Sampai di apartemen, Leon langsung memasuki kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur tanpa mengganti bajunya. Saat di perjalanan tadi teman-teman Leon berpisah dengannya, mereka juga kembali ke rumah masing-masing ada juga yang pulang ke apartemen sama seperti Leon. Tadi Deo sempat merengek ingin ikut dan menginap di apartemen Leon tapi Leon dengan tegas menolak permintaan Deo itu, bukannya apa-apa tapi sahabat Leon yang satu itu sangat berisik dan menurut Leon sangat rusuh jika sedang tidur, itu yang membuat Leon malas menerima Deo jika cowok itu ingin menginap di apartemennya.
"Livy?" Alis Leon menyerit saat melihat banyak panggilan masuk di ponselnya dan tertera nama Livy disana.
Livy itu salah satu mantan Leon yang putus dengannya saat mereka hendak naik ke kelas dua SMA, Leon yang memutuskan Livy karena ia sudah bosan dengan hubungan mereka. Bisa di bilang hubungan mereka itu toxic, Leon dan Livy sama-sama punya pacar di saat status mereka masih berpacaran, terkadang juga mereka bertengkar hebat yang mana di saat bertengkar mereka akan saling melukai. Leon sudah sering bermain tangan kepada Livy dan Livy yang juga pernah memukul Leon dengan Vas bunga saat mereka bertengkar, hingga saat Leon sudah bosan dan mengakhiri hubungan mereka, setelah itu Livy menghilangkan dan baru menghubungi Leon lagi untuk pertama kalinya.
"Ngapain tuh cewek nelfon gue?" Tanya Leon bermonolog sendiri, ia kemudian mengangkat kedua bahunya dan melempar ponselnya menjauh seolah tidak peduli alasan Livy menelfonnya.
......
Drrttt drrttt
Leon meraba bantal yang di tidurinya saat merasakan ponselnya bergetar di bawah bantal itu.
"Paan?" Tanya Leon dengan suara khas orang baru bangun tidur pada seseorang yang menelfonnya.
"Lo belum bangun Yon? Astaga! Cepetan bangun woi! Gue sama yang lain udah ada di sekolah, tinggal Lo doang nih!"
Seketika mata Leon terbuka lebar mendengar suara Ivan yang mengatakan bahwa dia dan yang lain sudah ada di sekolah. "Anjirr Lo! Ngehianatin gue Lo pada?! Gue bilang kemaren kan kita bolos di jam pertama? Kenapa Lo pada, pada masuk hah?!!"
"Maap Yon, ini semua gara-gara Galen dia dari pagi udah rusuh banget bangunin kita-kita. Katanya dia juga nelfon Lo tapi Lo nggak angkat"
"Bacot Lo!!" Teriak Leon setelah itu mematikan sambungan teleponnya dengan Ivan kemudian segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Hanya butuh waktu 15 menit bagi Leon untuk bersiap-siap, ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi membuat para pengendara motor maupun mobil membunyikan klakson mereka karena Leon yang mengendarai motornya seperti orang kesetanan.
Leon tiba di sekolah saat upacara sudah di mulai, anak-anak OSIS yang berjaga di pagar langsung siaga saat melihat motor Leon dari jauh.
"I-itu Leon, cepetan panggil Siren!" ucap Vika salah satu anak OSIS sekaligus sahabat Siren.
"Oke oke" jawab Rini kemudian berlari untuk memanggil Siren si ketua OSIS sekaligus satu satunya orang yang dapat mengendalikan Leon.
"Renn! Siren!!"
"Ada apa sih teriak-teriak? Lagi upacara loh ini" ucap Siren saat Rini berteriak di saat upacara bendera sedang berlangsung.
"I-itu Ren, si Leon! Dia telat dan seperti yang di ketahui seluruh penghuni sekolah bahwa cuman Lo yang bisa ngendaliin dia, jadi sekarang gue serahkan semuanya sama Lo. Silahkan ke gerbang buat jinakin adek kelas kesayangan kita itu" ucap Rini panjang lebar kepada Siren.
Siren berjalan ke gerbang bersama Rini dan dari jauh dia bisa melihat Leon yang masih duduk di atas motornya berdebat dengan anak OSIS yang sedang berjaga, seperti yang sudah-sudah anak itu tidak akan mau di atur meski itu perintah dari anggota OSIS.
Siren mempercepat langkahnya ketika melihat Leon yang sudah hampir menonjok anak OSIS yang tadi berdebat dengannya.
"LEON!"
Seluruh anggota OSIS yang melihat kedatangan Siren menghela nafas lega apalagi anak laki-laki yang hampir di tonjok Leon tadi, rasanya ia ingin sujud syukur melihat kedatangan Siren yang bagaikan malaikat penolong untuknya.
"Hai Ren" sapa Leon sambil tersenyum saat melihat Siren yang berjalan menghampirinya.
"Ran Ren Ran Ren! Gue ini kakak kelas Lo! Mana sopan santun Lo hah?!"
"Iya iya, Hai kak Siren" ucap Leon mengulang sapaannya kepada Siren, dan itu langsung saja membuat anak-anak yang ada di sana cengo melihatnya. Secepat itu Leon berubah jika berhadapan dengan Siren.
"Lo telat, sana baris sama yang lain" ucap Siren sambil menunjuk barisan anak-anak yang terlambat.
Leon hanya menatap barisan anak-anak yang terlambat itu dengan tatapan malas. "Malas ahh, gue masuk aja ya, ayolah kak Siren gue kan calon pacar Lo jadi Lo harus istimewa in gue dong"
"Siapa yang mau pacaran sama Lo? Pokoknya baris di sana atau Lo gue suruh nyabutin rumput di belakang sekolah pakai pinset? Pilih mana?!"
"Iya deh baris aja, dari pada pinggang gue patah nyabutin rumput pakai pinset" ucap Leon kemudian berjalan ke arah barisan anak yang terlambat.
Sekali lagi anak-anak OSIS sekaligus anak-anak yang terlambat di sana hanya bisa cengo melihat kepatuhan Leon jika Siren yang menyuruhnya.
"Emang cuman pawang yang bisa ngendaliin" ucap Vika saat Siren berjalan ke arahnya. Sementara Siren ia hanya menaikkan kedua bahunya acuh mendengar ucapan Vika.
Hai-hai Teuv, ketemu lagi di lapak aku yang lain, gimana di part awal ini? Hehe ini pertama kalinya aku bikin cerita yang tentang anak geng motor, semoga kalian suka ya, dan semoga kalian betah sama cerita aku yang ini.
Jangan lupa Vote Teuv 💎
Teuv Mutulan Ig yuk, nanti aku Follback, ohiya nanti aku post spoiler-spoiler cerita Daimmer di SG aku, pantengin terus ya😁 terimakasih 🙏
Follow:
elfiraviiii_
YOU ARE READING
Daimmer
Teen FictionLeon Jonathan Kendrick, Seorang pemimpin geng motor bernama Draks, dia adalah pemimpin dan di segani oleh anak-anak di tempatnya bersekolah bukan hanya anak-anak sekolah tetapi juga anak-anak jalanan, ayah Leon yang seorang pebisnis membuatnya menja...
Part 1
Start from the beginning
