D-Day

3 0 0
                                    

8 jam sebelum K-Award

Pagi ini Evelyn bangun dengan tubuh remuk redam. Ternyata pikiran positif Lyn kemarin tidak membuahkan hasil. Gadis itu merasakan suhu tubuhnya menghangat meskipun pendingin di kamarnya berada dalam tingkat cukup rendah. Pusing di kepalanya juga timbul tenggelam seiring Lyn mencoba untuk bangun dari tidurnya. 

Tidak, Lyn tidak boleh demam hari ini. Perempuan berbalut night gown warna putih itu memaksakan diri ke dapur dan mengambil minum. Dia juga mengambil obat demam dari dalam kotak obat yang disediakan Minho untuk apartemennya. Lyn meneguk obat itu, tak lupa dengan vitamin penambah daya tahan tubuh. Segelas penuh air diminumnya hingga tandas berharap demamnya segera pergi saat itu juga. Evelyn meraih buku catatan untuk berlatih pembawaan dalam MC nanti malam. Sayangnya kepala Lyn masih terasa pusing, sehingga dia hanya bertahan 10 menit sebelum akhirnya memutuskan tidur kembali.

Evelyn terbangun dari tidurnya karena suara alarm yang telah diaturnya di ponsel. Waktu menunjukkan pukul 2 siang, Lyn harus segera bersiap menuju gedung K-Production untuk dirias dan melakukan gladi resik bersama Dohyun. Berkat obat yang diteguknya tadi gadis itu sudah merasa sakit kepalanya berkurang meskipun dia tetap merasa demam sedikit. Tanpa mengulur waktu lebih lama lagi, Lyn bangkit dan mandi air hangat serta menyiapkan diri untuk menunggu jemputan Minho.

30 menit kemudian, sesampainya di gedung K-Production

"Lyn, aku tinggal ya, di ruang tunggumu sudah ada Nona Jia, dia akan membantumu bersiap selama acara," Kata Minho sambil membantu Lyn menurunkan tasnya. 

"Mau kemana, Oppa? Balik jam berapa? Jemput aku jam berapa?" tanya Lyn mencerocos sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merapatkan jaket bulunya yang tebal. Minho menghela nafasnya.

"Astaga, aku harus meeting dengan beberapa sponsor untuk drama terbarumu. Tidak akan lama, hanya satu jam. Lagipula lokasinya tidak jauh dari sini, Lyn," 

Lyn tampak bersalah sudah memarahi Minho, dia pun segera melangkah memasuki gedung sambil tertunduk dan masih dengan wajah manyunnya. Melihat Lyn tampak sedih, Minho juga sebenarnya tak enak hati meninggalkan gadis itu sendirian ditambah Lyn sedang tak enak badan hari ini.

"Lyn," teriak Minho, " Semangat ya!"

Evelyn membalas dengan lambaian tangan sekedarnya sebelum akhirnya menghilang bersamaan dengan tertutupnya lift. Dia segera menuju ke ruang tunggunya. Benar saja Nona Jia sudah menunggunya sambil bermain ponsel.

"Halo, perkenalkan saya Song Evelyn," salam Lyn membungkuk dibalas oleh Jia dengan hal yang sama.

"Saya Park Jia, senang bekerja sama denganmu Evelyn-ssi," senyum Jia merekah melihat Lyn datang lebih cepat dari dugaannya.

"Senang bekerja sama denganmu jugaa. Panggil saja Lyn, Jia-ssi," jawab Lyn mencoba mengakrabkan diri.

"Lihat, Lihat dirimu, kau saja memanggilku dengan sebutan -ssi. Panggil aku Jia Unnie," Jia mengulurkan tangannya dan menarik Lyn ke dalam pelukan hangat. "Ayo kita mulai saja, aku akan membuatmu menjadi wanita tercantik malam ini."

"Baik, Jia Unnie," balas Lyn tersenyum cerah dan menuju ke kursi riasnya. Jia mengeluarkan peralatan tempurnya dan menggelarnya di hadapan Lyn. Lyn terpana melihat banyak warna hingga utensil yang belum pernah dia temui selama ini. Maklum selama syuting drama dia tidak memerlukan makeup banyak mengingat genre yang diambilnya misteri cenderung ke thriller. Jia memulai dengan menyemprot primer ke wajah putih Lyn sebelum akhirnya memolesnya hingga menjadi sangat indah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. 1 jam lagi akan dimulai acara dengan adanya red carpet kemudian dilanjut ke acara inti pada pukul 8 malam. Lyn sudah selesai dengan riasannya. Dia berjalan cepat ke arah panggung menemui Dohyun untuk melakukan gladi resik terakhir sebelum pembukaan. Dohyun sudah rapi dengan tuxedo hitam miliknya. Sejujurnya dia tampak sangat tampan malam ini.

"Wow, kau sangat cantik, Lyn," puji Dohyun ketika mendapati gadis itu datang menghampirinya. Malam ini Lyn memang sangat cantik dengan balutan dress warna krem dan manik-manik yang tersusun rapi serta bordiran bentuk bunga. Rambutnya diurai ke samping menambah kesan elegan dari gaun tersebut.

"Thank you, kamu juga gagah malam ini Dohyun-ssi," balas Lyn sambil tersipu. Tanpa banyak basa basi Lyn dan Dohyun segera mengambil cue card dan melakukan gladi singkat sebelum mereka kembali ke ruangan masing-masing.

"Menurutmu siapa yang akan dapat Daesang?" tanya Dohyun pada Lyn  ketika berjalan beriringan menuju area ruang tunggu.

"Hmm.. Tak tahu, tapi kuharap Fallen Angel meraih Daesang malam ini, haha,"

"Mereka bahkan tak masuk nominasi, band rookie yang tidak pernah promosi itu bisa apa," cibir Dohyun.

"Eits, jangan salah, tanpa promosi saja mereka bisa top chart berminggu-minggu," kilah Lyn tak terima band kesayangannya diolok.

"Hebat juga mereka! kau kan belum pernah bertemu mereka kok bisa ngefans sih, Lyn?" tanya Dohyun penasaran. Lyn terdiam mencoba menyusun kata.

"Hmm.. Tidak harus tahu wajahnya kan yang penting makna lagunya tersampaikan." jelas Lyn berusaha tetap sopan. Dohyun tersenyum tampak mengetahui sebenarnya Lyn kesal dia mengolok band favorit Lyn itu. Akhirnya mereka pun berpisah ke ruangan masing-masing.

Lyn menutup pintu ruang tunggunya dan merasa badannya menggigil kedinginan sehingga dia meraih jaket tebalnya.

" Kau sedang tak enak badan, Lyn? " tanya Jia melihat Lyn menelangkupkan jaket di badannya. Kepala perempuan itu tersandar di sofa sementara tangannya masih memegang cue card sedari tadi.

"Iya, unnie. Sejak pagi demam tapi sudah minum obat siang tadi." jawab Lyn lirih.

"Astaga, Lyn, badan kamu panas. Kamu yakin kuat nge-MC?" seru Jia setelah mengecek suhu tubuh Lyn dengan tangannya sendiri. Lyn mengangguk.

"Harus kuat, Unnie, acara sudah tinggal setengah jam lagi, tak mungkin mencari MC pengganti,"

"Pantesan pas kurias tadi aku merasa badanmu cukup hangat tapi kuabaikan saja kupikir memang kamu cenderung bersuhu hangat," jelas Jia mengeledah isi tasnya untuk mencari obat pereda demam.

"Kau bawa obat demammu, Lyn?" tanya Jia yang dibalas dengan gelengan Lyn.

"Tadi aku sudah merasa baikan, jadi kutinggal di rumah. Biasanya ada di mobil Minho Oppa tapi dia sedang ada rapat dengan sponsor."

"Haduu.. Aku juga tak bawa. Mau aku tanyakan ke staff siapa tau mereka ada bagian medis?" Jia segera beranjak sebelum akhirnya ditahan oleh Lyn.

"Sudahlah tak perlu Unnie, tampaknya mereka juga sedang sibuk. Aku tak apa-apa, sungguh."

Jia sedikit ragu namun tetap menuruti apa kata Lyn.

"Baiklah tapi akan kuambilkan minuman hangat agar badanmu agak enakan, ya."

"Baik, Unnie. Terima kasih," jawab Lyn masih lemas melihat Jia meninggalkannya sendiri di ruangan kosong itu.

Lima belas menit lagi, aku tak boleh tumbang begitu saja.

The Red String in BetweenWhere stories live. Discover now