15 - Bayi Gede

31.1K 3.3K 45
                                    

^^
Zidan

Di balik pintu kamar Zidan dan Julian yang terbuka, tak disadari oleh kedua orang yang asik berbincang di ruang tamu jika sedari tadi Zidan telah mendengar semua obrolan mereka.

Walaupun itu memang obrolan yang terdengar biasa saja. Namun entah mengapa Zidan tak menyukai itu.
.
.
.
Selama dokter Adi masih di kosan Zidan dan Julian itu, Zidan sama sekali tidak keluar dari kamarnya.

Hingga menjelang sore hari, hujan pun sudah mulai reda dan dokter Adi memilih untuk pulang ke rumahnya.

"Hujannya udah reda nih, saya pulang dulu ya dek."  kata dokter Adi yang berdiri dari duduknya.

"Oh iya dok... makasih ya dok udah nemenin belanja tadi sama anter saya pulang."

"Sama-sama... makasih juga teh sama jajannya. Kapan-kapan saya kesini lagi ya.."  ucap dokter Adi sambil menepuk pundak Julian pelan.

"Iya dok..."

"Oke, jaga kesehatan ya kamu biar bayi di kandungannya juga sehat."

"Siap dok..."

Dokter Adi pun keluar dari kos Julian menuju mobilnya. Julian lantas masuk ke kamar tidurnya. Di ranjang, terlihat Zidan seperti kepompong karena tubuhnya yang tergulung selimut.

Julian lalu menghampiri Zidan di ranjang dan menggoyangkan tubuh Zidan pelan dari belakang.

"Dan... kenapa lu ga keluar tadi?" tanya Julian yang hanya dijawab gelengan oleh Zidan.

"Ishh... hadep sinii.." Julian lalu membalikkan tubuh Zidan agar menghadap dirinya itu, terlihat wajah Zidan dengan matanya yang terpejam, kedua alisnya yang ditautkan, dan bibirnya yang dikerucutkan.

"Idih kenapa manyun gitu, asem amat muka lu Dan- eeh? kok lu panas?" Julian yang awalnya tertawa geli melihat ekspresi Zidan seketika berubah menjadi cemas saat tangan kanan Julian menyentuh pipi Zidan yang terasa panas.

"Anjir, lu demam... bentar gue kompresin."

Saat Julian hendak pergi membuat kompresan hangat, tangannya justru ditahan oleh Zidan.

"Biar gue aja Jul, ntar lu ketular." lirih Zidan.

"Engga, gue ga akan ketular... lu diem aja, istirahat!."  kata Julian yang khawatir sambil mengusap dahi Zidan dan membenarkan selimut pacarnya itu.

Zidan lalu tersenyum menatap kepergian Julian yang berjalan keluar kamar mereka.

Tak lama kemudian, Julian datang dengan sebaskom air hangat dan handuk kecil di pundaknya.

Julian lalu menaruh baskom yang ia pegang di meja dekat ranjangnya, lantas duduk di tepi ranjang. Sebelum mengompres dahi Zidan, Julian terlebih dahulu mengecek suhu tubuh Zidan dengan termometer yang mereka punya.

"Anjir... suhu tubuh lu 37,9... emangnya lu kehujanan tadi Dan?" tanya Julian yang kini mulai mengompres dahi Zidan itu.

"Gak padahal... kayaknya gara-gara kedinginan aja dah." ucap Zidan yang menggigil dalam selimutnya.

"Duh.. lu sampe menggigil gini... besok ga usah kerja lu ya." Julian yang khawatir pun melarang Zidan untuk bekerja besok.

Zidan yang mendengar itu tentu saja tersenyum dibuatnya, ia tau jika Julian khawatir pada dirinya.

Tanggung Jawab! - BL [ MPREG ]  [ SELESAI ]Where stories live. Discover now