He Is Psycho 9 : Senapan

Mulai dari awal
                                    

"Apa?!" Wanita paruh baya itu balas menyentak. Wanita yang terlihat galak itu terlihat frustrasi saat menoleh ke belakang dan berteriak. "Felly!! Lihat apa yang dilakukan tamu ini!! Cepatlah ke sini!!"

Nafelly yang kesal pun akhirnya turun dari meja dan saling bertatapan sinis dengan wanita paruh baya di hadapannya.

"Aduh, Vale, kenapa kau berteriak di rumahku? Suaramu menggema hingga ke ujung ruangan." Wanita paruh baya lain datang. Kali ini, wanita yang datang memperlihatkan raut wajah yang lebih ramah daripada wanita paruh baya yang datang lebih dulu.

"Kelakuanku lebih mending! Lihat dia! Lihat apa yang dilakukannya!"

"Apa? Siapa?" Wanita yang dipanggil Felly itu pun menatap ke arah Nafelly sebelum beralih menatap meja. "Eh? Kenapa meja itu ada di sana?"

Nafelly cemberut kesal. "Aku ingin melihat itu." Dia menunjuk pada senapan yang ditempel tembok.

"Itu tidak sopan!!" sentak Valerie, wanita paruh baya yang datang paling awal. "Kau tidak izin terlebih dahulu, tapi langsung memindahkan mejanya."

"A-aku juga tahu itu tidak sopan!" Nafelly yang merasa kesal pun ikut menyentak.

"Kau tahu, tapi masih melakukannya?! Apa kau gila?!"

"Valerie, sudahlah." Felly menengahi, menyentuh pergelangan tangan Valerie dengan panik. Adiknya ini memang sangat blak-blakan. Felly akhirnya menatap Nafelly yang terlihat menahan amarahnya. "Apakah kau yang datang bersama Alberto?"

Nafelly yang masih cemberut pun menatap Felly. "... ya," jawabnya setengah hati, masih ingin berdebat dengan Valerie.

"Ah, sungguh?!" Felly tersenyum cerah, menghampiri Nafelly dan cepat-cepat memegangi pergelangan tangannya. "Apakah itu kau?! Yang berkencan dengan anakku, Samuel?"

Nafelly mengedipkan matanya berkali-kali sebelum tersenyum cerah dengan cepat. Dia buru-buru balas memegang tangan Felly, sang ibu mertua. "Iya! Itu aku!! Itu aku yang berkencan dengan anakmu!! HAHAHAHA!!"

"Apa?!" Valerie yang mendengarnya, segera menengahi. "Apa-apaan ini? Bukannya Samuel berkencan dengan Alberto?"

Felly tertawa pada Valerie. "Tidak, tidak. Alberto pria normal, ternyata. Aku juga pernah berpikir akan menikahkan mereka, tapi tidak jadi."

Senyum Nafelly segera hilang mendengar Alberto lagi-lagi disebut-sebut berkencan dengan Samuel. "Ah, mulai lagi," ucapnya spontan.

"Huh?" Felly menoleh, mendengar respons Nafelly.

"Ah, tidak. HAHAHAHA!!" Nafelly segera merubah raut wajahnya. "Aku sangat senang bisa hadir hari ini!!"

"Tentu saja! Alberto selalu menurutiku!" Felly membalas dengan semangat yang sama. "Sebenarnya, aku yang menyuruh Alberto membawamu ke sini. Aku sangat penasaran dengan wanita yang dibawa oleh anakku."

"Sepertinya, mata-mata yang kau simpan di perusahaanku, tidak hanya satu."

Suara itu membuat semua orang menoleh ke arah suara. Samuel di sana, masih dengan pakaiannya dan rambutnya yang rapi. Yang membedakan Samuel adalah bunga di tangannya dan paper bag di tangan lainnya.

"Sammy!!" Felly segera berlari ke arah Samuel.

"Mom, kau harus hati-hati!! Kau sudah tua—ugh!"

Niat hati ingin memeluk, namun Felly akhirnya malah menonjok perut Samuel saat anaknya mengomentarinya tua. "Kau sangat menyebalkan!"

"Itu sakit, Mom." Samuel mengeluh dengan tubuh membungkuk. Dia tidak bisa memegangi perutnya karena kedua tangannya sedang sibuk.

Nafelly yang melihat itu pun tersenyum lebar pada Samuel. Dia ikut berlari dengan antusias. "Sayang!!" teriaknya dengan ceria.

Samuel membeku dengan perasaan merinding. "Bajingan, apa yang kau lakukan?!" Samuel segera mendorong paper bag di tangannya ke arah wajah Nafelly yang ingin memeluknya. "Dan apa yang kau katakan tadi? Sayang?!"

"Sammy!! Apa yang kau lakukan pada pacarmu?!"

"Sayang!! Kenapa kau malu-malu seperti itu?!"

"Aku tidak malu-malu!! Kau yang menjijikkan!! Ew!!"

Urat-urat di kening Nafelly mulai menonjol. Dia mengetatkan rahangnya, lalu menginjak kaki Samuel dengan kuat-kuat.

"ARGH!! SHIT!! MOTHERFUCKER!!" Segala umpatan dikeluarkan Samuel. Dia baru saja akan memelototi Nafelly, dan gadis itu malah sudah memeluknya erat-erat. "Ew!! Apa yang kau lakukan?! Mom, bawa dulu hadiahmu!! Aku harus mengusirnya dari tubuhku!!"

"Sayang!! Berhentilah malu-malu!!" Nafelly menyeringai senang dalam pelukan Samuel. Dia kemudian mendongak, dan tanpa aba-aba, seluruh wajah Samuel dicium. Dari dagu, pipi, bibir hingga hidung.

"BAJINGAN!! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Samuel semakin memberontak dalam pelukan Nafelly. Dia menggoyang-goyangkan tubuhnya seperti cacing kepanasan. "TOLONG AKU!! ALBERTO!!"

Senyum Nafelly luntur seketika. Dengan marah, dia mencubit pinggang Samuel, dan menggigit kuat bahu pria itu, membuat Samuel berteriak sejadi-jadinya.

"AAAAAARRRRRRGGGGHHHH!! ALBERTO!!"

"JIKA KAU TIDAK BERHENTI MEMANGGIL PRIA ITU, AKU AKAN MENGGIGIT SELURUH TUBUHMU, NANTI!!"

"MINGGIR KAU PENGEMIS SIALAN!! AKU TIDAK PERNAH MELIHAT PARASIT SEPERTIMU!!"

"BERISIK!!"

"Pftt!"

Suara menahan tawa itu, membuat Samuel yang masih dipeluk Nafelly pun, refleks menoleh ke arah ibunya. Felly masih menahan tawa sebelum tertawa terbahak-bahak. "Pftt HAHAHAHA!!" tawanya dengan puas.

Valerie yang memperhatikan kejadian itu pun, menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya saja.

"Mom! Kenapa kau malah menertawakanku, bukannya membantuku?" kesal Samuel dengan cemberut.

Felly hanya tertawa mendengar permohonan Samuel. Tawanya berubah menjadi senyum lembut. "Sammy, Mom tidak pernah melihatmu seperti ini setelah kau tumbuh dewasa. Mommy menyukainya ..." Senyum Felly berubah menjadi senyum penuh keibuan. "Mommy bahagia melihat anak Mommy seperti itu. Kau terlihat sangat bebas, Sammy."

Samuel terdiam mendengar ucapan Felly. Sementara Nafelly hanya bersandar saja di dada Samuel sambil memikirkan bagaimana cara menyingkirkan Alberto di hati keluarga Wilkinson ini.

Samuel lalu berdeham canggung. "Baiklah, Pengemis Kecil, kau boleh memelukku sebentar saja," katanya pasrah. Jarang-jarang dia melihat ibundanya tersenyum seperti itu.

Namun, Nafelly adalah orang yang serakah. Jadi, dia memeluk Samuel erat-erat dalam waktu yang sangat lama.

"Ngomong-ngomong, kenapa kalian berkumpul di sini?" tanya Samuel kemudian. "Tidak mungkin, kan, kalian menyambutku?"

Valerie mendelik kesal. "Pacarmu tadi mencoba mengambil senapan."

Samuel mengedipkan matanya berkali-kali. "Apa?"

Sebenarnya, Samuel bukannya tidak mendengar ucapan bibinya. Namun tetap saja, Valerie segera menjawab pertanyaannya. "Pacarmu tadi mencoba mengambil senapan."

Samuel menatap Nafelly yang berada di pelukannya. "KAU MULAI LAGI! KENAPA KERJAANMU ITU SELALU MENGACAU?!"

"AKU HANYA INGIN MELIHATNYA!!"

"MELIHAT ITU DILAKUKAN DENGAN MATA, BODOH!! APA KAU HARUS MENGAMBILNYA UNTUK MELIHATNYA?!"

"AKU TAU ITU SALAH!!"

"KAU TAHU ITU SALAH TAPI TETAP MELAKUKANNYA?!"

"AAAAAAAAAHHHHHHH!!"

AKAN DINEXT SAAT VOTE 100 DAN KOMEN 20!!

Jangan heran sama sikap nggak sopan Nafelly, ya temen-temen. Karena sifat sosiopat adalah begitu. Dia tahu dia salah, tapi tetap dilakukan.

I Love My President Though He Is PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang