia menikahi Yugo, baru malam ini ia menginjakkan kaki ke rumah mewah yang kini menjulang di hadapannya. Sebelumnya, Martha tak pernah sekalipun berminat untuk bertandang ke rumah itu, namun kali ini ia harus sedikit mengesampingkan ego nya demi mengklarifikasikan apa yang sebelumnya ia dengar.

Menekan bel beberapa kali, kedatangan Martha disambut oleh seorang asisten rumah tangga yang tak ia kenal.

"Non Martha? Mari masuk Non. Non kesini sama Tuan Yugo?" Martha menggeleng.

"Saya sendiri kesini. Ibu sama Bapak ada?" Tanyanya tanpa basa basi. Asisten tersebut mengangguk dan menyilakan Martha untuk duduk sembari menunggu ia memanggil sang tuan rumah. Martha duduk dengan perasaan yang campur aduk. Namun diantara semua itu, rasa marah lah yang paling mendominasi. Ia tak terima jika diperlakukan layaknya barang yang bisa di negosiasikan seperti ini.

"Martha, kamu datang sayang?" Ibu menyambut Martha dan memeluknya erat dengan usapan lembut di punggung nya. Martha diam saja, terlalu kaku untuk membalas dekapan itu.

"Kamu sendirian? Yugo kemana sih? Bisa-bisanya istrinya dibiarin dateng sendirian kesini." Ibu mengomel dan mengernyitkan kening tak suka.

Martha tersenyum tipis dan mendudukkan diri setelah Ibu juga duduk di sisi kanannya. "Ada apa sayang? Kenapa malem-malem datang sendirian kesini? Kamu berantem sama Yugo hm?"

Martha menatap lekat sosok Ibu yang dulu pernah menjadi sosok favoritnya setelah Mama. Ibu adalah wanita yang sangat ramah, baik, dan juga sederhana. Ibu tak pernah sekalipun memandang seseorang dari kasta dan kedudukan. Benar-benar wanita bersahaja dan menjadi idola nya sebelum semua musibah menimpa dirinya tanpa ampun.

"Bu, apa boleh aku tanya sesuatu?"

"Ya boleh dong sayang. Kamu kok pake tanya segala sih. Mau tanya apa?"

"Ibu janji mau jujur jawabnya, apapun yang mau aku tanyain?" Senyum Ibu masih terbit, meskipun dihiasi dengan kebingungan.

"Iya nak. Ibu janji bakal jawab jujur." Martha mengangguk puas.

"Apa bener Yugo punya istri yang namanya Larissa?" Netra Martha menatap teliti tiap perubahan yang ada, sekecil apapun itu di wajah Ibu Yugo. Raut penuh senyum itu perlahan memudar. Matanya berpendar gelisah dengan tangan yang saling bertaut erat.

"Kamu bicara apa, sayang? Istrinya Yugo itu ya kamu, Martha. Larissa? Siapa Larissa? Ibu nggak kenal." Elak Ibu dengan nada suara penuh keyakinan. Wanita itu sesungguhnya terkejut bukan main. Bagaimana bisa menantunya ini tahu menahu perihal keberadaan Larissa? Apa mungkin Yugo yang membongkar semuanya? Tapi rasanya tidak mungkin. Bagaimana bisa putranya menukar kebahagiaan Martha dengan membongkar aib pernikahannya bersama perempuan satu itu?

"Ibu bohong." Tuduh Martha tajam dengan nada suara datar. "Gimana bisa Ibu bicara kaya gitu disaat Ibu udah punya menantu dan cucu? Ferly itu cucu Ibu, kan?"

Ibu terperangah. Ia menekan dadanya yang kaget karena tak menyangka kalau Martha bahkan mengetahui keberadaan si bocah menyebalkan itu.

"Kamu...ngawur ah." Kekeh Ibu menyembunyikan keresahannya. "Ferly itu siapa, sayang? Cucu? Ibu bakal punya cucu ya dari kamu, nak. Kamu satu-satunya menantu Ibu. Dan kebetulan kamu belum hamil. Jadi nggak mungkin Ibu udah punya cucu."

Senyum miring Martha terbit. "Masih berbohong juga ya Bu." Geleng nya kecewa. "Ibu dan Mama itu sama saja. Buta sama realita. Ibu itu kejam, apa Ibu sadar hal itu? Ibu nggak menerima pernikahan Yugo dan Larissa, bahkan nggak menganggap Larissa sebagai menantu Ibu. Dan mirisnya, selain Mama yang nggak punya hati, ternyata Ibu juga sama. Membiarkan suami orang menikahi aku seolah-olah aku gadis yang nggak akan pernah punya jodoh kalo nggak bersama Yugo. Kalian semua gila!" Raung Martha tak mampu lagi menahan kekecewaan yang berlipat ganda.

Kala Engkau MenyapaWhere stories live. Discover now