juu-ni

42 7 0
                                    

"Ah, itu rumah gue! Yang ungu."

Gue langsung turun dari motor matic hitam itu setelah Hokuto menghentikan motornya tepat di depan rumah gue.

"Ini parkir di sini aja, Lin?"

Gerakan gue yang lagi ngebuka pagar jadi terhenti. Gue menoleh kemudian mengangguk. "Iya, di situ aja. Ayo masuk."

"Gue di sini aja, deh," tolak cowok itu langsung. "Jagain motor."

"Pagernya gak usah ditutup. Lo liatin motor dari kursi situ juga bisa," kata gue sembari menunjuk dua buah kursi hitam di teras. "Ayo."

Hokuto masih menggeleng. "Gue di sini aja-"

"Panas, Hokuto." Gue meraih pergelangan tangan cowok itu lalu menariknya pelan. Hokuto bengong. Gak memberi perlawanan saat gue nyeret dia (bukan dalam artian kasar ya) buat duduk di kursi. Cowok itu akhirnya nurut. "Tunggu, ya. Gue usahain cepet, kok."

Hokuto ngangguk. Gue pun beranjak masuk ke dalam rumah.

Gue masuk ke kamar, melepas seragam bagian atas lalu memakai hoodie navy yang digantung di lemari supaya cepet. Gue mencopot kaos kaki, menyisakan bawahan gue yang masih pake rok sekolah.

Setelah ngambil salah satu totebag ukuran jumbo dari kamar, gue melangkah ringan ke kamar kakak. Tepat setelah pintu, gue langsung belok ke kanan tempat di mana rak buku berukuran setengah dinding kamarnya itu terpasang. Gue bersenandung pelan seraya memasukkan seluruh seri novel Harry Potter ke dalam totebag.

"Maaf lama!" kata gue sembari menyembulkan kepala dari balik pintu. Hokuto yang tadinya lagi bengong liatin motornya langsung noleh kaget. Gue ketawa kecil. "Tada~~ seri lengkapnya, nih. Bisa bawanya, kan?"

"Eh, ini semuanya?" Mata cowok itu membulat kaget. Gue mengangguk. "Ng ... satu-satu aja gimana, Lin?"

"Hah?" Gue mengerjap sesaat. "Maksudnya lo selesaiin satu buku dulu, abis itu minjem yang selanjutnya, gitu?" Hokuto ngangguk mendengar penjelasan gue. "Lah, gue kira sampe repot nganter ke rumah karena emang pengen sekalian semua," lanjut gue ketawa.

Hokuto ikut ketawa pelan--ugh, manis banget hati gue kena serang. Gue nunduk, ngubek-ngubek totebag nyari buku seri pertama--sekalian nutupin salting.

"Oke, kalo gitu satu-satu, ya. Nih, nanti kalo udah kelar bilang aja. Biar buku selanjutnya gue bawa ke sek-"

"Jangan."

Gue melongo.

Hokuto mengerjap. Kayaknya dia sendiri juga kaget, padahal dia yang motong ucapan gue.

"Jangan ... kenapa?"

"A.... Ng," gumam cowok itu sambil nunduk sesaat, kemudian kembali mendongak dan natap gue. "Kalo lo gak keberatan, boleh kayak gini lagi, nggak?"

Mata gue dikedipkan beberapa kali. Loading.

Kayak gini, maksudnya..................

"Gue anter lo pulang, terus sekalian balikin dan ambil buku. Seterusnya kayak gitu, sampe seri terakhir."

"Eh...?" Gue meringis dengan debaran jantung yang gak normal. "Gue bakal sering pulang sama lo?"

Hokuto mengangguk. "Kalo lo gak keberatan," ulangnya.

Gue menggeleng beberapa kali sembari tersenyum. "Gue gak keberatan, lah. Tapi bukannya di sini malah lo yang gue repotin?"

"Enggak! Kan gue yang nawarin," sangkalnya langsung.

Gue terkekeh dengan senyuman yang makin lebar. Kepala gue dianggukkan. "Oke kalo gitu," kata gue pada Hokuto yang kini sibuk masukin novel ke dalam tasnya.

Sumpah gue salting banget kalo boleh jujur.

Setelah itu Hokuto pamit. Kami saling melambaikan tangan sebelum Hokuto keluar dan nutup pagar rumah gue. Merasa Hokuto udah gak bisa liat lagi, gue langsung meleyot ke lantai. Nyender ke kursi seolah jadi lilin yang meleleh dengan muka yang mesem-mesem gak karuan.

"Eh, Aline."

"YA?" Gue buru-buru berdiri dan pasang sikap sempurna layaknya tentara saat Hokuto tiba-tiba balik lagi. Anjrit, jantung gue hampir copot rasanya. "K-kenapa?"

"Kacamata gue, ketinggalan," katanya meringis kecil seraya nunjuk ke arah meja.

"Aah, untung belum pulang ya, hehe." Gue sok-sok cengengesan kemudian ngambil kacamata dengan frame bulat yang tergeletak di situ. "Nih, jangan kelupaan lagi," kata gue sambil nyerahin kacamata itu ke pemiliknya.

Hokuto nyengir. "Siap, diusahakan."

Gue ngulum bibir. Gemes amat nyautnya. "Hati-hati di jalan."

"Hm." Cowok itu ngangguk lalu make kacamatanya. "Dah, Lin," ujarnya sembari melambaikan tangan--lagi.

"Dadah!"

Gue terus melambai sampai bayangan motor Hokuto hilang di belokan. Senyuman terus bertengger di wajah gue dengan hati yang meletup-letup gembira.

Hokuto, kalo kita nggak berjodoh, tolong izinkan aku buat gebuk jodohmu.













Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.















A/n

Ku mau cosplay jadi Ginting dulu

Ku mau cosplay jadi Ginting dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
24/7 【松村北斗】Where stories live. Discover now