🌸14🌸

5.1K 512 28
                                    

Yugo menatap ponselnya yang menampilkan laman chat nya bersama dengan Martha. Istrinya itu sedang online, bahkan membaca pesan darinya, namun tidak dengan membalas pesannya. Sesungguhnya Yugo sangat frustasi menghadapi Martha yang semakin sulit digapai setiap harinya. Martha nya bukan lagi Martha yang dulu. Yang dengan mudah mempercayai dan menuruti tiap ucapannya. Waktu dan masa lalu yang ia torehkan begitu berpengaruh pada kepribadian Martha di masa kini.

"Pipiiiii." Yugo terkejut dan nyaris menjatuhkan ponsel saat disergap oleh sebuah dekapan erat yang rupanya berasal dari Ferly. Bocah kecil itu memeluk perut Yugo dengan tangannya yang gemuk, memantik rasa hangat yang menyergap hati lelaki itu.

"Udah bangun anak Pipi?" Tanyanya lembut sembari mengusap sayang pipi gembul Ferly yang masih terdapat bekas liur semalam. Yugo terkekeh dan mengecupi seluruh wajah putranya itu dengan sayang. Bukannya marah, Ferly malah terbahak senang karena pagi ini bisa melihat ayahnya ketika ia membuka mata. Hal yang sangat membahagiakan untuknya karena ia nyaris jarang bisa bertemu Yugo setiap hari.

"Pipi pulang? Feyi kangen Pipi." Ucapnya sambil tersenyum lebar dan sesekali mendusal dada Yugo.

Lelaki itu bangkit dan menggendong Ferly, menerbangkannya layaknya pesawat hingga Ferly terkikik senang karena merasakan dinginnya sapuan udara yang membelai lembut kulit pipinya. Tawa kedua lelaki beda usia itu terdengar jelas, tak luput dari pandangan Larissa yang kini tersenyum lembut menatap suami serta anaknya yang tengah bermain bersama. Rasanya, jika boleh egois, Larissa ingin sekali melihat hal indah ini setiap hari, seumur hidupnya. Suami yang begitu baik dan menyayangi anaknya, serta anaknya yang begitu manis dan juga pengertian. Ferly anak yang sangat penurut dan tidak nakal. Ia akan mengerti ketika Larissa menjelaskan kenapa Pipinya tidak pulang ke rumah hari ini dan seterusnya. Memang sesekali putranya akan terlihat sedih, namun selebihnya, Ferly sudah paham dan mengerti. Putranya tidak akan menanyakan lagi hal-hal yang menyangkut Pipinya.

"Hayooo sayangnya Mimi, udah cuci muka belum? Kok udah cium-cium Pipi sih?" Goda Larissa dengan menggabungkan diri bersama kedua lelaki beda usia itu.

Ferly tertunduk malu dan menggeleng. Ia memainkan ujung piyama bergambar shinchan yang dikenakannya. "Belum, Mi. Feyi belum cuci muka." Cicitnya malu.

Yugo terkekeh dan mengusak rambut Ferly. "Nggak apa-apa. Jagoannya Pipi lucu kok. Nggak bau iler juga." Diledek seperti itu, Ferly malah ngambek dan berganti menghambur ke arah Larissa yang juga ikut tersenyum dengan ledekan Yugo. Dibelainya sayang putranya itu.

"Mau cuci muka sama Mimi?" Ferly menggeleng. Ia melepaskan dekapan itu dan berganti mengusap permukaan perutnya yang gemuk.

"Feyi lapel, Mi. Mau mamam."

"Yuk, sarapan dulu. Mimi tadi masak semur telur sama ikan goreng. Ferly mau yang mana?" Tawarnya sambil menggandeng tangan sang putra menuju ke meja makan. Kaki Ferly melangkah riang menuju meja makan dan berbinar melihat lauk yang tersedia.

"Feyi mau disuap Pipi." Larissa menoleh ke arah Yugo sekilas.

"Kalo gitu, coba Ferly tanya ke Pipi, mau nggak kalo suapin Ferly?"

Ferly patuh. Dengan cepat ia menoleh, memasang raut memelas pada Yugo yang sudah menahan tawa karena perubahan raut wajah putra kecilnya.

"Pipiiii, Feyi mau mamam, disuap Pipi. Mau?" Dengan gemas, Yugo mendekat dan mengecupi wajah lucu itu dan segera memangku sang anak untuk ia suapi dengan lauk yang sama dengan yang tadi ia makan.

"Mau dong. Ferly mau makan pake apa? Telurnya apa ikannya?" Ferly terdiam sejenak dan berbinar.

"Mau telulllll." Pinta nya antusias. Larissa menggelengkan kepala. Membiarkan kedua lelaki itu untuk bersama. Akan sulit mengalihkan fokus Ferly jika sudah berkaitan dengan Yugo. Bagi putranya, Yugo adalah sosok idaman. Superhero nya. Yugo adalah seseorang yang menjadi favorit Ferly dibandingkan dirinya. Namun Larissa tidak sedih. Ia sangat senang karena sang putra bisa dekat dan mendapat kasih sayang dari Yugo.

Wanita itu menyerahkan sepiring nasi beserta semur telur kepada Yugo yang diterima oleh lelaki itu dan dengan riang gembira menyuapi Ferly yang tak lelah berceloteh ini itu. Baginya, ini cukup. Ia tak membutuhkan apapun di dunia selain Ferly dan juga Yugo.

"Miii minum." Colekan Ferly di punggung tangannya menyadarkan Larissa dari lamunannya. Ia tersenyum dan segera beranjak menuju dapur untuk mengambil gelas Ferly yang berkarakter batman untuk ia isi air putih, tak lupa dengan sedotannya yang menjadi satu dengan tutupnya sekaligus.

Yugo mengusap pipi gemuk Ferly perlahan, melihat dengan senang putranya yang lahap sekali ketika makan. "Mas seneng lihat dia doyan makan. Setiap hari kaya gini juga nggak? Atau cuma pas makan makanan tertentu?"

"Ferly memang lahap banget kalo makan, Mas. Selama makanannya berkuah dan gurih, dia pasti suka. Semur telur hari ini juga kebetulan manis gurih, jadinya dia doyan. Kalo cuma manis doang, Ferly kurang suka." Jelas Larissa lembut. Ia bahagia karena selain anaknya yang lahap makan, Yugo juga terlihat sangat perhatian dengan putra mereka.

"Jagoan Mas memang pinter banget." Puji Yugo sembari mengecup puncak kepala mungil itu dengan sayang. "Jadi anak pinter ya nak. Jangan bikin Mimi repot. Oke?"

Kepala Ferly manggut-manggut dengan mengulurkan kelingkingnya agar bertaut dengan kelingking milik Yugo. "Pipi juga janji jangan lama-lama ya keljanya. Nanti Feyi kangen Pipi."
Yugo tersenyum tipis. Ia hanya bisa tersenyum dan mengangguk, meski dalam batinnya begitu merasa bersalah karena sadar kalau ia tak mampu menjanjikan apapun pada Ferly.

"Mas." Larissa mengusap pelan lengan kiri Yugo. "Apa kita...nggak bisa seperti ini terus tiap hari? Aku...aku pengen lihat senyum dan cerianya Ferly tiap ada kamu. Dia tau kok kalo Pipinya sibuk kerja, tapi aku juga tau kalo dia diem-diem kangen kamu. Ferly butuh kamu, Mas. Dan aku...juga butuh kamu." Lirih Larissa sendu.

Yugo menghela napas. Ia terlebih dahulu membersihkan mulut Ferly dengan tissue sebelum menyuruh putranya untuk bermain sendiri di depan televisi.

"Kamu tau kalo Mas nggak bisa kan, Sa? Mas punya kehidupan lain. Mas punya istri, dan istri Mas butuh perhatian Mas. Terlebih dulu masa lalu kami nggak baik."

"Tapi aku juga butuh kamu, Mas." Cekatnya sendu. "Paling nggak, tolong pertimbangin itu lagi, Mas. Demi Ferly. Demi kebahagiaan anak kita. Aku mohon." Dan Yugo tahu, posisinya saat ini tidaklah mudah. Antara Martha, atau Larissa.

TBC

Akses cepat saat ini sudah tamat lho dear, tinggal ekstra chapternya saja yang menyusul. Pembayaran bisa melalui rekening bca, dana, gopay, ataupun shopeepay. Bagi yang mau baca cerita ini secara cepat bisa hubungi ke no whatsapp 083103526681 untuk info dan pembelian. Yang mau, yuk segera dapatkan akses cepatnya🤗

Kala Engkau MenyapaWhere stories live. Discover now