[35] Side Dish (5)

878 133 5
                                    

Kirana masih menatap hening suasana panggung pelaminan di hadapannya, dua kali pose foto di sana diperhatikannya dengan seksama. Aura wajah calon suaminya yang terlihat lebih hidup di atas situ, dibandingkan sesi foto bersama keluarga sebelumnya. Pun ketika wanita berkebaya cokelat muda itu menuruni panggung pelaminan, dengan sikap lembut dilihatnya Angga mengulurkan tangannya, ingin membantu wanita itu. Hal yang tak diperolehnya tadi.

Apa mungkin karena Tasha mengenakan kebaya dan bawahan batik yang membuat pergerakannya akan terganggu ketika menuruni panggung? Kirana hanya berusaha berpikir sewajarnya, walaupun ia baru mengetahui jika sang dosen dan Angga ternyata saling mengenal. 

Lagipula diperhatikan kembali sosok wanita itu yang saat ini menuju meja lain yang jauh dari mejanya, bergabung bersama keluarga lain yang tak ia kenal. Bukannya Tasha sudah memiliki suami? Ia kembali mengingat bimbingan daring terakhir mereka dimana tanpa sengaja mendengar suara seorang lelaki di balik layar laptopnya. Namun justru mengingat kembali bimbingan daring itu malah membuatnya berpikir lebih jauh, karena ia seperti mengenal suara lelaki di sana. 

Dan tanpa sadar, kehadiran sosok Angga di sebelahnya saat ini kembali menegaskan indera pendengarannya ketika Dara bertanya basa-basi pada kakaknya itu.

"Bukannya itu Teh Tasha?" tanya Dara pada Angga yang baru saja duduk kembali di antara mereka. Angga hanya mengangguk dengan acuh tak acuh.

Tanpa sadar Kirana menyambung pertanyaan itu, "Siapa, Kak?" tanyanya, pura-pura tak mengenal sosok tadi.

"Itu temannya kakak pas kuliah."

Sang ibu yang sebenarnya daritadi diam-diam memperhatikan anak sulungnya di atas panggung pelaminan tadi, langsung menyambut pertanyaan Kirana. Tak ingin membuat calon menantunya itu salah paham. Wanita tua itu tentunya mengenal sosok wanita berkebaya itu daritadi. Dilihatnya Kirana hanya manggut-manggut.

Namun justru sahutan sang calon mertua itu, malah membuat Kirana semakin bertanya-tanya, teman sedekat apa yang sampai seluruh keluarga mengenalnya?

"Oya, kakak mau pulang duluan. Masih harus beresin kerjaan."

Tak ingin berlama-lama di pesta itu, Angga beralasan melarikan diri lebih jauh. Lagipula sejujurnya dari tadi Angga memang tak tenang dengan pesta pernikahan yang ia tahu persis rahasia di baliknya.

"Aku ikut pulang juga, Kak." 

Angga berpikir sesaat, namun tentunya ia lagi-lagi tak bisa menolak permintaan gadis itu. Dengan enggan ia menerima permintaan Kirana untuk mengantarnya pulang. 

Tak perlu lama, akhirnya mereka berpindah ke dalam mobil sport warna merah yang kini melintas di jalanan malam akhir pekan. Keheningan di dalam mobil itu sudah tergambar dari beberapa menit si mesin mobil menyala. Angga yang seperti biasanya tak tertarik mengobrol lebih banyak dengan gadis itu, hanya menatap jalanan ibukota yang ramai dari lampu-lampu kendaraan yang beririsan dengan laju mobilnya.

Sementara Kirana masih dengan isi hati yang terus menduga dan menebak. Menghubungkan setiap keganjikan-keganjilan yang terjadi dalam hubungannya dengan Angga. Berusaha mencari jawaban. Mengingat kembali lipstik yang ditemukan di mobil itu yang ternyata sama persis dengan yang dimiliki Tasha. Mungkin itu hanya kebetulan, banyak wanita yang mungkin memiliki lipstik yang sama. Walaupun diingat kembali bahwa benda itu memang tak beredar banyak di negara ini. 

Kembali mengingat-ingat suara lelaki yang tak sengaja tertangkap di pengeras suara laptopnya saat itu, yang entah kenapa semakin diingat-ingat kembali seperti sama dengan suara lelaki di sebelahnya saat ini. Namun lagi-lagi ia menampik kemungkinan itu. Itu hanya perasaannya saja, banyak lelaki yang memiliki suara yang sama. 

30 Days DinnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang