R A I L A _0.1_

163 19 0
                                    

Jangan lupa Voment

Balapan

Seperti ritual setiap hari di keluarga Arzilan Diviante. Papa pulang, Mama menunggu di depan dan menyambut Papa. Setelahnya  Papa akan membersihkan diri lalu Raka dan Mama akan berkutat dengan bahan masakan. Lucu memang, seharusnya sebagai anak pertama dan perempuan kerjaan Raka di ambil alih olehnya. Namun tingkat kepintaran memasak Raka dan Raila bagaikan Chef Juna dan para pembaca yang menceplok telur lalu makan tanpa beban.

Raila sendiri menopang dagu di meja pantry. Mengetuk jari dan memperhatikan Raka dan Mamanya memasak. Para Art sudah di pulangkan tadi sore sebelum Papa pulang. Karena papa yang tidak suka masakan lain selain masakan Mama. Bucin memang.

"Dari pada ketuk jari mending lo potong nih sayur. Nganggur dari tadi gak di potong potong." Tukang rusuh dalam hidup Raila mendekat dengan telenan, baskom yang berisi air dan sayur Terong kesukaan Raka.

"Lo kan bisa buat sendiri!" bantah Raila. Raka melirik dengan ketus.

"Gunanya lo di sini ngapain kalo cuma duduk gak guna begitu. Kenyang lo begitu?" Kata Raka. Dan Raila menatapnya tajam.

"Sini pisau nya!" Raila mengarahkan tanganya ke arah Raka dan dengan senang hati Raka memberikan pisau kepada Raila.
"Sekalian tangan lo sini." Titah Raila dengan tangan memegang pisau. Raka dengan cepat menjauhkan tanganya dari Raila. Raila itu rada psikopat sikit memang.
"Ogah! Gue masih butuh tangan gue untuk mengelus perut calon istri gue nanti," kata Raka yang memang otaknya rada geser.

"Gak akan ada yang mau sama cowok gesrek kayak lo!" kata Raila tajam. Raka memeletkan lidahnya.

"Gaada juga cowok yang mau sama cewek jejadian kayak lo!" ejeknya balik.

"Bacot!" umpat Raila.

"Nyenyenye!!!" Raka makin mengejek Raila yang stok kesabaran nya memang sedikit. Raila mengangkat pisau di tanganya ke arah Raka.

"Diem lo! Mau mati lo?" Raila itu sebenarnya cewek dingin dan tidak peduli dengan sekitar. Namun jika bersama keluarga nya maka beginilah dia. Sikap dinginnya yang susah susah di pertahankan akan hancur ketika berada di dekat Raka.

"Mati? Sini sini bunuh Dede Kakak Raiiii." Raka menjulurkan lidahnya. Dan Raila siap berdiri menghampiri Raka. Sungguh. Sangat mengesalkan.

"Raka! Lo bener bener ya!" Raila berdiri dari duduknya siap mengejar Raka. Dan Raka yang tau keadaan sedang tidak bagus maka dengan sigap dia berlari. Mila Mamanya yang sudah jengah hanya menggeleng pasrah. Sudah biasa.

"Mama!! Raila mau bunuh Raka!" adu Raka pada Mamanya itu. Kini Mama keduanya berada di tengah antara Raila yang dengan wajah emosi memegang pisau, dan Raka dengan wajah menyebalkan bersembunyi di belakang Mamanya.

"Berantem lagi?" kata Mamanya jengah. Raila menatap Raka tajam.

"Dia tuh! Nyebelin!" dengus Raila sebal.

"Lo tuh! Ngeselin!" kata Raka balik. Saling melempar tatapan permusuhan.

"Udah. Raila lanjutin potong sayur. Raka lanjutin tadi masakan kamu!" lerai Mamanya.

"Ihh dia tuh Ma. Masa ngejek Raka," adu nya lagi. Raila memutar bola matanya malas.

"Lo di diemin makin ngejadi aja ya!" bentak Raila kesal.

"Apa lo!" ejek Raka. Raila sudah tidak tahan. Lelah. Dan Mila menatap keduanya.
"Kalian mau masak atau tarung sih hah!". Dan Mamanya mulai mengomel.

"Kalo mau berantem sana di luar! Jangan disni! Bikin pusing Mama aja! Gausah masak! Gausah potong sayur! Gausah makan!! Sana pergi aja!" Mamanya mengomel membuat keduanya terdiam. Hm menyeramkan.

RAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang