"Sialan nih motor" umpat Raka sambil memukul kepala motornya sedikit keras, dan itu malah membuat motornya kembali mati. Sekarang Raka harus menghidupkan motornya lagi. Dan sama seperti tadi, asap putih pun kembali menutupi rumah mewah miliknya.
Setelah motornya nyala, Raka buru-buru keluar dari rumah dan segera menuju ke sekolah. Raka yang notabenenya anak geng motor langsung saja melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia lupa jika Papa Dion mewanti-wanti supaya motor kesayangannya itu tidak di kendarai dengan kecepatan tinggi. Dan benar saja, mungkin baru 500m dari rumahnya tiba-tiba drett drett drettt..... Motornya mogok di tengah jalan.
"WOY. KALO BERHENTI JANGAN DI TENGAH JALAN! BAHAYA" teriak pengendara yang berada di belakang Raka.
"BERHENTI MENDADAK PALA LO. LO NGGAK LIHAT KALO MOTOR GUE MOGOK?!" Jawab Raka yang sepertinya sia-sia saja karena pengendara itu sudah pergi mendahului Raka.
Raka menuntun motor Papa Dion ke pinggir jalan untuk mengecek kira-kira apa penyebab motornya bisa mati mendadak seperti ini. Dan dia langsung ingat jika Papa Dion melarangnya untuk kebut-kebutan jika tidak mau motornya mogok.
Raka berdecak sebal "Dasar motor nggak guna. Terus ini gimana? Masa mau gue tinggal disini?" Ujarnya.
Raka menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, berharap jika ada bengkel atau seseorang yang bisa menolongnya. Dan sangat kebetulan, pada saat itu juga ada sahabat sehidup semati Raka yang lewat di depan sana. Laki-laki itu langsung menghentikan motornya kemudian bertanya kepada Raka.
"Ngapain lo clingak-clinguk di pinggir jalan? Lagi nunggu angkot?" Tanya Jea.
Sebenarnya namanya Zeha Alvarezki. Tapi Raka lebih suka memanggil dia Jea karena menurutnya nama Zeha terlalu bagus untuk sahabatnya itu.
"Nunggu angkot pala lo. Lo nggak liat motor gue mogok?!" Ketus Raka.
Zeha menoleh ke arah motor yang berada di depan Raka. Kemudian dia sedikit terkejut karena melihat motor Raka yang tiba-tiba berubah seperti ini.
"Sejak kapan motor lo berubah jadi butut gini?" Tanya Zeha sambil menahan tawa.
"Butut butut gini kesayangan Kanjeng Dion asal lo tau"
"Motor lo kemana?"
"Motor gue knalpotnya copot habis gue buat balapan"
Tawa Zeha langsung pecah setelah mendengar penjelasan dari sahabatnya itu. Dia tau pasti Papa Dion sudah malas karena terlalu sering membelikan knalpot untuk motor Raka. Raka yang tidak terima di tertawakan langsung saja mendorong tubuh Zeha hingga laki-laki itu terhuyung ke depan.
"Anj*ng, lo! Kalo gue jatuh gimana?!" Ujar Zeha sembari menatap Raka dengan tatapan tidak terima.
"Ya nggak gimana-gimana. Kalo lo jatuh paling nyusruk ke bawah"
"Je. Gue gimana ke sekolahnya?" Tanya Raka tiba-tiba.
Zeha yang sedang membenarkan rambutnya langsung menolehkan kepalanya menghadap Raka "Tumben lo bingung sekolah. Biasanya juga males-malesan" cibirnya.
"Gue nggak bingung sekolah. Gue cuma laper dan kepengen makan mie ayam punya Mbak Yati"
Mbak Yati adalah penjual mie ayam ter-enak di SMA GEMILANG. Jadi jangan heran kalau mie ayamnya selalu menjadi buronan siswa siswi disana.
YOU ARE READING
RAKA DEVANDRA [on going]
Humor"Ka, lo udah sadar?" Ujar Naya sambil tersenyum lega. "Sadar apa, sih? Lo kira gue habis kesurupan?" "Lo kan habis pingsan" "Siapa yang pingsan? Orang gue cuma lagi rebahan di lantai" jawab Raka dengan santainya. Naya melebarkan matanya "Lo bohongi...
Part 2
Start from the beginning
![RAKA DEVANDRA [on going]](https://img.wattpad.com/cover/302290062-64-k422492.jpg)