1.

162 17 0
                                    

Aku berjalan, terus berjalan menuju suatu ruangan distasiun luar angkasa ini. Berjalan tenang, dan banya pikiran. Entah kenapa banyak sekali orang-orang terluka belakangan ini.

Dan kenapa selalu hanya aku yang menangani, apa Tapops tidak punya pekerja medis lain?, aku hanya ditugaskan menjaga 3 tim saja tapi orang-orang yang belakang ini ada diruanganku bukan dari tim Elemental, Kokotime ataupun saudara hijau. Ini namanya penyalah gunaan kariawan.

Aku [fullname] anak angkat dari papah.., Maripos. Sungguh syukur dapat bertemu dengan papah saat itu, entah apa yang papah lihat dari anak kumuh sepertiku. Papah sangat baik dan tegas. Aku bersyukur menjadi anaknya bahkan sampai dikenalkan anggota kerajaan. Yangmulia Agung baginda Kupuperi dan anak nya..

Kehalian bertarungku memang tidak bagus, bisa dibilang buruk, Papah sampai lelah melatihku. Tapi semua itu terbayar karena aku memiliki bakat penyembuhan, rasanya senang dapat berguna untuk papah.

Saat itu tugas pertamaku adalah menemani anak Yangmulia Agung baginda Ratu Kupuperi menuju pertemuan penting. Rasanya terseret dalam pekerjaan ini, tapi saat papah tau aku diterima menjadi salah satu petugas medis tapops, raut wajahnya sangat bangga padaku.

Sekarang. Aku terjebak dengan orang-orang yang terluka 24jam, Atau lebih, Entah. Aku terlalu lelah menghitung waktu.

Tampa ku sadari aku sudah berada di depan ruanganku, dapat terdengar sudah ada orang berbicara didalamnya. Membuka pintu dan melangkahkan kaki kedalam ruangan medis 0-12.

Ruanganku. Terlihat pangeran Gur'latan sudah duduk dikursi yang disediakan dan yangmulia putra mahkota Windara, tuanku Taufan duduk dikasur pasien. Ada juga anak didik tuan Hangkasa Gempa, yang berdiri disana.

"Baiklah, tuan-tuan.. siapa yang terluka hari ini?"
Aku bertanya, entah kenapa tapi aku tidak bisa menebak dari tim Elemental siapa yang akan terluka. Baru kemarin tuan Ice tidak sengaja melelehkan tangannya, Lalu tuan Solar tidak sengaja keracunan oleh kekuatannya sendiri.

Disaat itu Taufan dan Gempa menujuk ke sang pangeran Gur'latan. Halilintar menyilangkan tangannya, seperti biasanya.

"Ehs!. Dia tetap tidak mau bicara!!" Tuanku Taufan berdiri dari tempat duduknya menuju kesamping Gempa.
"Hali.. luka mu parah, tolong.. eh.. [Name] Halilintar gimana yah.. tangannya robek" Gempa berbicara tentang luka Halilintar.

"Bagaimana ceritanya" aku tidak terlalu terkejut. Karena memang pekerjaan ini. Pekerjaan mereka dapat merenggut nyawa.

*Taufan berjalan menuju Halilintar. Mengakat tangan kanan sang pangeran Gur'latan yang terlihat robek dari jari tengah hingga siku*
"Lihat! Ini pasti sakit kan??, itu dia tidak mau kesini!!" Taufan mengomel.
"Tolong.. aku tidak kuat melihat nya" Gempa menutup matanya dengan tangan nya.

"Baiklah tuan-tuan kalian boleh keluar, biar saya yang tangani.. luka ini." Aku meminta agar Tuanku Taufan dan Gempa keluar dari ruangan, dan mereka nurut kepadaku.

Pangeran Gur'latan tidak bereaksi. Lukanya parah dan dia tak terlihat kesaksian, dia tidak bergerak. Aku tau itu sakit, sangat bahkan. Tapi kenapa dia menahanya, menahan rasa sakit hanyalah membuat rasa sakit itu bertambah.

"Pangeran.. anda harus lebih hati-hati" aku melepaskan sarung tangan kanan yang sudah robek.
"Aku sudah hati-hati." Halilintar menjawab.
"Pangeranku, jika anda hati-hati ini tidak akan terjadi." Aku mejawab membersihkan luka dan darahya. Terlihat jelas dia mencoba menahan rasa sakit itu, lagi. Sang pangeran tidak menjawab.

Mereka berdua membiarkan ruangan sunyi. Itu yangku suka.

Aku meletakkan kedua tanganku diatas luka sang pangeran. Mencoba mengalihkan energi penyembuhan. Tampa sadar tanganku bergetar ragu. Aku mencoba fokus dengan luka Halilintar yang parah seperti ini. Tapi semakin aku melihat kukanya aku menjadi takut. Entah kenapa.

Halilintar menggegam tanganku dengan tangan kirinya, memecah kan fokusku.
"Apa?" Aku menatapnya.
"Perban aja" Halilintar menjawab.
Gila ya, luka separah ini?. "Enga." Aku mencoba fokus dan tetap mengalirkan energi penyembuhan kepada tangan kanannya.

Lapis demi lapis tangan Halilintar membaik, lalu sembuh dengan ajaibnya.
"Sudah sembuh" Halilintar berkata. Dia mengelus tangan kanan nya yang tadinya terluka.

"Ya. Sarun tangan anda akan dijahit nanti, ambillah libur beberapa hari ini" kataku, tubuhnya memang sudah sembuh tapi pasti masih ada rasa sakit didalam karena reaksi otak.
"Tidak bisa" Halilintar menjawab, dia menatap ku tajam seperti biasanya. Aku menatapnya kembali seperti layaknya orang berbicara.

"Sarung tangan anda masih robek. Harus diganti pangeranku. Anda tau bukan bahwa sarung tangan ini mencegah listrik untuk membekas kedalam kulit anda." Kataku. Aku sendiri yang mendesain semua baju timku, contoh Ying butuh bahan kain yang ringan agar dapat berlali lebih kencang. Ini berlaku kepada semua tim yangku rawat.

"Aku bisa tampa sarung tangan itu." Halilintar menjawab, menentangku karena aku menyuruh nya libur.
"Ya, tentu. Tapi pangeranku saya tidak mau anda terluka karena kekuatan anda sendiri" aku kembali berbicara formal kepadanya.

[Name] melihat raut wajah Halilintar yang masih menentang idenya. [Name] selalu berhati-hati memilih kata-kata, tau bahwa terkadang orang-orang memiliki sumbuh yang pendek, seperti Blaze, Shielda, Fang dan orang dihadapannya ini. [Name] meletakkan tangannya kepipi sang pangeran Gur'latan.

"Saya usahakan memperbaiki sarung tangan ini secepatnya pangeranku" Halilintar tersenyum kecil, tangannya merahi tanganku yang maish menempel dipipinya.

Tidak. Kami tidak berhubungan lebih dari teman. Entah bagaimana tapi cucu kedua Maharani Satriantar Ratna ini sangat manja pada orang terdekatnya, termasuk diriku.

"Ah-" Suara fang dari depan pintu. tak sadar bahwa pintu ruanganku terbuka, aku melihat Fang dan Sai dengan raut muka terkejut didapan pintu. Aku lupa hari ini waktunya Fang check up bulanan, Halilintar tidak bergerak, sepertinya dia sudah sadar dari tadi akan kehadiran kedua orang itu tapi tidak mempeduikan kehadiran mereka.

[Name] melepas tangannya, meletakkan Sarung tangan Halilintar dimejanya lalu menyuruh Fang dan Sai masuk.

"Jadi, Fang seperti biasanya. Ada keluhan?" Fang memang berbakat mengunakan kuasa Bayangan tapi, sebelumnya dia memiliki kuasa lain dan pertukaran antar satu kuasa ke kuasa lain membuat tubuhnya kaget. Itulah kesimpulanku

"Tidak.. rasanya tubuhku sudah tenang" Fang menjawab pertanyaanku. Dia memperlihatkan tangannya, 1 tahun lalu tangannya Fang berubah menjadi bangang dan tembus pandang tampa kemdali, mengkhawatirkan keluarga dan temannya.

"Syukur.. coba lah lepas dari obat yang kuberikan, tapi tolong pelan pelan, seperti minum 1 kali 1 hari lalu minggu berikutnya 1 kali 2 hari, lalu seterusnya.. kamu paham Fang?" Aku menyarankan itu agar dia tidak bertergantungan obat. 1 tahun lama, karena saat Fang stress tubuhnya tak akan terkendali dan terus berubah antar bayang dan tembus, kesal aku melihatnya.

"Baiklah, terimakasih [Name] eh.. dan Sai-" Fang terpotong oleh Sai
"Jubah prisaiku tembus" Sai entah kenapa dia terlihat senang mengatakannya. Aku cukup bingung kenapa dia mengatakan itu. Aku hanya memodifikasi topi nya itu bukan seluruh prisainya, seharusnya dia katakan itu pada orang yang membuat jubah prisainya.

"Lalu?" Kataku menatapnya bingung.
"Ha-, [Name] dia tertembak" kata Fang singkat dan padat.

"HA?! Buka jubah prisaimu Sai!, berbaringlah disini!" Aku kaget, dan sedikit panik. Duo saudara hijau jarang sekali terluka parah, mereka saling melindungi jadi biasanya hanya terluka kecil.

Sei membuka jubah prisainya, lalu berbaring di kasur yang disediakan.
"Tenang ga kena jantung kok" Sai kata dengan santai kepadaku yang sedikit panik

"Sai.. gak membantu" Halilintar yabg disana ikut berbicara.

PangeranKu || Halilintar X Reader Where stories live. Discover now